Oleh : Edy Susanto, M.Pd
Kebijakan Mendikbud, Profesor. Dr. Muhadjir Effendy, dalam pengejawantahan dari Nawacita Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo yang terkait dengan PPK disambut positif oleh masyarakat dan praktisi pendidikan. Karena untuk mengejar ketertinggalan pembangunan peradaban dari negara-negara di dunia, Bangsa Indonesia harus bangkit dan menata ulang konsep pendidikan sekaligus untuk menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka dengan terwujudnya generasi emas.
Konsep Gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK) yang digagas oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (periode 2000-2016) ini adalah solusi tepat untuk menata kembali pendidikan di Indonesia. Gerakan PPK adalah gerakan kembali ke tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia dengan kualitas pribadi berintegrasi, beragama, bermoral, berakhlak mulia, berbudi luhur,dan berilmu.
Fenomena pendidikan di Indonesia bahwa Outcome pendidikan sampai saat ini masih belum mampu menjawab tantangan perubahan jaman yang semakin kompleks. Kegagalan dalam implementasi pendidikan yang kurang mengedepankan penanaman karakter akan dapat menghasilkan kenakalan remaja, kriminalitas, dekadensi moral, tawuran pelajar, terorisme, korupsi, dan penggangguran yang hampir setiap hari menghiasi berita di koran, televisi, atau media sosial. Hal tersebut di atas disebabkan karena dalam implementasi pengajaran di kelas guru masih mengedepankan angka-angka, rutinitas, target kurikulum, dan sekedar transfer knowledge, namun seharusnya guru hadir di dalam kelas harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, membangun relevansi antara materi dan pengalaman siswa. Jika guru mampu melakukan hal tersebut, kehadirin guru sangat dinantikan dan dirindukan. Pandangan Megawangi dalam buku yang berjudul “Pendidikan holistik” bahwa guru seharusnya mampu menciptakan manusia yang holistik, yaitu guru harus mampu mengoptimalkan segala kemampuan atau potensi siswa yang meliputi potensi akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif, potensi emosi, dan potensi spiritual.
Gerakan penguatan pendidikan karakter di sekolah-sekolah sudah mulai diimplementasikan secara bertahap ke seluruh sekolah di penjuru Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pelatihan dan Bimtek PPK untuk kepala sekolah, guru, dan Komite sekolah secara bertahap sudah dilaksanakan untuk sekolah-sekolah rujukan. Desiminasi PPK ke sekolah-sekolah imbas sangat diperlukan untuk percepatan implementasi PPK. Gerakan PPK dibutuhkan kerjasama yang baik antara pimpinan sekolah dengan guru, guru dengan siswa, sekolah dengan orangtua siswa, dan siswa dengan orangtua. Sekolah dengan masyarakat. Saling bersinergi dalam menyukseskan PPK di sekolah.
Dalam implementasi PPK di sekolah, siswa diwajibkan untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza, menghafal yel- yel PPK, implementasi lima hari masuk sekolah sesuai dengan permendikbud no. 23 tahun 2017, penanaman 5 karakter utama ( religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas), literasi ( membaca 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai). Dalam gerakan PPK, sekolah juga diharapkan sudah memiliki program sekolah ramah anak, yaitu Sekolah sebagai second home siswa dapat menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan siswa dalam belajar, joyful learning. Dalam pelaksanaan sekolah ramah anak, siswa tidak memiliki rangking akademik, siswa tidak dibebani pekerjaan rumah oleh guru. Siswa sudah tidak lagi disibukan dengan tugas-tugas sekolah seperti PR ( pekerjaan rumah) mata pelajaran tertentu, namun siswa disibukan dengan interaksi orangtua dan anak. Pendampingan orangtua pada anak di rumah sangat dianjurkan. Isi kegiatan di rumah dengan kegiatan yang mendukung penanaman nilai-nilai karakter utama.
Keterlibatan IKWAM ( ikatan keluarga walimurid)/Komite sekolah sangat membantu dalam implementasi PPK di sekolah. IKWAM sebagai perwakilan dari orangtua siswa memiliki peran strategis untuk membangun komunikasi dan kerjasama yang efektif dengan sekolah. Program kerja yang mendukung kegiatan sekolah adalah memiliki nilai yang luar biasa dalam menyukseskan PPK di sekolah. Dukungan IKWAM tidak hanya dalam bentuk material, namun dukungan kerjasama dapat dalam bentuk pengelolaan kegiatan sekolah dan memberikan masukan atau saran untuk kemajuan sekolah.
Mewujudkan anak yang berkarakter dibutuhkan dukungan keluarga. Sinergi sekolah dan orangtua harus terjalin dengan baik. Jika dalam proses pendidikan siswa di sekolah tanpa ada kerjasama yang baik dengan orangtua maka pendidikan yang dilakukan di sekolah bagaikan bertepuk sebelah tangan. Dalam konsep pendidikan, keluarga memiliki peran yang sangat menentukan karakter seseorang seperti dalam konsep Tri pusat pendidikan ( pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat) yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan keluarga menjadi kunci utama pembentukan dan penguatan karakter siswa.
Dalam pelaksanaaan PPK, sekolah diharapkan mampu membangun budaya sekolah yang baik melalui kegiatan sekolah yaitu pembiasaan literasi. Sekolah harus mampu mendorong siswa, guru, dan tenaga kependidikan untuk gemar membaca dan menulis. Karya tulis siswa dan guru melalui web sekolah, majalah sekolah, buku bacaan, media cetak, dan media sosial seperti blog atau jurnal pendidikan adalah bukti nyata bahwa di sekolah sudah terbangun iklim literasi. Sekolah juga diharapakan secara berkesinambungan mendukung terlaksananya pembuatan karya tulis, bukan yang bersifat sesaat.
Sekolah yang sudah melaksanakan PPK harus menjadikan kegiatan ekatrakurikuler sebagai wadah menanaman nilai-nilai lima karakter utama. Kegiatan ekstrakurikuler tidak lagi dipandang hanya sebagai pelengkap kegiatan atau sekedar melaksanakan kegiatan, namun ekstrakurikuler di kondisikan sebagai upaya sadar dan sistemetik seperti:
1. Bahwa ekstrakulikuler itu harus dikelola secara profesional.
2. Sekolah diperbolehkan mengambil pelatih ekstrakurikuler bersertifikat dari luar sekolah.
3. Sekolah diperbolehkan bekerjasama dengan lembaga lain, seperti komunitas seniman, komunitas olahragawan, atau komunitas lainnya yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
4. Sekolah memberikan pilihan-pilihan kegiatan ekstrakurikuler yang berkorelasi dengan bakat dan minat siswa dan memiliki relevansi dengan kebutuhan, aspirasi, dan bakat minat siswa.
Seiring dengan perkembangan jaman, peradaban, dan teknologi , Sekolah sudah selayaknya selalu mengikuti perubahan dan perkembangan jaman. Kepala sekolah harus mampu membangun iklim sekolah yang dinamis dan mampu mengembangkan iklim akademik yang kompetitif dan kolaboratif, sehingga tercipta branding sekolah.
Dalam kurun waktu tertentu yang disepakati bersama bahwa sekolah perlu melakukan evaluasi peraturan sekolah. Tatanan nilai yang telah dirumuskan bersama dengan baik diwujudkan dalam berbagai perilaku sehari-hari melalui interaksi yang efektif. Dalam rentang waktu yang panjang, perilaku tersebut akan membentuk suatu pola budaya tertentu yang unik atau beda dari lembaga lainnya. Hal ini yang pada akhirnya menjadi karakter khusus suatu lembaga sekaligus menjadi pembeda atau defferensiasi.