Oleh: Ace Somantri
Mulai viral berseliweran pernyataan dan opini publik terhadap keberadaan hal yang baru. Kalimat-kalimatnya menyatakan memberi informasi sederhana tentang keberadaan yang namanya Starlink, sebuah satelit yang sudah mengudara di angkasa.
Kemajuan teknologi dunia terus maju pesat. Tak ada ragu dan abu-abu bagi siapa pun yang punya karya dan cipta. Tidak peduli apakah itu dilarang atau dibatasi, bagi pembuat produk hanya satu kemerdekaan berpikir dan berkarya adalah sebuah keniscayaan bagi siapa pun yang hidup di muka bumi. Berbagai pandangan dan pendapat sah-sah saja untuk memberi kabar informasi, apakah hasil karya tersebut bahaya atau membahagiakan bagi makhluk yang namanya manusia.
Terlepas dari itu semua, bagi kita yang tetap berpegang teguh pada keyakinan beragama dengan petunjuk-petunjuk-Nya yang terdapat dalam kitab aturan yang telah diwahyukan dan diturunkan ke bumi tanpa terganggu. Manakala hari ini ada hasil karya manusia dapat membantu atau memberi jalan kemudahan, tampaknya disukai atau tidak pada dasarnya bagi manusia yang terbiasa mengonsumsi cepat secara otomatis akan menggunakannya, hal itu akan berjalan secara alami.
Bagaimana dengan negara dan aparaturnya sebagai pemegang mandat kekuasaan rakyat, dinamika perkembangan sains dan teknologi akan mengikuti arus perubahan selama dianggap menguntungkan bagi bangsa dan negara. Namun, tampaknya penting diketahui bahwa pemegang kekuasaan serta seluruh rakyat Indonesia hari ini masih terbilang belum memiliki kedaulatan ilmu pengetahuan yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Hal wajar dan lumrah, bagi bangsa dan negara yang masuk golongan negara-negara berkembang akan mengalami hal sama, yaitu akan menjadi tempat pasar potensial untuk syahwat ekonomi dan politik global.
Starlink yang saat ini mengangkasa di langit biru dengan ketinggian jarak ratusan kilometer dapat menjangkau layanan jaringan internet tanpa mengenal perbukitan, pegunungan, dan lautan lepas. Dengan harga murah telah mendisrupsi teknologi jaringan internet berbasis fiber optik dan tower.
Masyarakat tidak peduli perusahaan tersebut rugi, toh mereka selama ini tidak peduli rugi dan tidaknya masyarakat, punya duit atau tidak untuk membeli pulsa dan quota internet. Mereka semua menikmatinya, tanpa memilah siapa yang bayar mahal maupun murah.
Hari ini mulai banyak orang menikmati jaringan internet yang stabil dengan harga lebih murah, pasti akan jadi pilihan masyarakat. Kalaupun negara apakah memberikan rambu-rambu terkait hal ihwal yang dikhawatirkan oleh sebagian pengamat teknologi, sangat mungkin dalam konteks regulasi akan ada catatan syarat dan ketentuan tertentu bagi perusahaan yang ikut berjualan melalui langit di negeri ini.
Kehadiran Starlink milik Elon Mask seharusnya menjadi ibrah dan pelajaran kepada kita semua, bahwa harus dipahami dia juga manusia biasa hidup dengan jiwa dan raga yang terbentuk dari sel-sel yang bersumber dari berbagai jenis makanan yang seperti kita makan. Aneh rasanya, tetiba ketika kehadiran Starlink menjadi kekhawatiran yang menakutkan padahal beberapa tahun belakangan, hampir semua berbagai latar ilmuwan meyakini akan terus terjadi disrupsi berbagai sektor kehidupan dengan hadirnya kemajuan dan perkembangan teknologi digital.
Justru saat ini yang harus ditakutkan dan dikhawatirkan, diri dan jiwa kita lepas dari rel tata aturan agama yang diyakini. Di sini pentingnya tauhid ilmu atau tauhid teknologi yang harus menjadi media menyadarkan diri dan orang lain agar tetap teguh dalam bingkai teologi yang berkeadaban semesta.
Teknologi terus akan berkembang seiring waktu selama manusia hidup di dunia, tidak akan berhenti kecuali diberhentikan oleh pemilik alam semesta. Mereka pembuat teknologi secanggih apa pun saat sumber utama energi dimatikan maka akan mati semua segala yang dibuatnya tanpa ada cara lain. Kondisi masyarakat, bangsa, dan negara hari ini dikembalikan kepada situasi dan kondisi kemampuan yang dimiliki, baik kemampuan diri sendiri maupun kemampuan negara dalam mengelola kedaulatan negeri.
Kekhawatiran yang diopinikan baiknya dapat dijadikan alarm bagi kita untuk berupaya keras memikirkan mencari cara memutarbalikkan sesuatu yang akan dianggap bahaya menjadi bernilai manfaat dan berguna jangka panjang. Arus deras teknologi hanya dapat diimbangi, kalau mampu disaingi dengan membuat karya nyata baru yang lebih canggih dari yang sudah ada begitu tradisi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dari dahulu kala hingga kini.
Realitas yang ada, kehadiran Starlink disambut baik oleh para user-user yang kreatif dalam memanfaatkan peluang dan kesempatan emas. Saat sadar diri tidak mampu membuat karya yang sama, apalagi menandinginya. Maka hanya dengan jalan menyambut bahagia dan gembira manakala ada produk jaringan internet murah dan stabil. Terlebih legitimasinya pihak berwenang sudah didapatkan, justru bagi kita yang belum mampu membuat produk yang setara diharapkan dari media yang mempercepat lahirnya ilmuwan berkelas dunia sehingga pada waktunya bukan menjadi dominan konsumen jaringan internet atau sejenisnya, melainkan memosisikan diri sebagai produsen teknologi digital.
Siapa yang tidak bahagia, saat kita terbatas dana finansial membeli kuota dengan bandwith tinggi harus bayar harga mahal, kemudian tiba-tiba ada tawaran yang lebih murah dua kali lipat dengan kualitas kestabilan baik, pasti akan langsung pindah ke lain hati.
Apakah wajib mempertimbangkan aspek keburukan yang diterima, ketika ada hal yang terindikasi merusak tatanan lantas menahan diri dalam ketidakberdayaan. Rasa-rasanya fakta psikologis akan membawa pada sikap arus tersebut pada pemenuhan tuntutan kebutuhan, sehingga akan abai terhadap segala yang akan berdampak tidak langsung. Bahkan diharapkan, metodologi yang digunakan Starlink dengan model memangkas lalu lintas kemitraan penyalur distribusi jaringan kepada user, mengakibatkan pembiayaan lebih murah.
Kemitraan ini dalam bisnis jual beli berbagai jenis produk sektor riil dikenal istilah bandar, tengkulak, makelar, dan sejenisnya sehingga sampai ke konsumen jadi mahal karena rantai distribusi diperpanjang. Seharusnya, masyarakat mengambil hikmah ini dapat digunakan dalam aktivitas usaha sektor riil, di mana dari produsen dapat langsung akses dan dikonsumsi sehingga lebih murah, dan ini sudah mulai berjalan dengan baik.
Perjalanan panjang dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi berubah dan berganti cara dan model merupakan pengembangan ilmu yang sudah berdiri lebih dulu, fondasi atau akar ilmu sejak manusia sebelum lahir pun sudah ada. Allah Ta’ala sebagai pencipta telah memberi berbagai sarana dan media, selebihnya manusia diciptakan selanjutnya mengurai dan memerinci sesuai kebutuhan dan kemampuan nalar intelektual yang dimiliki.
Yakin benar bahwa manusia sebagai pembuat pusat peradaban ilmu dari generasi ke generasi, walaupun dicap sebagai perusak toh kenyataannya dengan masih ada manusia yang beriman dan berpikir sehat sehingga lahir ide, gagasan dan karya nyata yang membuat dunia ini menjadi alam fatamorgana.
Jelas dan nyata bahwa Starlink terobosan kreatif dari para teknolog berkelas dunia. Mereka dengan kemampuan finansial dan keilmuan yang dimiliki telah membangun kedaulatan pribadi dirinya dan bahkan membangun kedaulatan negara di mana gagasan dan ide dikeluarkan warga negara yang bersangkutan.
Elon Mask terkenal sebagai sosok kreator dan pebisnis kelas dunia, latar ilmu pengetahuannya mampu menggebrak peradaban teknologi jagat raya. Sekalipun mengalami kerugian mobil listrik karyanya tidak lantas mati kutu dan putus asa, berbagai jurus jitu selalu dipersiapkan dan dikreasi berdasarkan segudang pengalaman yang dialaminya.
Begitu pun saat berkunjung ke Indonesia dalam rangka membangun kolaborasi, tidak membawa tangan kosong, melainkan segudang gagasan yang akan ditanamkan menjadi mesin ATM perusahaannya. Klik tanda jadi dan sah bertransaksi di negeri seribu surgawi, karya besar Elon Mask berdiri tegak melayang di angkasa Indonesia memberi layanan supercepat dan stabil jaringan internet, murah nan meriah dengan kualitas mutu jaringan yang langsung mendisrupsi teknologi digital yang sudah berjalan.
Berharap kepada para pakar dan ahli keilmuan Islam di mana pun dan siapa pun kita, fakta ketertinggalan gerakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk tidak ikut membawa virus-virus menyalahkan dan mempersalahkan orang lain yang sudah maju lebih dulu dan memberi informasi yang membangun opini semakin lemah dengan menawarkan ajaran Islam yang tidak berkemajuan. Paham beragama menyerahkan urusan dunia kepada Allah Ta’ala, seperti sikap diri yang menyerah dan putus asa, padahal Rasulullah menegaskan dengan motivasi yang sangat inspiratif bahwa duniamu urusanmu.
Kata kunci tersebut dimaknai secara luas, umat manusia harus bekerja keras, cerdas, dan solutif dalam menyiasati dinamika dan permasalahan kehidupan apa pun di dunia. Sekelas Nabi Muhammad SAW saja terus berupaya keras, cerdas, dan ikhlas mencari cara, strategi dan solusi membangun peradaban. Termasuk ada hal baru pun cara dan strategi yang bersumber dari sahabat diterima dengan baik dan diapresiasi penuh ketulusan. Wallahu’alam.
Bandung, Mei 2024
Ace Somantri
Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung