Nuzulul Quran di Mata Menko PMK Muhadjir Effendy

0
511
Menko PMK Prof Dr Muhadjir Effendy MAP sat mengisi Syiar Ramadhan UMM. (Wildan/Klikmu.co)

KLIKMU.CO – Dalam rangka memperingati turunnya ayat suci Al-Quran atau Nuzulul Quran, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Syiar Ramadhan bertema Quran sebagai Inspirasi Membangun Masyarakat Literer. Acara ini diselenggarakan secara luring di Dome UMM. Selain itu juga disiarkan secara daring langsung memalui kanal Youtube UMM pada Jumat (30/4/2021).

Prof Dr Muhadjir Effendy MAP yang didapuk jadi pemateri menjelaskan bahwa Islam sangat mementingkan pengetahuan dan literasi. Ayat yang kali pertama diturunkan Allah SWT memerintahkan manusia untuk membaca. Tidak hanya membaca huruf, tetapi juga membaca fenomena alam dan sosial yang merupakan tanda-tanda kehadiran Allah SWT.

“Karena hal tersebut, membaca merupakan pintu awal untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang begitu banyak. Dengan membaca Al-Quran pula, manusia akan mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Pun sebagai petunjuk dan pembeda hal mana saja yang baik serta apa saja yang buruk,” ujar Muhadjir.

Muhadjir menuturkan bahwa Al-Quran memiliki makna yang dalam. Selain itu, kitab suci umat muslim ini juga kaya akan makna. Karena kaya akan makna, meski surah dan ayat yang dibaca sama, tidak jarang tafsirnya bisa berbeda bergantung pada kesiapan, kemampuan, dan bekal pengetahuan pembacanya.

“Membaca Al-Quran secara berulang-ulang akan mengembangkan pengetahuan dan keimanan kita. Karena itu, saya berpesan kepada para dosen dan karyawan UMM agar membacanya setiap hari,” ujarnya.

Minimal para peserta bisa memahami dengan baik satu ayat satu hari. Sesekali bisa membaca terjemahan agar bisa menjadi pedoman, tidak hanya menjadi bacaan saja,” lanjut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tersebut.

Sementara itu, Rektor UMM Dr Fauzan MPd mengatakan bahwa dinamika kehidupan agama selalu mengikuti bagaimana kehidupan sosial masyarakat berjalan. Jika kehidupan sosial berjalan hanya berdasar formalitas, kehidupan agama juga akan seperti itu.

“Untuk itu, saya berharap kita dapat mengembangkan kemampuan internalisasi. Kemampuan ini berfungsi agar kehidupan agama tidak sekadar formalitas, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas keimanan yang kita miliki,” tandasnya. (Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini