Ngaji Reboan #49: Jihad, Istiqomah dan Sabar

0
102
Foto Kyai Mahsun Jayadi ( baret merah) diambil dari dokumen pribadi muhammadiyah ngagel

KLIKMU CO-

Oleh: Mahsun Djayadi*

ٱنفِرُوا۟ خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.


Dalam literatur islam, berjuang sepadan dengan kata Jihad, yakni upaya mengerahkan segenap kemampuan dalam berjuang di jalan Allah, dengan harta benda, fikiran, finansial, maupun nyawa sekalipun, demi tegaknya agama Islam di muka bumi.


Kaum Muslimin wajib menjaga ajaran Islam dari berbagai upaya stigmatisasi negatif dan desakralisasi ajaran Islam, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (QS. Muhammad ayat 7).


Jihad, dalam praktiknya disebut Mujahadah. Mujahadah artinya berjuang dengan sungguh-sungguh. Perjuangan yang dimaksud dalam mujahadah artinya adalah upaya atau usaha yang maksimal untuk mendekatkan diri kepada Allah swt (Taqorrub Ila Allah). Selain dipahami sebagai perjuangan sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mujahadah artinya juga sering dikaitkan dengan perjuangan melawan diri sendiri atau perjuangan melawan hawa nafsu, atau yang sering disebut sebagai mujahadah an nafs.
Jihad atau berjuang menegakkan agama Islam wajib dilakukan dengan berjamaah (bersama-sama) dan berjam’iyyah secara tersistem dan kompak, atau dengan kata lain dengan membangun shof dan kebersamaan.


Membangun sebuah komitmen dalam kebersamaan, bukanlah hal mudah, tetapi bukanlah sesuatu yang mustahil. Dalam sebuah gerakan atau organisasi tentunya ada aturan main yang harus ditaati bersama, dan lahan perjuangan yang juga harus difahami benar. Sebab jika tidak maka yang sering kali terjadi adalah kekecewaan, kerugian, dan bahkan kemungkinan munculnya kebencian. Dari sinilah pentingnya pembinaan jama’ah. Dalam sebuah komunitas, jama’ah merupakan inti terpenting, yang di dalamnya terdiri dari pribadi atau personil, dan masing-masing personil itu berbeda karakternya.

Menyatukan karakter tidaklah mungkin bisa dilakukan, tetapi mengkomunikasikan di antara karakter yang berbeda adalah suatu yang sangat mungkin dan bisa terjadi.
يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (QS As-Shof ayat 10).


تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِأَمْوَالِكُم وَأَنْفُسِكُمْ ۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ۙ
Artinya: Yaitu kamu beriman kepada Allah swt, dan Rasul-Nya (Muhammad saw,) dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang terbaik bagi kamu jika kamu mengetahui. (QS As-Shof ayat 11).

Berjihad membutuhkan sikap Istiqomah.
Kata istiqomah (استقامة) berasal dari bahasa Arab yaitu istaqama, yastaqimu, istiqamatan, yang artinya tegak lurus. Dalam makna luas, istiqomah berarti mau bersikap teguh untuk melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan, keislaman meski harus menghadapi berbagai godaan.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istiqomah (kata baku: istikamah) adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsisten. Dalam buku Ensiklopedia Hukum Islam, tertulis pendapat Abu Ali ad-Daqaq, seorang ulama abad ke-9 H, bahwa istiqomah adalah sifat orang akan mencapai kesempurnaan kebaikan sementara orang yang tidak berpendirian akan lenyap usahanya dan sia-sia kesungguhannya.


Al-Maraghi dalam buku Tafsir al Maraghi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan istiqomah adalah teguh dalam beriman sehingga tidak tergelincir, serta ibadah dan itikad-itikad nya tidak dilanggar.


Menurut Abdul Baqi dalam kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Quranulkarim, istiqomah sangat dianjurkan dalam sembilan ayat Al-Quran yakni Q.S. at-Taubah: 7, Q.S. Yunus: 89, Q.S. Hud: 112, Q.S. Fussilat: 6 dan 30, Q.S. al Ahqaf: 13, Q.S. asy Syura: 15, Q.S. al Jin: 16, dan Q.S. at Takwir: 28.


Istiqomah dalam Al-Qur’an secara sederhana dapat diartikan dengan konsekuen atau konsisten terhadap perjanjian yang telah disepakati, dianggap wajib sebab akan menghantarkan kita pada jalan surga yang lurus. Sebagaimana firman Allah swt:
كَیْفَ یَكُونُ لِلْمُشْرِكِینَ عَھْدٌ عِنْدَ اللهَّ ِ وَعِنْدَ رَسُولِھِ إِلاَّ الَّذِینَ عَاھَدْتُمْ عِنْدَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۖ فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِیمُوا لَھُمْ ۚ إِنَّ اللهَّ َ یُحِبُّ الْمُتَّقِینَ
Artinya: Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam. Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertakwa. (Q.S. at- Taubah: 7)

Berjihad membutuhkan sikap Sabar.
Sabar secara etimologi berasal dari bahas Arab, yaitu sabara-yasbiru-sabran yang artinya menahan. Sedangkan menurut istilah, sabar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, putus asa atau patah hati (Stiono, 2015). Namun selain itu, di dalam bahasa Indonesia ada pula kata bersabar yang artinya bersikap tenang, baik pikiran
maupun perasaan.


Ada juga kata kesabaran yang berarti suatu keadaan atau suasana hati maupun pikiran dalam menghadapi cobaan. Kesabaran pada dasarnya merupakan pemanfaatan suatu potensi dalam diri manusia yang berfungsi sebagai pendorong untuk melakukan hal-hal atau tindakan yang baik dan sebagai kekuatan dan pertahanan dari tindakan buruk yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain (al-Khattab, 1997).


Perjuangan menegakkan kebenaran tidak bisa diukur keberhasilannya dalam satu dua hari, satu bulan, satu tahun, tetapi sepanjang hayat, karena perjuangan itu adalah kegiatan berkelanjutan selama hayat di kandung badan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.


Maka dari itu, wajib bagi orang beriman, apalagi pengemban dakwah, untuk menghiasi dirinya dengan sifat sabar ini. Nabi Muhammad saw memuji sifat orang yang sabar:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاء شَكَرَ، فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin. Setiap urusannya baik. Hal demikian tidak terjadi kecuali atas kaum mukmin. Jika meraih kebahagiaan, ia bersyukur. Itu adalah kebaikan bagi dia. Jika ditimpa kesulitan, ia bersabar. Itu pun kebaikan bagi dia.” (HR Muslim dan ath-Thabarani).
Para mujahid (pejuang) dakwah di akhir zaman menyaksikan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw.

Inilah zaman saat mereka hidup bagaikan memegang bara api. Anas bin Malik ra. menuturkan bahwa Rasulullah pernah bersabda:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيْهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ
Artinya: Kelak akan datang suatu masa kepada manusia saat orang yang bersabar (berpegang teguh) dengan agamanya di tengah-tengah mereka bagaikan orang yang memegang bara api.” (HR at-Tirmidzi dan Ibn Asakir)


Sampai kapan batas kesabaran itu? Jawabannya adalah: saat malaikat Izrail menjemput nyawa kita (meninggal dunia), itulah batas kesabaran.
Wallahu A’lam

*Ketua DPD PAN Kota Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini