KLIKMU.CO – Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 4 Blimbing, Paciran, Lamongan, mengadakan pawai dan khitanan massal dalam rangka semarak Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah serta memperingati Maulid Nabi Muhammad, Senin (17/10). Acara ini merupakan agenda tahunan di MIM 4 Blimbing.
Iring-iringan pawai terdiri dari peseta khitanan, pasukan pengawalan Tapak Suci Putra Muhammadiyah, wali murid, dan grup drumband yang dimainkan oleh para guru sekolah tersebut. Peserta pawai melakukan long march mengitari Desa Blimbing, dimulai dari halaman sekolah dan berakhir pada titik awal.
Para warga setempat pun tumpah ruah menyaksikan pawai itu. Mereka juga mengabadikan momen ini dengan menggunakan ponsel yang dimiliki.
Gemuruh tepuk tangan penonton menyaksikan aksi drumband yang dimainkan oleh para guru. Ada beberapa lagu yang dibawakan, di antaranya Sepohon Kayu dan Gambang Suling.
Kepala MIM 4 Blimbing Farihul Anam menuturkan, kegiatan ini menjadi agenda yang digelar dua tahun sekali. Saat ini bertepatan dengan akan diadakannya muktamar Muhammadiyah yang digelar di Solo pada November mendatang.
“Ada beberapa rangkaian kegiatan yang kita gelar dalam rangka menyemarakkan muktamar dan peringatan Maulid Nabi. Hari ini pawai dilanjutkan dengan khitanan masal,” tuturnya.
Dia menambahkan, MIM 4 Blimbing terus berupaya untuk memberi yang terbaik bagi warga masyarakat setempat, khususunya warga Muhammadiyah.
“Target utama khitanan ini adalah murid kita sendiri, mamun karena yang daftar sedikit sehingga kami libatkan warga sekitar sini,” terangnya.
Dia berharap kegiatan ini dapat menarik simpati orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang dipimpinnya itu.
Sementara itu, satu per satu peserta sunatan masal dipanggil menghadap meja operasi. Teriakan histeris tampak memecah ruang saat peserta sunatan yang merupakan anak-anak ini melihat jarum suntik.
Selain disunat gratis, anak-anak yang mengikuti sunatan juga mendapatkan hadiah dari pihak sekolah maupun orang tuanya masing-masing. Peserta yang ikut sunatan massal ini tak hanya siswa madrasah itu, tetapi juga dari warga setempat.
“Hal ini merupakan wujud dari harmoni yang kami bangun di sekolah ini, yang tidak mengenal golongan. Di balik perbedaan ada titik yang dapat menyatukan,” tandasnya. (Iwan Abdul Gani/AS)