Ngaji Dino Iki 1753: Jadilah Pemimpin yang Visioner

0
4
Dr Imam Syaukani MA, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Dr Imam Syaukani MA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

A leader is one who sees more than others see, who sees farther than others see, and who sees before others do.

(“Seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih banyak, lebih jauh daripada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum orang lain melihat.”)

Rasulullah saw telah bersabda:

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Shahih Muslim 3408: “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”

Seorang pemimpin harus visioner. Ia harus mampu membayangkan end-state ideal seperti apa dan ke mana arah dari sebuah organisasi.

Semakin besar organisasi, semakin wajib pemimpin bisa melihat jauh ke depan.

Pemikirannya tak bisa dangkal, sempit dan pragmatis. Ia bahkan mungkin tak bisa memetik hasil akhirnya, namun harus diwariskan kepada pemimpin amanah berikutnya.

Sejarah Islam mencatat Umar bin Al-Khattab ra melakukan yang lebih dari hal di atas.

Umar juga berhasil melakukan sense of urgency ala John Kotter dengan meyakinkan Khalifah Abu Bakar ra untuk menyusun mushaf Al Quran setelah perang Yamamah (632M) merenggut para penghafal al-Quran.

Zaid bin Tsabit berkata, Umar bin Khattab mengusulkan ide pembukuan al Qur’an:

قَالَ أَبُو بَكْرٍ هُوَ وَاللَّهِ خَيْرٌ فَلَمْ يَزَلْ يَحُثُّ مُرَاجَعَتِي حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ اللَّهُ لَهُ صَدْرَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ

Shahih Bukhari 6654: ‘Abu Bakar menjawab; ‘demi Alllah, pekerjaan ini adalah kebaikan.’ Tiada henti-hentinya Abu Bakar memotivasi pertimbanganku hingga Allah melapangkan dadaku untuk melakukan suatu hal yang Allah telah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar  untuk melakukannya.

Saat beliau menjadi khalifah tahun 634-644 M mushaf belum selesai. Akhirnya, mushaf pertama lahir di era Khalifah Utsman ra tahun 646 M.

Sebuah visi yang akhirnya bisa dinikmati hingga sekarang, 14 abad kemudian.

Semoga bermanfaat

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dari sahabatmu

Dr Imam Syaukani MA
Wakil Ketua PDM Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini