Oleh: Ace Somantri
KLIKMU.CO
Hampir semua pelosok negeri di mana mayoritas umat Islam berada secara umum masjidnya bagus-bagus dan megah, namun ada hal yang cukup teriris hati ketika melihat kas masjid cukup besar. Kepedulian pada guru ngaji dan madrasah jauh dari layak, fakir, dan miskin dekat masjid kurang tersentuh. Sementara kas masjid tertulis cukup besar dan mengendap di bagian keuangan atau bendaharanya. Apakah itu sesuatu hal yang baik atau bentuk perbuatan pengelolaan dana masjid yang buruk? Apabila hal itu benar, kata Ustadz Yazid penggagas Kas Masjid Nol Rupiah bahwa perbuatan tersebut salah satu bentuk kedzaliman. Ya Allah ampuni dosaku, semoga kita tidak termasuk yang berbuat zalim.
Depan mata dengan kasatmata telanjang, puluhan juta kas masjid terpampang, namun kegiatan pembangunan sumber daya manusia terabaikan dan bacaan al-Qur’an generasi banyak belum bisa, dan yang dianggap bisa pun tidak tartil. Jangan-jangan harmonisasi selama ini antarumat Islam ada hal yang salah dalam pengelolaan jamaah dan manajemen dana infaq jamaah masjid serta masyarakat luas tidak dimanfaatkan dengan produktif untuk pembangunan manusia masa depan.
Maka, jangan salahkan orang lain ketika saat ini kehidupan bernegara dan berbangsa para pemimpin dari pusat hingga tingkat paling rendah, dan juga berbagai instansi di lingkungan masyarakat keberpihakan pada yang seharusnya banyak terhambat karena kurang cerdas. Sikap dan perilakunya tidak sadar dan tanggung jawab apa yang harus dijalankan. Semegah dan sehebat apapun bangunan masjid apabila perilaku anak-anak dan masyarakat semakin jauh dari hidup saling hormat dan menghargai, apalagi melahirkan para pemimpin hebat.
Belum lama terdengar ramai diperbincangkan di media sosial dan informasi lainnya, dana filantropi berasal dari umat Islam digunakan oleh pengelola melebihi batas standar yang ditetapkan hingga ratusan juta per bulan untuk para pengelola. Di sisi lain banyak masyarakat gizi buruk, banyak anak putus kuliah bahkan tidak bisa kuliah. Itu juga sangat menyayat hati kita sebagai bagian dari umat Islam. Padahal jelas dan tegas, bahwa infaq, shodaqoh, dan zakat pada dasarnya menjadi media untuk pembangunan manusia lebih baik. Karena ketika manusia memiliki kecerdasan cukup dan kesadaran spiritual yang baik, pembangunan masjid dan madrasah secara otomatis akan menjadi perhatian.
Kita semua mengetahui pendekatan sejarah untuk kita adopsi, negara-negara maju diawali pembangunan manusia bukan pembangunan fisik. Kita lihat kejayaan Islam di Andalusia banyak masjid jadi artefak dan museum yang tidak ada umatnya terusir gara-gara pemimpin saat itu di antara yang paling menohok tidak peduli pembangunan manusia yang baik.
Pengembangan sumber daya manusia sangat vital dalam investasi keberlangsungan kehidupan suatu bangsa dan negara. Jangan anggap enteng terhadap dunia pendidikan. Sekali lagi pesan utama dalam wahyu pertama yang diturunkan adalah pembangunan manusia diawali dengan pendidikan.
Investasi bangunan fisik akan menjadi museum dan artefak ketika tidak dikelola untuk kepentingan pengembangan wawasan keilmuan Islam, padahal menjadi wajib dipersiapkan untuk pengelola masjid ke depan. Lebih tragisnya kemegahan masjid dan sekolah hanya melahirkan sifat iri, dengki dan permusuhan antarumat sendiri. Kita yang terlibat dan diberi amanah akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Bukan hebat dan megahnya ornamen dan interior serta menara masjid, melainkan ramainya masjid oleh kegiatan generasi yang akan melanjutkan.
Apalagi fenomena Citayam sedang viral, generasi lebih memilih nongkrong di jalanan dan cafe, sementara di pojok-pojok masjid selain jadwal shalat sangat supersepi. Kadang ada yang berujar bahwa fenomena tersebut adalah tanda akhir zaman.
Pertanyaannya apakah karena itu tanda akhir zaman lantas kita tidak berpikir keras untuk berusaha inovasi memfasilitasi kreasi generasi berbagai sisi? Memang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Akan tetapi bisa tidak merubah manajemen pengelolaan masjid dan dananya lebih mengedepankan peningkatan sumber daya manusia ke depan? Bisa itu beasiswa atau peningkatan aktivitas belajar di masjid untuk generasi ada inovasi agar lebih makmur. (*)
Bandung, Juli 2022