Surabaya, KLIKMU.CO – “Seminar Peluang dan Tantangan Bisnis Pariwisata Halal ini sangat penting sehingga perlu bersinergi dan berkolaborasi untuk memanfaatkan besarnya peluang pariwisata halal di Jawa Timur,” kata Ketua PPHI Jawa Timur Muhammad Soleh.
Hal itu disampaikan dalam acara Peluang dan Tantangan Bisnis Pariwisata Halal di Jawa Timur pada Senin (20/3) di Hotel Namira Surabaya.
Tak lupa dia menyampaikan terima kasih atas kehadiran para pelaku usaha pariwisata halal.
Acara tersebut diisi oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr dr Sukadiono MM. Dalam materinya, Sukadiono menyebut tantangan dan peluang pariwisata halal sangat potensial untuk digerakkan. Mengingat pascapandemi ini bisnis pariwisata halal mulai bangkit sehingga peluang tersebut harus bisa diwujudkan dengan bersinergi melibatkan berbagai pihak terkait.
“Dalam usaha ini hendaknya kita perkuat ketauhidan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Fushilat 30. Apa pun tantangan yang ada akan terselesaikan sehingga terbangun semangat ta’awun untuk memanfaatkan peluang. Ada 1,5 miliar penduduk muslim di dunia yang menjadi konsumen produk halal dan setiap tahunnya terus meningkat. Dan bagaimana kesiapan dan peran kita sebagai warga muslim di Indonesia karena banyak peluang yang bisa dilakukan di bidang ekonomi syariah, produk halal, beragam industri halal dan lainnya,” paparnya.
Berdasarkan data, Indonesia belum masuk 10 negara besar dunia terkait destinasi wisata halal. Sebagai negara mayoritas muslim di dunia tetapi belum menjadi daya tarik wisata halal, kita harus terus berusaha mencari peluang dari komunitas milenial dan terus memperluas akses yang ada.
“Di Muhammadiyah melalui amal usahanya bisa menjadi destinasi halal dan dari hasil muktamar Muhammadiyah kemarin salah satunya dibentuk lembaga dan majelis baru. Di antaranya untuk upaya pengembangan pariwisata halal,” ujarnya.
Narasumber berikutnya Muhammad Torino Junaidi, wakil ketua Kadin Jawa Timur. Ia juga menukil ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah 168. “Bagaimana kita diperintahkan untuk mengonsumsi makanan halal sehingga dalam upaya bisnis pariwisata baik dalam aspek transportasi, akomodasi, daya tarik wisatanya tinggal dipenuhi instrumen kehalalannya,” katanya.
Sementara narasumber, Muhsin selaku ketua Badan Pengurus Jaringan Wisata Muhammadiyah (JWM), menyampaikan, JWM berdiri sekitar 2,5 tahun yang lalu saat pandemi Covid-19. Tujuannya untuk menangkap peluang bisnis pariwisata halal yang potensinya sangat besar sehingga perlu dikelola secara tepat atas potensi yang ada.
“Namun sayangnya, sampai hari ini pemerintah belum memiliki Dirjen Pariwisata Halal sehingga melalui seminar ini kita terus berusaha untuk memberikan rekomendasi usulan keberadaan Dirjen Pariwisata Halal,” ujarnya.
Menurut dia, semula konsep halal tourism kurang diperhatikan dan terus disampaikan bahwa pariwisata halal ini sebagai bentuk pelayanan premium.
“Kita tidak mengubah konsep wisata. Kita sampaikan adanya tambahan layanan, misal penyediaan makanan halal, tempat ibadah, dan hal lainnya sehingga wisatawan bisa menikmatinya dengan nyaman. Ada beberapa hal terkait fokus pengembangan pariwisata halal yang terdiri dari hotel, transportasi, food, tour package dan finance. Sehingga layanan pariwisata halal benar-benar menjadi bagian bisnis yang prospek,” tegasnya. (Andi Hariyadi/AS)