Gresik, KLIKMU.CO – Musyawarah Wilayah (Musywil) XXIII Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur (Jatim) dilaksanakan bulan depan di Gresik.
Terkait tema musywil “IPM Terdepan, Inklusif Berkemajuan”, Ketua Tim Materi Ina Afrina Faiqotun Nisa menegaskan bahwa tema tersebut merupakan bentuk optimisme PW IPM Jatim di era baru menjadi arah nasional.
Dia juga menjelaskan, PW IPM Jatim dalam hal tersebut siap memberikan dukungan terhadap 8 program prioritas hasil Muktamar XXIII Pimpinan Pusat IPM.
Yaitu, aktualisasi paham Islam berkemajuan, kepemimpinan yang kolaboratif, program inklusif, perencanaan program dan kebijakan berbasis riset dan berkelanjutan, penguatan digitalisasi organisasi, ekosistem perkaderan yang kreatif dan berdampak, spesialisasi minat bakat pelajar, serta pendekatan daya saing untuk diaspora kader.
Ina, sapaan akrabnya, memaparkan bahwa pada era baru saat ini, IPM beralih dari paradigma ansos (analisis sosial) menjadi paradigma aset. Paradigma pendekatan masalah inilah yang dipakai oleh para pendahulu IPM yang masih bersifat defisit.
Di era baru ini, IPM beralih dari paradigma ansos yang menggunakan pendekatan masalah ke paradigma aset dengan menggunakan metode pendekatan aset berbasis apresiatif inquiry.
“Paradigma aset disusun menggunakan dua metode. Pertama apresiatif inquiry dan kedua adalah theory of change (ToC),” tuturnya.
Saat ini program nasional IPM sedang mencoba menggunakan metode yang kedua, yakni theory of change. Teori ini memiliki beberapa siklus. Di antaranya input, menganalisis aset dan sumber daya yang dimiliki. Kemudian aktivitas, aset yang sudah dianalisis di siklus input. Ketiga output atau visi misi jangka pendek. Keempat outcome atau visi misi jangka menengah. Kelima impact atau visi misi capaian jangka panjang yang merupakan visi misi utama dari pimpinan.
“Narasi berkelanjutan adalah manifestasi bahwa aktualisasi program tidak sekadar terbatas pada jangka periode ke periode, tapi berkesinambungan antara periode. Tidak terpatok asal berbeda pimpinan, berbeda orang, lantas programnya berbeda. Namun, yang diharapkan adalah outcome-nya sama untuk mencapai visi misi jangka panjang, meskipun setiap kegiatan punya takjub dan indikator keberhasilan yang berbeda,” paparnya.
Terakhir, dia juga berharap sekaligus berpesan kepada seluruh kader IPM para generasi Z (gen Z). Perlu adanya kesadaran bahwa kita sudah masuk di era baru, yakni perkembangan teknologi AI. Harapan ke depan, generasi Z bisa memaksimalkan artificial intelligence (AI), baik dalam sistem organisasi maupun sistem perkaderan.
“Jika dipetakan juga luas, ada perkaderan formal dan perkaderan pendukung. Melalui program-program perkaderan inilah diharapkan para gen Z ini dapat membawa perubahan yang inklusif dan berkelanjutan,” tandasnya.
(Ulum/Faqih/AS)