Ngaji Reboan #24: Kokohkan Jama’ah dan Wujudkan Amal Usaha

0
81

KLIKMU CO-

Oleh : Mahsun Djayadi*

Landasan teologis dalam membentuk wadah perjuangan bagi kaum muslimin dan bangsa Indonesia tidaklah sulit. terdapat dalam surat Ali Imron ayat 104 :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -١٠٤-
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.


Untuk mengaplikasikan kandungan ayat tersebut dibutuhkan adanya Jamaah yang utuh dan kokoh. Jamaah yang utuh dan kokoh itu biasanya disebut “Jam’iyyah” yakni terbentuknya jamaah yang riil, dalam bahasa kita sehari-hari “Berorganisasi”.
Kesadaran Berorganisasi tercipta bukan karena paksaan atau terpaksa, melainkan karena kebutuhan. Bahkan seseorang berorganisasi karena didorong oleh adanya kesadaran bahwa dalam menjalankan dan memperjuangkan sebuah keyakinan (ideologi) tidak mungkin bisa dilakukan sendiri-sendiri tanpa berorganisasi. Memang menumbuhkan kesadaran berorganisasi atau berjam’iyyah tidaklah mudah. Butuh tahapan-tahapan yang harus dilalui.

Setidak-tidaknya ada tiga tahapan yang harus dilalui yakni:
Pertama, Takwin al-Syakhshiyyah. Yakni pembentukan kepribadian. Pembentukan kepribadian yang utuh bermartabat, berkualitas, yang berbasis Iman dan Taqwa kepada Allah swt. dan tercermin dalam sikap dan perilaku kehidupannya sehari-hari. Pribadi-pribadi yang terbentuk berbasis Iman dan Taqwa kepada Allah swt inilah sosok generasi yang memiliki kemandirian dan integritas yang tinggi, serta memiliki kejujuran yakni apa yang ia ucapkan itulah yang ia kerjakan.


Pembentukan kepribadian banyak disebutkan dalam al-Qur’an, misalnya dalm QS Luqman ayat 13-19 :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ -١٣- وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ -١٤- وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ -١٥- يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا
اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ -١٦- يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ
مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ -١٧- وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ -١٨-
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ -١٩-
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Dan Kami Perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tua-nya. lbunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan Memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan, dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”


Kedua, Takwin Ruh al-Jama’ah. Yakni pembentukan semangat berkumpul / berjamaah. Jika semangat berkumpul yang produktiv ini telah tercipta, maka tahap inilah yang menjadi landasan selanjutnya bagi terwujudnya “shaf” atau barisan yang kompak dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Dari sini muncullah sikap kebersamaan, egalitarianism, merasa sehidup sepenanggungan, seaqidah seperjuangan, saling membantu dan menolong, saling memberi nasehat, dan saling memberi semangat.


Diantara penampakan terpenting dari orang yang memiliki ruh jama’iy / berjamaah adalah:


1). Taat kepada kebijakan pimpinan. Seseorang yang tsiqah kepada pimpinan akan berbaik sangka (husnuzhan) serta memiliki keyakinan bahwa pimpinan akan senantiasa berpijak kepada ketentuan agama Islam dan tentu segala macam keputusannya dalam rangka kebaikan bagi jama’ahnya. Ujungnya, tentu saja, untuk kebaikan Islam. Hilangkan su’udzon kepada pimpinan. Rela berkorban demi membela Islam bersama-sama dengan jama’ah dan kaum muslim lainnya. Harta, pikiran, dan tenaga hingga akhir hayatnya.

2). Menjaga nama baik jama’ah atau organisasi. Nama baik merupakan modal utama. Sekali citra buruk terbentuk, selama itu pulalah kesulitan untuk mengembalikannya akan dialami.
Ketiga, Takwin al-Harakah. Pembentukan kesamaan gerakan. Diharapkan adanya kesadaran akan pentingnya gerakan bersama-sama serta memanfaatkan segala potensi yang ada. Pada tahap ini seorang kader sudah tidak merasa lagi pengangguran karena tidak punya keahlian. Yang ada adalah kesadaran bahwa masing-masing manusia itu masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Maka masing-masing bisa bekerja sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka masing-masing. Mereka sadar bahwa potensi apapun yang positive jika bisa digerakkan maka akan mengarah kepada kekuatan umat.
Sesuai dengan firman Allah dalam QS As-Shof ayat 4 :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ -٤-
Artinya: Sesungguhnya Allah Mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Kesamaan dalam bergerak bersama-sama terwujud dalam “Amal Usaha” yang sesuai dengan hajat masyarakat banyak. Amal usaha dibentuk bersama-sama sebagai wujud nyata kekokohan jama’ah dan Jam’iyyah kita, organisasi kita.


Di antara bentuk amal usaha itu misalnya di dunia pendidikan membangun sekolah. Mungkin awalnya terasa berat dan sulit. Tetapi jika berjama’ahnya utuh dan kokoh, berjam’iyyahnya solid, maka pasti menjadi ringan karena dipikul bersama. Proses seperti ini adalah sesuai dengan Sunnatullah, bahwa siapa yang bersungguh sungguh berjuang, pasti ada jalan. Berfikir yang besar dan berangan anganlah yang tinggi, tetapi memulailah dari yang kecil dan sederhana, maka cepat atau lambat pasti menjadi tinggi dan besar.


Contoh lain di bidang Sosial, ketika melihat banyaknya anak-anak yatim atau anak-anak dari keluarga tidak mampu, kita tergerak bersepakat mendirikan “Panti Asuhan”. Awalnya pasti terbayang berat dan sulit baik mencari lahan maupun dananya. Tetapi jika berjama’ah kita utuh dan kokoh, berjam’iyyah kita solid pasti ada jalan. Berfikir yang besar, tetapi memulai dari yang kecil. Banyak sudah bukti kebenarannya.
InsyaaAllah.

*Direktur Ma’had Umar Ibnu Khattab UMSurabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini