Muhammadiyahfobia

0
227
Logo Muhammadiyah

Oleh: Sholikhul Huda

KLIKMU.CO

Masyarakat Indonesia kembali dihebohkan dan dibuat gaduh karena peristiwa yang menampilkan suasana kebencian kepada Muhammadiyah akibat perbedaan pandangan dan sikap atas ijtihad metodologi dalam menentukan dan penetapan awal hari raya Idul Fitri tahun 2023M/14444 H, yang berbeda dengan penetapan/keputusan pemerintah dan ormas Nahdlatul Ulama (NU).

Muhammadiyah dengan metode Hisab berdasarkan ilmu falak (astronomi) menentukan awal bulan Syawal (Idul Fitri) jatuh pada hari Jumat (21/4/2023).Sementara pemerintah (Kementerian Agama) bersama ormas NU dengan metode rukyatul hilal menentukan awal bulan Syawal (Idul Fitri) jatuh pada hari Sabtu (22/4/2023).

Perbedaan ijtihadi tersebut direspons oleh sebagian orang/kelompok secara kerdil, sempit, emosional, sinis, penuh kebencian bahkan sampai secara vulgar melakukan ancaman pembunuhan kepada warga Muhammadiyah di media sosial. Mereka memandang hasil ijtihadi Muhammadiyah tersebut dianggap mbalelo, pembangkang, pembuat onar, tidak patuh dengan pemerintah.

Dan patut disayangkan, mereka yang berpikiran dan bersikap sempit, kerdil, penuh kebencian, bahkan menganggap metodologi hisab sudah usang malah para pemimpin kita (bupati/wali kota/ASN BRIN, peneliti/pemuka agama). Padahal seharusnya mereka dengan kapasitas keilmuan, pengalaman, dan tanggung jawab publiknya bisa menjadi teladan contoh bagi masyarakat Indonesia membangun sikap toleran/moderat, bukan malah mempertontonkan sikap kerdil, sempit penuh kebencian haya karena berbeda ijtihadi keilmuan yang semua bersifat relatif kebenarannya.

Gejala sosial yang terjadi di masyarakat tersebut, saya sebut dengan istilah Muhammadiyahfobia. Muhammadiyahfobia merupakan sebuah gejala sosial yang terjadi masyarakat terkait pandangan dan respons/sikap yang negatif, kerdil, sempit, penuh kebencian terhadap pola pergerakan dakwah Muhammadiyah di tengah masyarakat.

Dari amatan penulis gejala Muhammadiyahfobia nampak dari beberapa fakta kejadian yang ramai jadi perbincangan masyarakat di media sosial.

Pertama, sikap sinis Prof Thomas Djamaluddin (peneliti LAPAN) terhadap metode hisab dalam penentuan hitungan bulan yang digunakan oleh Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal (Idul Fitri) yang dianggap usang. (sumber: https://tdjamaluddin.wordpress.com/ yang terbit pada Mei 2012)

Kedua, penolakan penggunaan lapangan untuk shalat Idul Fitri warga Muhammadiyah oleh Bupati Pekalongan dan Wali Kota Sukabumi, padahal lapangan itu milik masyarakat dan hasil pembayaran pajak masyarakat bukan milik satu golongan, sehingga harusnya semua kelompok masyarakat bisa menggunakan. (sumber: pikiranrakyat.com/18/4/3023).

Ketiga, ancaman pembunuhan warga Muhammadiyah oleh ASN BRIN Andi P. Hasanuddin dikarenakan Muhammadiyah dianggap pembuat onar, pembangkang terhadap pemerintah karena berbeda penetapan hari raya Idul Fitri dan menganggap perbedaan itu Muhammadiyah disusupi oleh ormas HTI yang sudah dilarang di Indonesia. (sumber: kompas.com/27/4/2023).

Keempat, sikap sinis-sempit Ustadz Hafzan El Hadi yang menyebutkan Muhammadiyah sama dengan Syiah yang sudah difatwa sesat oleh MUI, hanya karena berbeda penetapan hari raya dengan pemerintah. (sumber: TIMESNEWS.co.id/28/4/2023).

Fakta di atas tersebut tentu harus menjadi perhatian kita semua bangsa Indonesia yang majemuk. Karena sikap yang dipertontonkan adalah sikap intoleransi, sikap kerdil, sempit, dan kebencian kepada yang berbeda dengan kita akan sangat berbahaya terhadap persatuan bangsa kita tercinta.

Kemajemukan bangsa ini jadi berkah jika semua elemen masyarakat dapat membangun budaya toleransi dan moderasi dala bergama, sehingga dapat bisa legowo menerima perbedaan. (*)

*) Direktur InSID for Research and Humanity, Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini