Muhammadiyah Tidak Akan Menjadi Partai Politik, tapi Tokohnya Ada di Mana-Mana untuk Berpolitik

0
65
Dr Mahsun Jayadi MAg saat memberikan materi Kajian Ahad Pagi PCM Wiyung di halaman Pondok Pesantren KH Mas Mansyur Dukuh Gempol Balasklumrik Wiyung. (Ali/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Kajian Perdana Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wiyung biasanya dilaksanakan di masjid. Tapi, kali ini berbeda. Kajian berlangsung di halaman Pondok Pesantren KH Mas Mansyur Dukuh Gempol Balasklumrik Wiyung, Ahad (3/9).

Kegiatan ini diikuti seluruh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wiyung, Pimpinan Ortom PCM Wiyung, Pimpinan Ranting, Pimpinan dan GTK Amal Usaha Muhammadiyah, serta segenap takmir masjid/musala cabang Wiyung, hingga sampai membeludak.

Sebagai pembicara dalam kajian perdana PCM baru ini adalah Dr KH Mahsun Jayadi MAg, Direktur Ma’had Umar Bin Khattab Universitas Muhammadiyah Surabaya. Kiai Mahsun menyampaikan materi tentang Pentingnya Berjuang Menegakkan Agama Allah SWT.

Kegiatan ini diawali penyerahan sembako kepada perwakilan masyarakat sekitar pondok pesantren KH Mas Mansyur dari pimpinan cabang Muhammadiyah Wiyung kota Surabaya periode 2022-2027.

Pada sesi materi, Dr Mahsun Jayadi menceritakan kisah KH Mas Mansyur menjadi ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang waktu itu merasakan bagaimana berjuang di Muhammadiyah dengan jiwa yang ikhlas dan penuh kesadaran.

“Muhammadiyah tidak akan menjadi partai politik, tetapi tokoh-tokoh Muhammadiyah ada di mana-mana untuk berpolitik. Itu semua demi kepentingan dakwah amar makruf nahi munkar,” tutur mubaligh asli Paciran, Lamongan, ini.

Menurutnya, semua majelis yang ada di Muhammadiyah itu sangat penting. Maka, dia berharap jangan hanya di dunia pendidikan saja, tapi semua harus bisa kerja sama dengan baik dalam tujuan dakwah.

“Arqom bin Abil Arqom anak jalanan tidak kenal orang tuanya. Rasulullah Saw kemudian mengajaknya, dibina, diarahkan. Sampai-sampai setelah besar rumahnya rela dijadikan pusat kaderisasi Islam. Itulah dakwah,” kisah Mahsun.

“Surat Al Mudastir surat yang kedua turun mengingatkan kepada kita semua, bangunlah, bangkitlah. Maka, saya sangat respek dengan tagline PCM Wiyung Baru Bergema (Bergerak dan Maju) dalam mewujudkan pergerakan Muhammadiyah,” terangnya.

“Yuk, kita contoh Abdurrahman bin Auf, sahabat yang kaya raya, tapi beliau sangat senang bersedekah. Beliau mulai berdagang dari nol. Sampai setelah Rasulullah Saw wafat, bismillah atas nama Allah saya akan memberikan santunan kepada keluarga para syuhada. Menjamin istri-istri nabi Muhammad Saw. Sehingga Abdurrahman bin Auf bingung menghabiskan harta bendanya. Jadi, harta bila digunakan untuk berdakwah tidak akan habis malah bertambah,” tambah Mahsun.

Jadi, dia mengajak untuk menghargai dalam berjuang di Muhammadiyah. Baik itu yang kaya maupun yang miskin, baik yang berilmu maupun yang belum.

“Bersih pikiran dan sehat jiwanya. Ikhlas dan profesional di Muhammadiyah itu menjadi pijakan kita berjuang di Muhammadiyah,” tandasnya. (Ali Shodiqin/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini