KLIKMU.CO – Kwartir Daerah (Kwarda) Hizbul Wathan (HW) Lamongan mengadakan silaturahmi dan turba bersama Kwarcab Hizbul Wathan Paciran dan Pembina Qobilah Hizbul Wathan Se-Kecamatan Paciran. Acara berlangsung Jumat (12/11/2021) di Perguruan Muhammadiyah Sidokelar Paciran.
“Atensi untuk Kwarcab Paciran atas kerja samanya membantu atau mendukung kegiatan PCM Paciran. Dengan adanya kegiatan semacam ini semoga tercipta kualitas dan kuantitas khususnya HW,” ujar Anwar Hadir, Ketua PCM Paciran, dalam sambutannya.
- Anwar yang juga jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan ini mengutip surat An-Nahel ada 52 tentang sifat semut. “Pertama, semut pasti hidup bersama-sama/tidak hidup sendiri (koloni). Kedua, semut hidup tolong-menolong. Artinya apa, (seperti semut) pandu HW itu harus tolong menolong,” ujarnya.
Ketiga, semut mempunyai kekuatan lebih dari manusia. Sebanyak 18 kali kekuatan manusia. Keempat, semut hidupnya lebih bersosial daripada manusia. Kelima, dalam surat An-Nahl ayat 18-19 bisa kita ambil pelajaran. “Seorang pemimpin menjadi pengayom,” tambahnya.
Ketua Kwarda HW Lamongan Ramanda Yusuf Ismail mengatakan, masuk pandu HW itu harus atas dasar sukarela dan tidak dipaksakan. Adapun pemimpin pandu HW harus berani mempersiapkan diri dengan benar dan sebaik mungkin agar tidak terjadi pasang surut dalam berkegiatan.
“Tentu kita harus siap belajar, bukan sekadar membaca literatur, tapi perlu mentor atau bimbingan secara berkala. Agar kita mampu memanajemen dan tidak melenceng dari karakter serta kepribadian pandu HW,” jelas Yusuf.
Yusuf lantas berpesan, dalam dalam rangka mengaktualisasikan tersebut, HW harus berani berbuat. Pertama, kita mampu memahami ideologi HW secara benar dan terukur. Kedua, kita harus memahami serta melaksanakan janji dan undang-undang HW dengan penuh tanggung jawab sebagai landasan perspektif pemikiran serta berkegiatan dalam melaksanakan tugas kepanduan.
Ketiga, mental kejujuran harus dimiliki setiap pemimpin pandu Hizbul Wathan, baik di ranah berpikir, berbicara, maupun dalam setiap tindakan.
“Karena itu, kita harus menjiwai persoalan-persoalan di lapangan dan harus mampu menjawabnya secara kesatria. Agar kita mampu menjawabnya dengan tepat dan benar, hanya satu tindakan, yakni mengikuti pendidikan formal kepanduan HW dari tingkatan satu ke tingkatan berikutnya,” pungkasnya. (Fathan Faris Saputro/AS)