Ngaji Dino Iki 1771: Kasih Sayang Rasul pada Umatnya

0
10
Dr Imam Syaukani MA Wakil Ketua PDM Surabaya. (Pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Dr Imam Syaukani MA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

“That day all will be saying nafsi nafsi (myself myself). There will only be one man saying ummati ummati (my people my people)”

(“Hari itu semua akan mengatakan “nafsi nafsi” (diriku diriku). Hanya akan ada satu orang yang mengatakan “ummati ummati” (umat-ku umat-ku).”)

Saat manusia dibangkitkan dari alam Barzah dan digiring ke Padang Mahsyar, seluruh manusia hanya akan memikirkan dirinya sendiri.

Bahkan saat orang tua, ayah, ibu, anaknya diseret oleh malaikat, mereka tidak saling menolong dan mereka saat itu (dipastikan) hanya mementingkan diri mereka sendiri.

Dialah manusia Agung Muhammad saw, satu-satunya yang sibuk mencari dan bertanya kepada setiap umat yang ditemuinya:

“D imana umatku ?” Lalu Jibril as menjawab, “Umatmu adalah umat terakhir.”

Sampai akhirnya ia bertemu dengan umatnya lalu dia (Rasulullah saw) menangis bersujud kepada Allah swt memohon untuk memberikan minum umatnya yang kehausan akibat panasnya terik matahari.

Kemudian Allah swt berfirman, “Wahai Muhammad, ini telaga Kautsar, berilah minum kepada umatmu.”

Serta merta Rasulullah saw memanggil: “Umatku, umatku.” Untuk memberikan minum kepada mereka. (baca lebih lanjut: Kitab Syaiful Bathir, Imam As-Suyuthi)

Rasulallah saw pernah bersabda:

شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي

Sunan Abu Daud 4114 (Hadits Shahih): “Syafaatku berlaku untuk pelaku dosa besar dari umatku.”

Dalam riwayat lain disebutkan, dari Anas bin Malik berkata: Nabi saw bersabda:

أَنَا أَوَّلُ شَفِيعٍ فِي الْجَنَّةِ

Shahih Muslim 291: “Aku adalah pemberi syafa’at pertama (untuk masuk) ke dalam surga.”

Pertanyaan yang menarik untuk di ajukan pada diri sendiri adalah: Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk menghadapi peristiwa di Padang Mahsyar?

Pantaskah kita mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw di hari ketika seluruh manusia sibuk mencari perlindungan, sementara kita (saat di dunia) terlalu sering meninggalkan ajaran ajarannya?

Jawaban pertanyaan tersebut cukuplah di hati kita masing-masing…

Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dari sahabatmu
Dr Imam Syaukani MA
Wakil Ketua PDM Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini