Momentum Pemilu, Merebut Kursi Kebangsaan

0
48
Ace Somantri, dosen UM Bandung. (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Gelaran selebrasi demokrasi sudah di depan mata. Tebar pesona sudah menjadi hiasan sebuah citra. Hajatan partai politik menegaskan sikap menjelang Pemilu 2024 sudah terang benderang, tanpa harus menimbang dan mengkalkulasi siapa yang akan jadi. Siapa pun hari ini yang akan menjadi pemain kontestan politik kekuasaan jauh-jauh hari harus banyak berselebrasi dengan cara dan strategi yang cantik dan ciamik.

Kalkulasi dan spekulasi menjadi politisi hari ini tidak mutlak seperti hitungan tambah, kurang dan kali. Siapa pun orangnya, baik latar belakang suku, ras, dan agama tidak terlalu berpengaruh besar terhadap prolehan suara untuk merebut kursi. Dalam politik semua hal ihwal yang ada tetap masuk ranah spekulasi, namun sangat bisa terjadi ketika sudah kehendak Ilahi. Tidak ada yang pasti bagi para politisi. 

Kontestasi dalam selebrasi politik, baik dalam suksesi eksekutif, legislatif, maupun yudikatif dituntut setiap orang untuk tetap waspada dan hati-hati. High cost dalam kontestasi politik sudah berjalan puluhan tahun sehingga membudaya dan membentuk tradisi yang lumrah seperti biasa. Silaturahmi bermakna kolaborasi harus memiliki visi siapa pun kontestan dalam panggung selebrasi dari berbagai warna partai, memiliki skill interaksi dan komunikasi publik sebuah keniscayaan.

Pun sama, setiap kontestan eksekutif dan legislatif dari tingkat pusat hingga daerah dituntut memiliki jaringan sosial yang luas dan luwes, network berbagai kelompok sosial tanpa kecuali minimal dikenal nama dan rupa wajahnya. Strategi merebut suara dari hati pemilih gampang-gampang susah. Namun siapa pun yang berminat sekalipun belum banyak investasi sosial, masih ada waktu untuk membuat strategi cepat namun efektif dan efesien.

Ketika sudah berkomitmen mendaftar diri, baik atas kemauan sendiri atau diminta menjadi bakal calon sebaiknya pastikan segala hal ihwal risiko dan konsekuensinya. Bukan sekadar coba-coba atau hanya uji coba memanfaatkan momentum. Komitmen bulat harus meyakinkan diri bahwa saat ini yang tepat untuk maksimalkan kekuatan dan potensi yang dimiliki.

Kerahkan seluruh skill yang di miliki, ruang, dan waktu menjadi peluang dan kesempatan memperkenalkan diri dan visi yang sudah terpatri dalam jiwa dan raga. Hidup hanya sekali, kesempatan tidak akan datang dua kali. Selama ada waktu dan kesempatan untuk menjadi kontestan, maka jangan disia-siakan peluang dan momentum di depan mata sikapi dengan jelas dan tegas.

Biarkan orang bicara apa, hari ini dan esok kita sendiri yang menentukan arah hidup dan kehidupan kita. Boleh sesekali meminta saran dan masukan dari orang-orang dekat untuk memantapkan niat dan komitmen yang sudah di buat. Hajat lima tahunan momentum selebrasi demokrasi menjadi ruang dan waktu untuk berbagi kesempatan kepada para generasi. Berusaha untuk menjadi kader-kader bangsa sejati, hanya perlu diingat siapa pun anda dan latar belakang apa pun anda, niat dan orientasi menjadi pemimpin adalah melayani, bukan dilayani; memberi solusi, bukan mengintimidasi; menjadi manusia peka dan peduli, bukan yang gemar membully.

Momentum Pemilu 2024 bagian dari dinamika demokrasi kebangsaan. Hal ihwal alat pendukung dan penunjang jalannya demokrasi menjadi penting untuk didukung. Siapa pun mereka yang didukung bukan calon pemimpin berkarakter merundung, melainkan yang berkarakater budi pekerti adiluhung. Jauh dari tanah bumi ke langit, ketika banyak berharap bangsa dan negara ini maju.

Sementara para pemimpin bangsa tidak memiliki skill kepemimpinan mumpuni, sifat dan karakater pejabat dan birokrat lebih banyak penjilat harta dan tahta. Tidak peduli tanah bumi ini milik siapa, yang penting perut, rekening dan brangkasnya penuh dengan harta. Selama tahta dalam genggamannya, tidak boleh siapapun menjamah kekuasaannya.

Kesempatan berkuasa bukan berarti untuk menguasai. Justru sebenarnya melayani, peka, dan peduli. Jangan berperilaku pongah dan jemawa, apa pun yang dikehendaki tidak boleh ada yang menghalangi, tidak peduli untuk kepentingan bangsa atau negara.

Baginya kekuasaan merupakan kesempatan untuk memperkaya harta. Ingat dan perlu dicatat, silahkan anda berbuat dan bertindak sesuai kehendak jiwa raga selama untuk kebajikan pada sesama. Namun sebaliknya, ketika hanya untuk kepentingan sesaat yang menyesatkan. Maka sumpah rakyat akan menghakimi di depan pengadilan yang Maha Adil dan Beradab. Wallahu ‘alam (*)

Bandung, Oktober 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini