Muktamar Pemikiran Yogyakarta, Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah Deklarasikan Lima Isu Penting

0
26
Para peserta dan narasumber foto bersama dalam Muktamar Pemikiran dan Peradaban Islam yang berlangsung pada Jumat-Minggu (22-24/12/2023) di Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (JIMM)

Yogyakarta, KLIKMU.CO – Muktamar Pemikiran dan Peradaban Islam yang diselenggarakan pada Jumat-Minggu (22-24/12/2023) di Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan titik balik penting dalam sejarah JIMM. Bukan hanya sebagai perayaan dua dekade perjalanan organisasi, tetapi juga sebagai forum untuk merumuskan strategi masa depan.

Dalam perjalanannya, JIMM dihadapkan pada berbagai isu yang kemudian didiskusikan dan dibahas dalam muktamar kali ini. Isu-isu tersebut menyangkut berbagai problematika yang ada di Muhammadiyah dan tantangan saat ini serta masa depan yang akan dihadapi oleh para intelektual muda Muhammadiyah.

Muktamar ini juga membahas langkah-langkah yang harus ditempuh oleh mereka untuk meneguhkan posisi intelektual muda Muhammadiyah di kancah nasional dan global dalam berbagai bidang. Mulai pendidikan, sosial, politik, iptek, dan keumatan.

Guna memperkaya khazanah pemikiran JIMM dan keluar dari zona nyaman, muktamar kali ini juga mendiskusikan pembahasan tentang kebudayaan sebagai ruang gerak para intelektual. Acara muktamar ini menghadirkan beberapa budayawan sebagai narasumber inti.

Di antaranya, Jumaldi Alfi sebagai pelukis, Mahfud Ikhwan sebagai novelis berdarah Muhammadiyah, dan M. Tafsir sebagai akademisi sekaligus Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah yang banyak berbicara tentang peran warga Muhammadiyah dalam merawat tradisi dan budaya yang mengakar di masyarakat.

Muktamar pemikiran ini juga menghadirkan para aktivis JIMM generasi awal yang memiliki komitmen kuat untuk memberikan mentorship kepada para aktivis JIMM generasi baru. Bahkan, salah satu aktivis JIMM yang telah sukses di dunia akademik, Pradana Boy, sudah memiliki rencana untuk mendirikan sekolah pemikiran Islam di bawah Yayasan Bayt Al-Hikmah guna memfasilitasi para aktivis JIMM yang mempunyai minat di sana.

Mohammad Rokib, salah satu aktivis JIMM generasi awal yang sekarang sedang menempuh studi doktoral di Jerman, juga akan berkomitmen mengawal para new comers untuk bisa melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

“Saya siap memberikan berbagai informasi tentang info-info studi luar negeri dan berjanji akan ‘membocorkan’ tips dan trik jitu memperoleh beasiswa studi di luar negeri,” tuturnya.

Sementara itu, David Krisna Alka, esais berpengalaman yang tulisannya sudah tersebar di berbagai media nasional, sudah mantap untuk menawarkan diri menjembatani para aktivis JIMM baru yang ingin mengirimkan tulisannya di media massa nasional.

Tak hanya mengawal dalam ranah teknis, David juga berkomitmen membimbing mereka untuk menulis esai-esai bermutu yang layak diterbitkan di media massa nasional.

Deklarasi Isu Penting

Pada hari terakhir, para peserta Muktamar bermusyawarah dan bersepakat untuk mendeklarasikan lima isu penting yang menjadi rencana tindak lanjut setelah acara Muktamar ini.

Misalnya, dalam isu penguatan perlindungan HAM dan keadilan gender, aktivis JIMM berkomitmen untuk menerapkan dua isu penting.

Pertama, menguatkan peran dan eksistensi ulama perempuan di Muhammadiyah. Caranya dengan mengorbitkan tokoh ulama perempuan di masyarakat. Kemudian mengader ulama dari pesantren Aisyiyah serta akademisi perempuan yang memiliki kepakaran di bidang tafsir Al-Qur’an. Lalu, mencatat pengalaman perempuan sebagai pengetahuan.

Kedua, mendorong hukum progresif untuk penegakan HAM.

Sementara itu, dalam isu dinamika antara agama, identitas, dan hak asasi manusia dalam wacana kontemporer, aktivis JIMM juga memiliki komitmen.

Pertama, mengarusutamakan spirit moderasi beragama dengan mengadakan dialog lintas iman. Kedua, memandang bahwa semua entitas manusia berhak hidup dan mengakui segala identitas lain tanpa terkecuali.

Ketiga, memiliki kepercayaan diri sebagai kader Muhammadiyah, bertanggungjawab penuh atas apa yang dia lakukan, dan berani bertarung wacana di ruang publik dan berdialektika di forum akademik.

Keempat, berkomitmen terhadap keputusan pikirannya dan responsif terhadap isu HAM dan politik identitas. Komitmen ini dapat dilaksanakan dengan memahami teks serta sisi kontekstualitas dari teks tersebut.

Lalu, dalam isu revolusi pendidikan dan budaya, aktivis JIMM berkomitmen untuk, pertama, melakukan investasi yang serius terhadap kemajuan pendidikan di persyarikatan dengan upaya menghadirkan regulasi dan institusi yang bertugas sebagai pilot project pendidikan.

Caranya, merumuskan materi pembelajaran adaptif dengan kearifan lokal dan dinamisasi zaman. Kemudian, mendorong kelayakan gaji guru persyarikatan hingga setara UMR setempat.

Komitmen kedua, mendorong konsep pendidikan berkemajuan yang tidak berhenti pada level pendidikan formal.

Caranya dengan menciptakan ruang aman kepada anak dari segi mental, spiritual, intelektual, dan emosional. Juga menghadirkan pendidikan alternatif bagi daerah yang sulit mendapatkan akses pendidikan yang setara.

Dalam isu transformasi ekonomi ke arah kesetaraan dan keberlanjutan lingkungan, aktivis JIMM berkomitmen untuk, pertam, mendorong kader muda, warga, dan simpatisan Muhammadiyah untuk terlibat aktif dalam aktivitas kemuhammadiyahan. Kedua, melakukan penyelamatan krisis iklim serta digitalisasi informasi Muhammadiyah Climate Center.

Ketiga, mendorong pemerataan sistem perekonomian di Muhammadiyah, digitalisasi perekonomian, dan meningkatkan laboratorium/inkubator ekonomi Muhammadiyah dalam rangka mencapai kesetaraan dan keberlanjutan. Keempat, mendorong kepada Muhammadiyah untuk menafsirkan ulang makna ekonomi Islam menuju kesejahteraan sosial.

Terakhir, dalam isu keberlangsungan aktivisme JIMM, aktivis JIMM berkomitmen untuk menuntut hadirnya para mentor generasi awal JIMM untuk senantiasa memberikan mentorship yang maksimal dan berkualitas kepada para aktivis JIMM generasi baru. Kemudian, menjaga dan merawat komunikasi di antara para aktivis JIMM.

Setelah mendeklarasikan lima isu penting yang harus segera ditindaklanjuti, para peserta Muktamar kemudian memilih lima presidium JIMM nasional yang akan mengawal keberlangsungan aktivitas JIMM ke depannya. Mereka Yahya Fathur Rozy, Wilda Kumala Sari, Yusuf Rohmat Yanuri, Renci, dan Fariz Revaldi.

(AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini