Pemimpin yang Kalian Caci Maki dan Benci Itu Boleh Jadi Baik Bagimu

0
255
Nurbani Yusuf, dosen Universitas Muhammadiyah Malang. (Dok Pribadi)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

KLIKMU.CO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS Al-Baqarah: 216).

Membenci dan menyukai dua hal berbeda tapi dalam satu kelindan—mungkin Jokowi, Prabowo, Amien, Megawati, Anis, Rizieq atau siapapun termasuk Kang Putin yang heroik atau Pak Salman Raja Saudi yang kaya raya.

Saya menyukai Jokowi boleh jadi itu buruk bagiku dan antum membenci Jokowi boleh jadi itu baik bagi antum—kita tidak punya pengetahuan apapun tentang seseorang. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Biasa saja, sedang-sedang saja, usahlah berlebihan dalam menyukai dan membenci, nasihat baginda Nabi saw. Siapa tahu orang yang dibenci berubah menjadi sahabat dan orang yang kita sukai berubah menjadi musuh yang sangat.

Sebelum nyawa di tenggorokan, siapapun punya peluang menjadi baik atau tidak baik—beriman atau ingkar, syu’ul atau husnul khatimah, hanya Allah Yang Maha Kuasa yang bisa menetapkan tanpa paksaan dari siapapaun.

Jokowi punya peluang jatuh, Anis punya peluang menggantikan.

Kang Putin berpeluang beriman, Pak Salman punya peluang ingkar sebab itu kita terus berdoa agar ditetapkan hidayah.

Menyamakan kehendak langit dan kehendak hati itu yang kerap dilakukan. Apapun yang tidak sesuai dengan keinginan hati berati salah atau ketika berdoa kemudian hasilnya tidak sesuai dengan keinginan hati dianggap tidak di ijabah.

Problem klasik karena ke inginan yang sangat, maka berdoapun setengah memaksa — masih ingat lafadz salah satu pelantun doa yang dipuisikan menjelang Pilpres: tak kau kabulkan doa kami, aku kawatir tak akan ada lagi yang menyembahmu. Saya tidak tau apakah ini doa permohonan atau ancaman. Atau bisa keduanya sekaligus, permohonan dan ancaman kepada Rabb yang maha tahu.

Banyak orang berilmu tapi jarang yang diberi hikmah. Ilmu bisa didapat dengan cara belajar, tapi hikmah adalah pemberian. Sebab itu diberi hikmah adalah keberuntungan yang besar.,

Nabi Musa as dan Nabi Khidr as adalah pemisalan yang tepat untuk mengurai siapa diantara kedua nabi itu, mana yang pintar dan mana yang diberi hikmah.

Hikmah adalah kekhususan yang tidak diberikan kepada sembarang orang, bahkan Nabi Musa as pun harus berguru ilmu hikmah kepada Nabi Khidr as, dan tidak perlu bertanya siapa diantara keduanya lebih mulia dan utama.

Hari ini saya bersukur air masih deras mengalir ribuan jenis sayuran dan ratusan jenis buahan dipanen dan diperjual belikan—semua berlimpah. Yang baik hanyalah yang bersyukur insya Allah akan ditambah. (*)

@nurbaniyusuf

Komunitas Padhan Makhsyar

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini