Muhammadiyah Bermanhaj Salaf, tapi Salafi Belum Tentu Muhammadiyah

0
237
Dr Nurbani Yusuf MSi, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (AS/Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Bukan hanya musik, salafi takfiri juga mengharamkan lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan mengharamkan menghormati bendera Merah Putih.

Salafi bukan kita!!

Dalam terminologi mereka (kelompok yang menamakan diri salafi), para ulama dibagi menjadi tiga bagian.

Pertama, ulama ahlu bid’ah, NU dan semua varian aswaja.

Kedua, ulama ahlu subhat, Muhammadiyah dan semua varian pengusung jargon kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunah.

Ketiga, ulama ahlu sunnah, kelompok mereka sendiri yang ditandai dengan celana cingkrang dan jenggot sebagai identitas, meski sesama mereka juga saling men-tahzdir.

Awalnya, paham salafi-wahabi ini menyasar kalangan Islam tradisional yang dianggapnya sebagai sarang TBC, tapi belakangan mendapatkan perlawanan keras dan beberapa halakahnya dibubarkan.

Salafi-wahabi adalah sepasang gerakan puritan. Salafi konsen pada purifikasi fikih. Wahabi konsen pada purifikasi akidah atau teologi. Keduanya saling ber-ta’awun dan berkelindan.

Jangan khawatirkan Syiah tumbuh di Muhammadiyah, tapi taqiyah salafi-wahabi jauh lebih masif. Sebab paham salafi-wahabi ini bisa tumbuh subur di Muhammadiyah karena memiliki beberapa kesamaan irisan dalam amalan ibadah, tapi tetap saja mereka bukan kita. Sebab mereka juga menganggap Muhammadiyah bukan bagian dari mereka.

Kelompok salafi ini terus melakukan infiltrasi di persyarikatan.

Mereka menggunakan pendekatan berbeda. Ketika berdakwah di kalangan NU menggunakan metode head-to-head dan ketika berdakwah di Muhammadiyah menggunakan pendekatan infiltrasi.

Strategi infiltrasi ini cukup efektif karena ada beberapa kesamaan paham dan amalan antara salafi dan Muhammadiyah sebagai pintu masuk: menggunakan jargon kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah Maqbullah, tidak bermazhab meski belakangan mereka taklid buta pada ulamanya sendiri, tidak menjaharkan niat, tidak menjaharkan basmalah, tidak membaca sayidina pada saat tahiyat, tidak kunut subuh dan semangat purifikasi dan memberantas TBC, dan beberapa lainnya.

Lazimnnya manhaj, salafi ini juga ada beberapa firqah yang terus meruak berkembang sesuai situasi dan kondisi. Sebut saja salafi ilmi, salafi manhaji, salafi jihadi, hingga salafi takfiri yang keras dan suka menyesatkan semua yang tidak sepaham dengan prinsip al Wala’ wal Bara’ yang dipegang kekeh. Maka jangan heran jika mereka beranjak pergi dari majelis jika yang memberi kultum bukan ustadz dari kalangan mereka.

Bukan hanya soal musik, salafi juga berbeda dengan Muhammadiyah dalam banyak hal. Mereka menggunakan rukyat untuk menentukan awal bulan. Sebab itu, di jamaah akar rumput sering terjadi gesekan karena mereka menolak fatwa tarjih, mereka mengharamkan berorganisasi meski belakangan agak dikendurkan karena khawatir ketahuan gerakannya banyak mendapat perlawanan meski realitasnya mereka bikin yayasan-yayasan untuk mengurus aset yang mulai mereka kumpulkan.

Salafi adalah manhaj yang berbeda dengan Muhammadiyah. Banyak yang tidak saya sebutkan mulai dalam pemahaman tentang tauhid, fikih, hingga soal tujuan ber-harakah. Prof Dr Yunahar Ilyas menegaskan, “Muhammadiyah itu bermanhaj salaf, bukan bermazhab salaf (salafi).

Tahdzir salafi terhadap Fatwa Majelis Tarjih dan ulama Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat mengandung banyak faedah, setidaknya dapat menarik garis demarkasi dan menegasi bahwa salafi bukan kita. Ketua PP Muhammadiyah Prof Syafiq Mughni dengan tegas menyebut salafi adalah benalu di persyarikatan; ketika masih kecil mereka numpang setelah besar tidak segan mendepak yang punya rumah.

Dalih ukhwah Islamiyah saja tak cukup sebab realitasnya sering sebaliknya. Mereka adalah kompetitor dalam pengertian positif jadi tak mengapa saling bersaing meski mengusung jargon sama.

Semoga tumbuh kesadaran kolektif dalam mengonstruksi adab dalam berdakwah.

Masjid NU dikelola dengan cara NU.

Masjid Muhammadiyah dikelola dengan cara Muhammadiyah.

Masjid salafi (jika punya) dikelola dengan cara salafi.

Bersaing yang sehat saling menguatkan, bukan berebut masjid milik tetangga.

Muhammadiyah sudah pasti bermanhaj salaf sebab menyandarkan kepada Al-Qur’an dan Sunah Maqbullah dan para salaf saleh yang muktabar, sedangkan salafi belum tentu Muhammadiyah sebab mereka punya organisasi, yayasan, pimpinan, dan ulama sendiri yang diikuti dan ditaati: Syaikh Utsaimin, Syaikh bin Bazz, Syaikh Al Bani, Syaikh Fauzan, dan syaikh-syaikh yang lainnya. Kepada para syaikh inilah mereka bertaklid.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini