Mualaf Joram Van Klaveren, Hidayah Datang Saat Menulis Buku Anti Islam

0
16
Joram Van Klaveren bersama bukunya “Apostate” yang mengisahkan dirinya yang semula anti-Islam menjadi seorang mualaf.(Foto: twitter.com/JoramvKlaveren)

Jakarta, KLIKMU.CO – “Mereka benar-benar terkejut. Mereka berkata, ‘Saya tidak percaya. Sulit dipercaya apa yang terjadi.’ Dan beberapa orang mengira saya sakit jiwa dan beberapa orang benar-benar mengira saya gila,” kata Joram van Klaveren sebagaimana ia tulis dalam bukunya “Apostate: From Christianity to Islam in the Time of Secular Terror” yang mengisahkan tentang dirinya sebagai seorang mualaf.
Joram van Klaveren yang lahir di Amsterdam, 23 Januari 1979, awalnya adalah seorang pembenci Islam yang selalu mengkampanyekan bahwa Islam adalah sebuah kebohongan dan Al-Quran adalah racun.
Joram yang saat menjadi anggota parlemen selama bertahun-tahun merupakan tangan kanan politisi anti-Islam Geert Wilders, tanpa henti selalu melakukan kampanye anti Islam dalam parlemen Belanda, maupun dalam berbagai kesempatan di luar forum parlemen.
Yang menarik, Joram van Klaveren mengaku memutuskan untuk menjadi mualaf saat sedang menulis buku yang tadinya dimaksudkannya untuk menjadi sebuah buku anti-Islam.
“Selama penulisan itu, saya menemukan semakin banyak hal yang membuat pandangan saya tentang Islam goyah,” kata Joram van Klaveren dalam wawancara di TV Belanda, NieuwLicht sebagaimana dilansir dari Islamicfinder.org
Pada 26 Oktober 2018, menjelang perilisan bukunya yang berjudul Apostate: From Christianity to Islam in the Time of Secular Terror, dia pun resmi mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat dan memproklamirkan diri sebagai seorang mualaf.
Dengan menjadi mualaf, Joram van Klaveren mengikuti jejak Arnoud van Doorn, mantan rekannya di parlemen yang menjadi penasihat Kota Den Haag. Sama seperti Arnoud, Joram van Klaveren membuat keputusan untuk menjadi mualaf saat menulis sebuah buku anti-Islam.
Selanjutnya pada 2019, Joram van Klaveren kembali menulis buku keagamaan, yang mengisahkan tentang prosesnya menjadi seorang mualaf.
Joram mengisahkan dirinya dulu adalah pemeluk agama non-Muslim yang cukup taat. Dia rutin pergi ke tempat ibada membaca kitab, mempercayai surga dan neraka. Namun dia mengaku mulai mempertanyakan ajaran itu dan banyak berkonsultasi tentang ini sejak berumur belasan.
“Percaya atau tidak, itu masih sangat kompleks. Karena jika ada Tuhan di dalam kitab, dikatakan Tuhan itu kekal. Tetapi jika Anda Abadi dan pada saat yang sama, Anda mati. Anda tidak bisa menjadi Abadi. Jadi itu adalah sesuatu pertentangan pemikiran ketika saya berumur 16,17 tahun, dimana saya mulai mempertanyakan hal-hal seperti itu,”jelasnya.
Namun pikiran itu kemudian dia pendam dalam-dalam dan berpikir bahwa ketidakmampuannya untuk memproses informasi itu adalah karena kurangnya pengetahuan. Dia mempercayai adanya Tuhan. Minatnya kepada isu agama membuatnya mengambil jurusan perbandingan agama di universitas dan kemudian melihat agama-agama lain, termasuk Islam. Tapi citra Islam di matanya, kala itu, sangat buruk terutama setelah kejadian pembunuhan tragis sutradara Theo Van Gogh oleh seorang Muslim.
“Jadi itu memperkuat perasaan anti-Islam saya seperti yang saya pikirkan. Yah, saya harus menjadi aktif secara politik untuk melakukan sesuatu dan menghentikan kejahatan ini atau merugikan negara kita,”ujarnya.
“Itulah alasan saya ingin menulis buku untuk menjelaskan orang-orang, mengapa Islam adalah bahaya bagi dunia,”tambahnya.
Namun upaya melemahkan Islam ini justru membuatnya mendalami ajaran Islam yang dianggapnya logis dan menjawab pertanyaan tentang Ketuhanan yang selama ini dipertanyakannya. Keesaan Tuhan dinilainya adalah ajaran yang logis dan mulai membuat kesimpulan bahwa Tuhan Islam adalah yang benar.
Dia juga kemudian mendalami tentang Nabi Muhammad SAW, terkait sejarahnya dan perilakunya selama hidup. Setelah mendalami ini, dia juga menyimpulkan Muhammad adalah Nabi. Joram menyadari bahwa penelitiannya ini telah menjurus ke jalan yang berbeda dari tujuan awal dan mencoba meneguhkan diri agar tidak mempercayai dua hal itu (syahadat).
“Ini mengerikan. Karena saya sudah menerima Keesaan Tuhan ini. Dan sekarang saya katakan dia (Muhammad) adalah seorang Nabi. Jika saya katakan hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah Nabinya, itu hampir seperti syahadat. Jadi saya berpikir, oke, mari kita tutup buku. Hentikan ini, saya pergi ke arah yang salah,”katanya.
“Yah saya menyimpan semua buku dan meletakkan buku-buku itu di rak yang tinggi. Tapi dari begitu banyak buku, salah satu buku yang jatuh dari rak adalah Alquran dan ketika saya mengambilnya, tangan saya berada di halaman tepat di surat 22 (Al Hajj) ayat 46 dan dikatakan bahwa bukan mata yang buta. Tapi hati. dan saya berpikir, itu benar-benar masalah saya,”tambahnya.
Setelah momen itu, ia memutuskan untuk bersyahadat dan memberitahukan keputusannya kepada publik. Keputusan yang membuatnya mendapat ribuan ancaman kematian dan tanggapan negatif dari pemilihnya. Namun ia tetap pada pendiriannya dan mengajak orang-orang untuk lebih mengenal Islam.
“Cobalah untuk membaca dan mempelajari kehidupan Nabi. Coba pahami apa yang diyakini orang Muslim. Tidak begitu banyak perilaku Muslim karena ada banyak Muslim yang tidak hidup seperti Muslim termasuk saya sendiri. Saya tidak selalu hidup, seperti seorang Muslim.
Tetapi Anda harus melihat contoh dari semua contoh dan itu adalah Nabi. Dan jika Anda mempelajari hidupnya, mungkin Anda menemukan petunjuk yang menuntun Anda pada kebenaran,”katanya.
Tentang meningkatnya sentimen anti-Muslim di Eropa dalam beberapa tahun terakhir, Joram mengatakan bahwa salah satu hal yang memicu Islamofobia adalah budaya masa, yaitu bagaimana orang Arab dan Muslim terus-menerus ditampilkan sebagai teroris, terutama di film-film Hollywood. “Saya pikir itu masalah terbesar saat ini, Anda memiliki media. Dan media menggambarkan (ini) karena berita negatif laku.” “Jadi hal-hal negatif seperti serangan teroris dan semacamnya, itu terus berulang, berulang dan itu tentu saja membentuk pikiran banyak orang yang sudah bias” jelas Joram yang kini sering di undang sebagai pembicara dalam berbagai forum kajian mualaf di berbagai negara.(mhd)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini