Pemilu 2024, Pemilih Muda dan Peran Media Menjadi Penentu

0
14
Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Achmad Apriyanto Romadhan SIP MSi berbicara tentang Pemilu 2024. (Humas UMM/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Suara anak muda yang terdiri atas generasi Z dan milenial memiliki andil yang besar dalam menentukan hasil Pemilu 2024. Berdasarkan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) yang disampaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU), proporsi pemilih yang berusia 17-39 tahun berkisar 55 sampai 60 persen.

Hal itu menarik perhatian dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Achmad Apriyanto Romadhan SIP MSi. Menurutnya, kontribusi anak muda sangat signifikan dalam menentukan arah dan masa depan Indonesia. Karena itu, mereka perlu menjaga diri agar mampu menggunakan hak pilihnya dengan bijak.

“Memang perlu menjaga diri dari paparan-paparan yang kurang baik. Coba kita lihat, di era ini sudah banyak anak muda yang terjebak dalam marketing politik yang dilakukan oleh politisi, termasuk di dalamnya pencitraan di depan publik,” jelasnya, Senin (24/7).

Yanto, sapaan akrabnya, juga menjelaskan terkait hal politik. Masyarakat tidak bisa mengusung atau mencalonkan kandidat karena hal itu merupakan ranah dari paratai politik sebagai pengusung.

Maka dari itu, masyarakat harus cermat menentukan calon yang dipilih, khususnya yang memiliki track record baik dalam karirnya.

“Karena secara konstitusional masyarakat tidak bisa mencalonkan, masyarakat memiliki tugas untuk menginvestigasi secara lebih lanjut nama-nama calon yang telah disodorkan. Harus jeli memilih calon yang punya riwayat baik dan siap menjadi representasi kepentingan publik,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia juga membahas mengenaik kampanye politik yang saat ini dibenturkan dengan pesatnya perkembangan media informasi teknologi. Salah satu efeknya adalah semakin kaburnya informasi realitas calon.

Citra baik yang berusaha ditampilkan tidak selalu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi. Hal inilah yang menimbulkan bias informasi di kalangan masyarakat, terutama anak muda yang tidak terpisah dari dunia digital.

“Di sisi lain, banyak anak muda yang juga turut terjun dalam kontestasi politik sebagai bakal calon. Ini sah-sah saja karena tidak menyalahi aturan secara konstitusional. Anak muda memang diharapkan mampu menawarkan ide dan gagasan baru. Berfokus pada kebutuhan public serta mampu memberikan kontribusi riil yang dirasakan oleh masyarakat,” bebernya.

Yanto menambahkan, perpolitikan hari ini mengalami dua dilema besar. Di satu sisi, banyak bakal calon yang pragmatis dan tidak mewakili kepentingan publik. Sementara di sisi lain, para pemilih juga kurang mendapatkan edukasi dalam menggunakan hak suaranya dengan baik.

Hal itu terlihat dari salah satu fenomena, yakni “suara” yang mudah dibeli atau politik transaksional.

“Dalam menghadapi dua dilema tersebut, perlu adanya dukungan media massa yang menjadi pilar keempat dalam demokrasi. Media massa harus memiliki independensi yang tinggi untuk melakukan investigasi mendalam terhadap track record bakal calon. Anak muda juga diharapkan dapat mengisi ruang-ruang tersebut demi menegakkan demokrasi yang adil,” pungkasnya. (Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini