Oleh: Fathan Faris Saputro, anggota MPI PCM Solokuro Lamongan
Di sebuah kampung kecil yang terletak jauh di pedesaan, hiduplah seorang ayah bernama Pak Jaya. Pekerjaannya sehari-hari adalah menjual buah-buahan di kota besar, meski jarak yang ditempuhnya tak singkat.
Setiap pagi buta, ia berangkat dari rumahnya dengan sepeda tua, membawa hasil panen yang ia kumpulkan sendiri dari kebun. Meski sederhana, hidupnya dipenuhi keyakinan dan harapan bahwa kerja kerasnya akan berbuah manis suatu hari nanti.
Pak Jaya selalu mengajarkan kepada anaknya, Rendi, tentang pentingnya sikap optimis. “Hidup ini soal perjuangan, Nak, tapi dengan optimisme, semua bisa kita hadapi,” ucapnya suatu malam saat mereka duduk bersama di teras rumah.
Meski penghasilan Pak Jaya tak banyak, ia selalu yakin bahwa pendidikan adalah kunci masa depan Rendi. Setiap hari, ia menabung sedikit demi sedikit dari hasil penjualan buahnya, berharap bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Waktu pun berlalu dan Rendi tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tekun. Ia belajar dengan giat, terinspirasi oleh semangat dan pengorbanan ayahnya.
Berkat kerja kerasnya, Rendi berhasil masuk ke universitas ternama di kota besar, sesuatu yang sebelumnya terasa mustahil bagi keluarga sederhana seperti mereka. Pak Jaya merasa haru dan bangga, melihat anaknya menempuh jalan yang lebih baik berkat pendidikan.
Meskipun biaya kuliah tinggi, Pak Jaya tidak pernah menyerah. Ia bekerja lebih keras, bahkan rela berjualan hingga larut malam di pinggir jalan kota demi memastikan Rendi bisa melanjutkan pendidikannya.
Keletihan yang ia rasakan tidak menghilangkan senyum optimisnya. Ia selalu berkata pada dirinya sendiri, “Asalkan anakku bisa sukses, semua ini tidak sia-sia.”
Setelah bertahun-tahun berjuang, Rendi akhirnya berhasil menyelesaikan kuliahnya hingga tingkat doktor. Momen itu adalah puncak dari semua kerja keras dan pengorbanan yang telah mereka jalani.
Pak Jaya meneteskan air mata kebahagiaan saat menghadiri wisuda anaknya, melihat Rendi berdiri dengan toga kebanggaan. Baginya, ini bukan sekadar hasil dari kerja keras, tapi juga bukti bahwa optimisme telah mengubah hidup mereka.
Kisah Pak Jaya adalah contoh nyata bagaimana optimisme sebagai gaya hidup mampu mengatasi segala keterbatasan. Di tengah keterbatasan ekonomi dan tantangan hidup, ia selalu percaya bahwa masa depan yang cerah menanti di depan.
Ia meyakini bahwa dengan sikap positif dan keyakinan pada diri sendiri, segala rintangan dapat diatasi. Optimisme Pak Jaya telah mengantarkan anaknya meraih cita-cita, dan menjadi bukti bahwa tak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk digapai.
Setelah Rendi berhasil meraih gelar doktornya, hidup keluarga Pak Jaya pun mulai berubah. Rendi mendapatkan pekerjaan yang baik di kota besar, dan dengan penuh bakti, ia membantu mengangkat derajat keluarga mereka.
Pak Jaya yang dulu hanya dikenal sebagai penjual buah di pinggir jalan, kini dihormati sebagai seorang ayah yang berhasil membesarkan anaknya hingga mencapai kesuksesan. Namun, meski hidup mereka sudah lebih baik, Pak Jaya tetap rendah hati dan sederhana, sama seperti dulu.
Rendi sering pulang ke kampung untuk mengunjungi ayahnya, meskipun kesibukannya di kota semakin padat. Setiap kali ia pulang, mereka duduk bersama di teras rumah yang sama, tempat di mana Pak Jaya dulu mengajarkan Rendi tentang optimisme.
“Kita ini berhasil bukan karena harta, Nak, tapi karena keyakinan kita untuk terus maju,” kata Pak Jaya. Rendi tersenyum, mengingat semua pelajaran berharga yang ayahnya ajarkan sejak kecil, dan ia tahu bahwa semua pencapaiannya berakar dari semangat ayahnya.
Pak Jaya, meski sudah tidak lagi harus bekerja sekeras dulu, tetap memilih untuk berjualan buah. “Ini bukan sekadar pekerjaan, ini adalah hidupku,” ucapnya suatu hari saat Rendi memintanya untuk pensiun.
Baginya, berjualan buah bukan hanya tentang mencari nafkah, tapi tentang mengisi hari-harinya dengan kerja keras yang jujur. Rendi menghormati pilihan ayahnya dan justru semakin kagum akan prinsip hidup yang terus dipegang teguh oleh Pak Jaya.
Kisah keluarga Pak Jaya mengajarkan bahwa optimisme bukan hanya soal harapan, tetapi juga tindakan nyata yang menyertainya. Hidup di kampung kecil dengan segala keterbatasan tidak pernah memupuskan impian mereka.
Setiap langkah yang diambil Pak Jaya adalah bukti nyata bahwa dengan keyakinan, kesabaran, dan kerja keras, impian yang tampak jauh sekalipun bisa menjadi kenyataan. Kini, bukan hanya Rendi yang belajar dari ayahnya, tapi juga orang-orang di sekitarnya yang terinspirasi oleh cerita perjuangan keluarga ini. (*)