Para Big Boss Penegak Hukum Ambyar

0
135
Ace Somantri, dosen UM Bandung. (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Aturan demi aturan diturunkan secara bertahap, sejak Adam alaihi salam dan Hawa hidup di dunia alam semesta bukan tanpa aturan. Mustahil hidup dan kehidupan makhluk di alam semesta tidak ada aturan. Sudah pasti segala sesuatu yang hidup sekalipun hewan melata ada aturannya. Hanya saja, skema aturannya antara hewan dan manusia berbeda. Perbedaannya terletak pada aplikasi nalar akal sehat yang ada pada manusia, sementara hewan hanya insting semata.

Pun begitu bagi manusia hari ini sebagai generasi manusia berikutnya dengan berbagai perkembangan yang sudah banyak perubahan isi dari alam semesta, baik darat, laut, dan udara. Kata kunci dari perubahan secara saintifik dilakukan oleh manusia itu sendiri, seperti nabi Nuh alaihi salam mempelopori pembuatan teknologi transportasi laut, yaitu mahakarya sebuah perahu sangat besar.

Tata aturan manusia semua sudah ada ketika dunia alam semesta diciptakan. Hanya sejauh mana manusia mengelaborasi isi alam semesta menjadi rumusan aturan yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk gerak laju dalam sebuah aktivitas. Apalagi manusia hari ini, aturan demi aturan sangat rinci dan detail, baik yang diturunkan dari Sang Maha Kuasa dalam bentuk wahyu-Nya dan juga segala bentuk tindak tanduk perilaku Rasulullah yang secara langsung ditransfer pada manusia kala itu.

Catatan dari para sahabat yang pernah bersama melihat, mendengar, dan berbuat secara bersama-sama melakukan sesuatu dalam segala hal ihwal hidup dan kehidupan sehari-hari, baik yang dijalankan langsung dioerbuat maupun menghindarinya untuk diperbuat.

Tidak ada alasan manusia hari ini untuk terus-menerus berbuat salah, apalagi banyak merugikan bangsa dan negara, termasuk satu paket menzalimi pada sesama, sangat keterlaluan. Memang di dunia ini dalam sejarah perjalanan manusia, di antara manusia yang ada selalu muncul dua kutub, baik kutub yang berbuat kebaikan dan kebenaran maupun kutub keburukan. Hal tersebut terus berlangsung selama alam semesta ini tetap ada.

Sangat mustahil manusia diciptakan untuk berbuat buruk dan kejahatan. Tidak ada ajaran yang menegaskan. Yang ada manusia diciptakan untuk mengabdi dan menghamba ke Sang Maha Kuasa dengan cara dan berupaya berbuat kebaikan dan kebenaran sesuai ketentuan syariat yang berlaku. Hal itu secara faktual bukan untuk kepentingan Allah azza wazala, melainkan kebermanfaatan hanya untuk manusia itu sendiri. Semakin manusia berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain, semakin menambah nilai manfaat untuk dirinya.

Fakta sosial hari ini, bangsa dan negara Indonesia boleh dikatakan hampir seluruh warganya beragama. Yang berkeyakinan Islam sebagai agama yang benar mendominasi rakyat Indonesia, selain Islam bervariasi jumlah penganutnya. Semua agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran menurut keyakinannya masing-masing, terlebih umat Islam sangat lengkap dan sempurna ajarannya.

Sudah menjadi rahasia umum para pejabat negara di berbagai kementerian dan lembaga negara, hampir semua lini mengalami turbulensi akibat perilaku koruptif yang sangat akut dan mengerikan. Masih beredar dan viral perilaku korupsi dan kejahatan terhadap negara, bahkan menjadi kejadian luar biasa ketika institusi penegak hukum Indonesia dari sekian penggawa utamanya penegak keadilan justru mengadili dan menghukum dirinya sendiri dengan bertabur bintang di pundak. Baik bintang pangkat dan jabatan, juga bintang mahaputra menempel dalam pakaian kebesaran. Namun, itu hanya hiasan belaka nan hina.

Duaaar, hakim agung yang seharusnya mengagungkan keadilan bagi bangsa dan negara justru tertangkap tangan yang memilukan bagi institusi penegak keadilan agung, padahal seharusnya institusi agung tempat menghakimi para pencari keadilan. Hari ini seorang hakim agung terperangkap dan masuk ke dalam jaring yang dibuat sendiri.

Apakah ini kebetulan atau sebuah peringatan yang diperlihatkan oleh Sang Maha Kuasa Allah azza wazala, sebagai sampling dari sekian perilaku hakim? Bisa jadi bukan hanya dia yang berbuat, melainkan tidak menutup kemungkinan banyak hakim-hakim agung lainnya. Hanya, tidak terungkap dan tidak terjaring. Hal itu sangat mungkin sekali karena institusi Polri sebagai penegak hukum, pengayom dan pelayan masyarakat pun sempat terjadi kiamat hingga meluluhlantakkan korps satuan yang di banggakan negara.

Ambyar, para big boss penegak hukum berperilaku nista dan hina. Taburan bintang jabatan dan pangkat menghiasi baju kebesaran hanya menjadi tanda kepongahan raga, jiwa bersih menjadi kotor seketika tanpa ada rasa iba pada negara dan bangsa. Justru telah dibuat malu yang memilukan korps satuannya luluh lantak hancur berkeping-keping hingga tak tersisa.

Di manapun engkau berada, selama masih hidup dan ingat pada ajaran agama segeralah bertaubat pada Maha Pencipta. Pintu maaf selalu terbuka, sujudmu akan di terima kala Tuhanmu ridha. Wallahu ‘alam. (*)

Bandung, September 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini