Ngaji Reboan #17: Lima Pilar Mewujudkan Keluarga SAMARA

0
920
Ilustrasi diambil dari google.com

KLIKMU CO-

Oleh: Kyai Mahsun Djayadi*

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Arrum ayat 21).
SA=Sakinah.
MA=Mawaddah.
RA=Rahmah.
Makna Keluarga yang Sakinah :
Sakinah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ketenangan, ketentraman, aman atau damai. Lawan kata dari ketentraman atau ketenangan adalah keguncangan, keresahan, kehancuran. Sebagaimana arti kata tersebut, keluarga sakinah berarti keluarga yang didalamnya mengandung ketenangan, ketentraman, keamanan, dan kedamaian antar anggota keluarganya. Keluarga yang sakinah berlawanan dengan keluarga yang penuh keresahan, kecurigaan, dan kehancuran.
Makna Keluarga yang Mawaddah :
Mawaddah berasal pula dari bahasa Arab yang artinya adalah perasaan kasih sayang, cinta yang membara, dan menggebu. Mawaddah ini khususnya digunakan untuk istilah perasaan cinta yang menggebu pada pasangannya. Dalam islam, mawaddah ini adalah fitrah yang pasti dimiliki oleh manusia. Muncul perasan cinta yang menggebu ini karena hal-hal yang sebabnya bisa dari aspek kecantikan atau ketampanan pasangannya, moralitas, kedudukan dan hal-hal lain yang melekat pada pasangannya atau manusia ciptaan Allah. Kriteria calon istri menurut islam dan kriteria calon suami menurut islam bisa menjadi aspek yang perlu dipertimbangkan untuk memunculkan cinta pada pasangan nantinya.

Foto Ngaji Reboan bersama KH. Dr. MAHSUN JAYADI, di masjid NURUL HUDA, Jl. Kapas Krampung 78 Surabaya Bakda Magrib – Isyak diambil oleh Jahya

Makna Keluarga yang Rahmah :
Kata Rahmah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia. Rahmah terbesar tentu berasal dari Allah swt yang diberikan pada keluarga yang terjaga rasa cinta, kasih sayang, dan juga kepercayaan. Keluarga yang rahmah tidak mungkin muncul hanya sekejap melainkan muncul karena proses adanya saling membutuhkan, saling menutupi kekurangan, saling memahami, dan memberikan pengertian.

Rahmah atau karunia dan rezeki dalam keluarga adalah karena proses dan kesabaran suami istri dalam membina rumah tangganya, serta melewati pengorbanan juga kekuatan jiwa. Dengan prosesnya yang penuh kesabaran, karunia itu pun juga akan diberikan oleh Allah sebagai bentuk cinta tertinggi dalam keluarga.

Keluarga SAMARA adalah suatu ungkapan untuk menyebut sebuah keluarga yang penuh damai, tentram dan bahagia. Jadi keluarga SAMARA adalah sebuah keluarga yang ideal dalam rumah tangga, yang secara fungsional dapat mengantar orang pada cita-cita dan tujuan membangun keluarga. Secara teoritis, membangun sebuah keluarga yang ideal-keluarga SAMARA-biasanya jarang terjadi, tidak mudah seperti membalik telapak tangan.Tapi butuh proses dan perjuangan, makanya dalam alqur’an surah ar-Rum ayat 21 menggunakan redaksi ”Litaskunu Ilaiha” yang artinya bahwa Allah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tentram terhadap yang lain. Dalam gramatikal bahasa arab, “Litaskunu” pada ayat tersebut diatas, sebenarnya memiliki makna yang bersifat “Proyektif” akan datang alias berproses, sedang dan akan terjadi. Ini terlihat dari tata bahasa yang digunakan : agar supaya tentram.
Kata “agar supaya tentram” berarti belum terjadi. Karena itu butuh proses dan perjuangan untuk mewujudkannya.

Kembali pada pokok soal, bahwa dalam konteks keluarga SAMARA dalam prosesnya tidak terjadi mendadak, tetapi memerlukan sebuah perjuangan dan pengorbanan serta pilar-pilar yang kokoh yang mampu membingkai bangunan keluarga dari terpaan badai kehidupan.

PILAR-PILAR MEWUJUDKAN KELUARGA SAMARA :

Jika kita menganalogikan keluarga SAMARA bagai sebuah bangunan megah, maka dapat dipastikan adanya pilar-pilar kokoh yang mampu menyangga bangunan tersebut menjadi tahan gempa dan tsunami kehidupan. Begitu pula keluarga SAMARA, butuh pondasi iman dan taqwa serta lima pilar sebagai instrumennya, sebagai berikut :

Pertama,”Komunikasi aktif beradab dan berkelanjutan”, artinya bahwa perlu adanya komunikasi dengan menggunakan redaksi yang baik dan patut secara kontinyu. Sebab sejatinya dalam membina rumah tangga pasangan suami istri tidak lepas dari masalah yang selalu menggelinding dalam kehidupannya, oleh karena itu komunikasi memiliki peran penting dalam memecahkan dan menyelesaikan sebuah masalah.

Agar komunikasi antara suami dan istri bisa efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak antara lain:

Bersikap empati, memposisikan diri anda pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan.
Fleksibel, komunikasi kadang memerlukan suasana dan gaya serius, namun ada kalanya lebih efektif menggunakan suasana dan gaya santai.

Jadilah pendengar yang baik, jangan menguasai komunikasi dengan terlalu banyak bicara dan tidak mendengar.
Hindarkan kalimat dan gaya yang menyakiti hati pasangan yang menghalangi kehangatan komunikasi.
Sampaikan pesan dengan lembut dan bijak, jangan berlaku kasar dalam komunikasi.

Pilih waktu, suasana dan tempat yang tepat untuk mendukung kelancaran berkomunikasi.

Kedua,”Bangun Egalitarianisme”, artinya mari galang kebersamaan, yaitu dalam hubungan rumah tangga diperlukan adanya menjalin kebersamaan dalam keluarga. Kebersamaan dalam hal ini tidak sekedar kehadiran fisik belaka, namun adanya keterlibatan emosi pada seluruh anggotanya. Ada banyak sarana yang bisa kita mamfaatkan untuk membina kebersamaan dalam keluarga antara lain: Bercanda bersama, bermain bersama, belajar bersama, makan bersama dan sebagainya.Dengan demikian kebersamaan dalam keluarga akan memotivasi keterbukaan dalam keluarga.

Ketiga,”Transparansi Proporsional”, artinya diperlukan manajemen yang transparan dalam suatu rumah tangga, sehingga dapat menyehatkan dan juga dapat memberikan dampak positif dalam menjaga stabilitas rumah tangga terhadap bentuk-bentuk virus penyakit dalam rumah tangga, seperti rasa curiga, perselingkuhan, rasa tidak dihargai dan tidak bisa berbagi.

Keempat,”Problem Solver”, artinya hindari perpecahan. Maksudnya pasangan suami istri harus mampu mengelolah komflik keluarga. Karena keluarga SAMARA bukan berarti keluarga tanpa masalah, tapi lebih kepada adanya keterampilan untuk mengelolah konflik yang terjadi didalamnya. Secara garis besar, ada tiga jenis manajemen konflik dalam rumah tangga, yaitu mencegah terjadinya konflik, mengelola konflik bila terlanjur berlangsung, dan membangun kembali perdamaian setelah konflik reda.

Kelima,”Bangun Komunikasi Vertikal”, yaitu dengan berdzikir kepada Allah, maka seorang hamba akan jadi bahagia. Pada pilar pamungkas ini yaitu berdoa kepada Allah, dengan memohon pertolonganNya agar keluarga yang kita bangun menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Karena doa adalah otak dan sarinya ibadah, yang mengandung arti mengakui atas kelemahan diri dan meyakinkan atas kekuatan dan kekuasaan Allah swt.

*Ketua DPD PAN Kota Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini