Oleh: Andi Hariyadi
Ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Surabaya
KLIKMU.CO – Muhammadiyah sejak awal berdirinya pada 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta, oleh KH Ahmad Dahlan adalah bentuk nyata hadirnya dalam derap dan dinamika kehidupan masyarakat. Ada banyak terobosan pembaharuan paham keagamaan yang terkungkung takhayul, bidah, dan churafat (TBC) sehingga beragama jadi tercerahkan, berkemajuan, serta ada kepedulian.
Teologis yang progresif dengan mengimplementasikan ayat-ayat Al-Quran secara relevan (Al Anfal 29) serta menjadi teladan dalam perjuangan (Al Ahzab 21). Dari penataan teologis yang benar di mana ketauhidan sebagai fondasi kehidupan membuat tumbuhnya kesadaran yang optimal dalam peran peran sosial kemanusiaan.
KH Ahmad Dahlan paham betul tentang kondisi sosial budaya, ekonomi, politik, dan keagamaan saat itu yang membuat keterpurukan, tidak berdaya yang begitu fatal, sikap menerima apa adanya, dan enggan melakukan perubahan dan perjuangan. Hal itu membuat tidak mampu menyadari potensi yang dimiliki untuk menjadi energi penggerak perubahan, pola berpikir kritis analitis tersandera oleh kejumudan, terbuai mitos, dan parahnya mudah bersengketa akibat permusuhan dan persatuan masih jauh dari harapan.
Maka ketika KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, banyak rintangan yang dihadapi. Demikian pula di beberapa daerah, kehadiran Muhammadiyah dipertanyakan, dicurigai, dimusuhi, dan dikafirkan. Tantangan itu tidak menyurutkan perjuangan, justru dengan hadirnya dakwah keteladanan membuat Muhammadiyah berkembang.
Strategi dakwah tersebut membuat lahir dan hadirnya kader-kader Muhammadiyah seperti KH Mas Mansur di mana peran dan kehadiran beliau untuk bangsa ini tidak diragukan sebagai pahlawan yang multitalenta perjuangan dan luasnya akses pergerakan untuk bangsa ini.
Hadirnya KH Mas Mansur dalam kancah pergerakan nasional dan dakwah Muhammadiyah yang berusaha terdepan untuk hadir dan memberi solusi yang berarti, sehingga dr. Sutomo pun kagum akan perjuangan beliau sehingga dr Soetomo dan KH Mas Mansur selalu hadir dalam penyelesaian persoalan kesehatan dan kemanusiaan. Dan masih banyak lagi kader Muhammadiyah yang kehadiran dan perannya begitu strategis dalam mengisi cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tema Tanwir di Kupang dan Milad Ke-122 Muhammadiyah pada 18 November 2024, Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua, jika kita telaah lebih dalam ada banyak pelajaran yang didapatkan.
Menghadirkan
Pertama, ungkapan kata menghadirkan ini bukan sekadar hadir untuk tebar pesona atau untuk pencitraan yang jauh dari substansi sebenarnya. Menghadirkan di sini merupakan upaya proses dinamis, berkelanjutan dan progresif, sehingga seberat apa pun perjuangan bukannya mundur ke belakang, justru dilakukan evaluasi secara komprehensif dan integratif.
Dengan demikian, hadirnya Muhammadiyah untuk menghadirkan perubahan, yang tentunya membutuhkan banyak hal seperti integritas person, ide-ide besar yang berkemajuan, dukungan skill dan profesional, amanah dan penuh tanggung jawab dengan memberikan karya terbaik sebagai bagian amal soleh (Ar Rahman 60) dan tidak melakukan pengrusakan (Al A’raaf 56).
Kemakmuran
Kedua, kemakmuran. Ungkapan ini seakan hilang kurang terekspos atau memang sudah merasa berat untuk melakukan proses kemakmuran. Tragisnya yang terjadi justru kemakmuran pada komunitas yang kecil dan yang besar cenderung ditelantarkan bahkan disalahkan akibat mengganggu kepentingan segelintir yang kecil.
Muhammadiyah begitu berani dan menginspirasi untuk memunculkan isu-isu kemakmuran. Sebab, ini merupakan amanat kemerdekaan bangsa Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.
Beraninya Muhammadiyah mem-publish kemakmuran ini merupakan wujud kepedulian dan hadirnya dalam dinamika kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan. Apa yang terjadi jika isu kemakmuran diabaikan, justru mengakibatkan permasalahan yang lebih kompleks tidak hanya terkait kesejahteraan, tetapi juga keadilan.
Jangan sampai terjadi diskriminasi sehingga berbuat arogansi. Kemakmuran adalah harapan bukan sekadar pemanis seremonial belaka. Lihatlah peta dan data kondisi penderitaan dan ketidakadilan begitu mengkhawatirkan akibat kemakmuran tidak diprioritaskan.
Untuk Semua
Ketiga, untuk semual. Hal ini menunjukkan komitmen Muhammadiyah menghadirkan kemakmuran untuk semua ini adalah bentuk Muhammadiyah yang inklusif sekaligus integratif, tidak menutupi diri dan enggan berinteraksi dengan lainnya. Justru Muhammadiyah memberikan inspirasi kepedulian secara utuh karena masih sering terjadi kepedulian hanya untuk kepentingan sendiri karena telah menyukseskan kedudukan yang sudah didapatkan.
Hal ini termasuk praktik bukan untuk semua, tetapi untuk yang mendukung kepentingannya. Justru yang demikian ini dapat memicu rasa ketidakadilan dan ketidakpercayaan, dan sungguh runyam ketika akses akses mendapat kesejahteraan hanya untuk golongan. Kemakmuran yang tidak merata menjadi potensi pemicu bencana bangsa akibat ketidakadilan yang begitu sewenang-wenang di-publish tanpa merasa bersalah.
Menghadirkan kemakmuran untuk semua sebagai wujud implementasi umat terbaik (Ali Imran 110) sekaligus komitmen menata yang lebih akibat salah urus dan salah kelola sehingga malu rasanya menyampaikan amanat kemakmuran.
Spirit menghadirkan kemakmuran untuk semua merupakan bagian dari amal saleh sehingga tema tersebut tidak berhenti dalam wacana, tetapi terukur secara faktual. Semua elemen masyarakat bersinergi dan berkolaborasi untuk kemakmuran negeri.
Selamat dan Sukses Milad Ke-112 Muhammadiyah yang bertekad Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua. Semoga Allah SWT meridhainya. (*)