22 Desember 2025
Surabaya, Indonesia
Berita

Napak Tilas Muhammadiyah di Kampung Ampel yang Sarat Nilai Sejarah

Andi Hariyadi memberikan buku sejarah kepada Direktur RS PKU Muhammadiyah Surabaya drg Devita Eryani Putri. (Andi Hariyadi/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur kembali menggelar Muhammadiyah Historical Walk (MHW) untuk kedua kalinya. Setelah sebelumnya dilaksanakan pada November 2025 di kawasan Genteng dan Tunjungan, kegiatan kedua digelar Desember, tepatnya pada Ahad (21/12/2025), dengan menyusuri kawasan Ampel, Surabaya.

Kegiatan ini mendapat antusiasme besar dari berbagai daerah di Jawa Timur. Namun, panitia membatasi jumlah peserta agar pelaksanaan MHW lebih terkendali dan optimal dalam menggali jejak sejarah para tokoh Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Kokam, Tapak Suci, serta amal usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua MPID PWM Jawa Timur Ainur Rofiq saat membuka kegiatan di Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya.

Dalam sambutannya sebagai tuan rumah, Direktur RPH Surabaya Fajar A. Isnugroho menyampaikan rasa syukur karena RPH dijadikan titik kumpul MHW kawasan Ampel. “RPH merupakan cagar budaya Surabaya yang berdiri sejak 1927, sehingga memiliki banyak data sejarah yang dapat digali untuk menambah wawasan peserta,” jelasnya.

Dia juga menyampaikan amanah dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi agar RPH terus memberikan layanan terbaik, khususnya dalam memastikan kehalalan proses penyembelihan serta kesehatan hewan dan kelayakan daging konsumsi.

Menyusuri Ampel di Tengah Hujan

Meski hujan lebat mengguyur, puluhan peserta tetap antusias. Dengan payung dan jas hujan, rombongan menyusuri perkampungan Ampel. Ferry Is Mirza, kader Muhammadiyah kelahiran Ampel, ditunjuk sebagai salah satu pemandu. Bersama rombongan, ia menerobos kepadatan peziarah sambil menunjukkan rumah-rumah kader Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, serta Kokam yang tersebar di kawasan tersebut.

Ferry yang begitu familier dengan warga sekitar kerap berhenti untuk menjelaskan peran tokoh-tokoh Muhammadiyah yang berdakwah dengan penuh persaudaraan dan penghormatan. Ia menunjukkan rumah dr Chusnulyakin yang dahulu membuka praktik layanan kesehatan, rumah para kiai dengan keluasan ilmunya, hingga rumah keluarganya sendiri.

Ferry berkisah bahwa ayahnya pernah menjadi Ketua Ranting Muhammadiyah, sementara ibunya bersama Bu Ulfa, istri Ustadz Aunurrofiq putra KH Mas Mansur, mendirikan TK Aisyiyah Bustanul Athfal di lantai dua rumah tersebut. “Setiap Ramadan, rumah itu juga digunakan untuk salat tarawih bersama warga,” jelasnya.

Suasana dingin akibat hujan perlahan berubah menjadi hangat oleh kebersamaan. Ferry yang juga seorang jurnalis mengajak rombongan menerobos pertokoan untuk menemui seorang pedagang yang merupakan tokoh Aisyiyah setempat.

Perjalanan berlanjut menuju makam KH Mas Mansur dan disambut Agus Rosydi selaku Ketua Yayasan KH Mas Mansur. Rombongan menggelar doa bersama, lalu melanjutkan kunjungan ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya. Meski hari libur, direktur dan staf RS PKU tetap hadir menyambut rombongan.

Direktur RS PKU Muhammadiyah Surabaya drg Devita Eryani Putri menyampaikan rasa syukur atas kunjungan tersebut dan menjelaskan bahwa gedung baru RS PKU sebelumnya merupakan Hotel Wali Songo yang kini digunakan untuk layanan kesehatan. Ia menegaskan kesiapan RS PKU melayani warga Muhammadiyah dan masyarakat Surabaya secara umum.

Peserta MHW yang kedinginan dijamu kopi, teh hangat, polo pendem, dan jajanan khas Ampel yang dinikmati dengan penuh keakraban. Ferry pun mengenang masa kelahirannya yang dibantu bidan Bu Burhan dan Bu Tulus di BKM PKU. Ia bahkan menunjukkan kamar persalinan tempat dirinya dilahirkan 71 tahun lalu.

Spirit Dakwah KH Mas Mansur

Rombongan melanjutkan perjalanan menuju Masjid Taqwa dan SD Mufidah di Kalimas Udik. Di lokasi ini, rombongan disambut pengurus Yayasan KH Mas Mansur, Ust Mizan Lazim, kepala sekolah, serta para guru SD Mufidah. Suasana keakraban dan kekhidmatan sangat terasa, mengingat tempat ini menjadi salah satu pusat gerak dakwah KH Mas Mansur.

Andi Hariyadi selaku Ketua MPID PDM Surabaya dan pegiat sejarah Muhammadiyah menguraikan kiprah KH Mas Mansur sebagaimana disampaikan Keita, peneliti asal Jepang. Ia menggambarkan KH Mas Mansur sebagai figur jembatan penghubung antara dunia politik, keagamaan, pendidikan, dan jurnalistik.

Andi juga menyinggung perjuangan Ustadz Aunurrofiq, putra KH Mas Mansur, yang patut diteladani dan dapat dibaca dalam buku sejarah tokoh Muhammadiyah Surabaya.

Menjelang magrib, rombongan melaksanakan salat berjamaah di Masjid Taqwa. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Langgar Gipo yang disambut Ustadz Yunus. Ia menjelaskan bahwa Langgar Gipo merupakan tempat diskusi keagamaan dan kebangsaan para tokoh, seperti HOS Cokroaminoto, KH Mas Mansur, dan KH Hasan Gipo. Di tempat ini pula ukhuwah antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama terjalin erat, mengingat KH Mas Mansur dan KH Hasan Gipo merupakan sepupu.

Di lantai dua Langgar Gipo tersimpan berbagai benda dan foto bersejarah, termasuk foto KH Mas Mansur dan KH Hasan Gipo yang berdampingan. Ustadz Yunus berharap ke depan terdapat foto lambang Muhammadiyah dan foto para Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari masa ke masa untuk melengkapi simbol persaudaraan tersebut.

Dengan hujan yang kembali mengguyur, rombongan tetap bersemangat menuju SD Muhammadiyah 19 Surabaya. Kepala Sekolah, Ust Maliki, menyampaikan terima kasih atas kunjungan tersebut yang dinilai membawa spirit perjuangan dakwah Muhammadiyah, khususnya dalam pengembangan pendidikan.

Rombongan kemudian kembali ke RPH Surabaya dengan sisa tenaga yang ada setelah lebih dari tiga jam menyusuri kawasan Ampel. Meski hujan terus turun, semangat melangkah untuk kemajuan dakwah Muhammadiyah tetap menyala.

(Andi Hariyadi/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *