Pendekatan Ilmiah-Saintifik di Balik Peristiwa Isra Mikraj

1
138
Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Keteladanan baginda Rasulullah Muhammad SAW tidak diragukan, apalagi disanksikan. Sosoknya yang genuine mampu menampilkan performa seorang yang inspirator, motivator, mentor, dan pelopor kebangkitan dunia dari kegelapan menjadi pencerahan cahaya dunia yang terang benderang.

Memang betul sosok baginda Nabi Muhammad manusia biasa, sama seperti manusia yang diciptakan Allah Ta’ala di dunia. Hanya saja, keunggulan yang dimilikinya hampir mendekati kesempurnaan sebagai khalifah fil ardl. Kenapa tidak dikatakan sempurna saja, toh beliau tidak manusia yang terbebas dan terpelihara dari perbuatan maksiat, munkarat, dan dosa-dosa lainnya. Karena yang Maha Sempurna hanya milik Allah Ta’ala sebagai pembuat atau pencipta manusia mulia di dunia.

Momentum Isra Mikraj, pendekatan historis sudah banyak diketahui dan dipahami banyak orang muslim di belahan dunia. Dari barat ke timur, dari utara ke selatan, dan dari bawah ke atas, hampir semua meyakini dan membenarkan saat itu ada peristiwa diwajibkannya kepada seluruh umat muslim untuk mendirikan shalat lima waktu.

Namun, selain hal tersebut, ada hal lain yang diungkap pada momentum Isra dan Mikraj, yaitu pendekatan ilmiah-saintifik perjalanan dari Masjid Al Haram Makkah Almukaromah menuju Baitul Maqdis Palestine dan perjalanan dari Baitul Maqdis ke Sudratul Muntaha. Perjalanan yang dilakukannya sangat-sangat jauh dari jangkauan nalar akal manusia pada umumnya.

Namun, setiap yang terjadi didunia ini pasti ada hal yang menjadi ibroh dan hikmah bagi manusia, apalagi peristiwa tersebut dialami oleh Rasulullah SAW sebagai teladan yang paripurna untuk rujukan standarisasi kemanusiaan.

Peristiwa saintifik dalam Isra dan Mikraj, seorang manusia paling mulia dan pilihan Allah Ta’ala telah menginspirasi hal ihwal ilmu pengetahuan bagi manusia yang berpikir dan berakal sehat. Ilmu tidak berhenti dalam tulisan, kata dan kalimat yang tidak difahami. Ilmu harus memberi petunjuk sekaligus memberi solusi segala bentuk masalah yang berada didunia nyata. Ilmu membawa manusia sadar akan tanggunjawab sebagai khalifah fil ardl. Dan ilmu juga akan menyelamatkan hidup manusia serta alam semesta lainnya.

Karena ilmu itu cahaya, dan apabila semua itu terbalik, fakta dan kenyaannya tidak sesuai. maka hal itu bukan ilmu melainkan sebatas pengetahuan yang penuh dengan subjektifitas yang belum diuji kebenaran ilmiahnya.

Isra dan Mikraj merupakan peristiwa istimewa yang tidak didapatkan oleh manusia biasa, sebagai umatnya baginda Rasulullah kita senantiasa berusaha keras untuk mengungkap apa di balik fenomena ilmu dan sainstifik dalam perspektif kekinian. Perdebatan terkait perjalanan peristiwa Isra Mikraj membuka tabir keilmuan modern yang hingga saat ini belum ada kata sepakat di kalangan para ulama sains dan teknologi.

Karena saat itu belum ada alat-alat praktis yang mampu mengidentifikasinya, hanya cukup dengan ungkapan khalifah Abu Bakar Shidiq dengan kalimat, “Shodaqta…shodaqta  yaa rosulullah…” yang kemudian umat saat itu setelah peristiwa dan ungkapan tersebut dimaknai sebuah keyakinan keberagamaan bersifat transendental sarat denga nilai-nilai ilahiyah.

Sebenarnya selain makna teologis-ilahiyah, ada makna lain yang bernilai guna secara keilmuan praktis kekinian. Sekalipun menurut astronom, Isra dan Mikraj peristiwa luar biasa tidak perlu diungkap lagi. Yang paling penting pertanyaan berikutnya, ketika faktanya sosok manusia ada dalam dimensi ruang dan waktu, pada saat keluar pada dimensi tersebut apakah ada ilmunya?

Jikalau tidak ada ilmunya, sependek yang dipahami tidak mungkin itu terjadi di alam dunia. Karena segala hal ihwal yang terjadi di alam atau selain dzat Ilahi Rabbi, itu pasti ada kerangka ilmunya. Paling tidak, ada reasoning lain yang mampu memberi stimulasi wawasan dan menambah alasan aqliyah mengenai persitiwa isra-mikraj. Karena yakin sekali, bahwa peristiwa apapun di muka bumi pasti ada hikmah dan ibroh yang akan berwujud menjadi produk ilmu.

Banyak makna tak terhingga, satu tindakan dan perbuatan baginda nabi menjadi inspirasi termasuk peristiwa Isra Mikraj bukti dan wujud nabi seorang ilmuwan yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Ilmu pertama tidak ada satu manusia di muka bumi mampu menembus melampaui keluar dari dimensi ruang dan waktu, sementara beliau mampu melakukannya.

Hasil dari kajian dan risetnya selama berada di luar dimensi ruang dan waktu, banyak hal yang dia dapatkan melalui hasil bacaannya selama perjalanan isra dan mirajnya. Dari sekian banyak varian ilmu yang didapat, ada ilmu yang paling tinggi yaitu ilmu praktik shalat sehingga menjadi kewajiban.

Sepintas sangat sederhana ilmu tersebut di atas, namun jikalau dipahami dan dimaknai berbagai pendekatan multidisiplin ilmu yang berkembang saat ini, kecanggihannya melebihi media transportasi alam yang menjadi rute perjalanan isra dan miraj. Kita sangat yakin sekali, kenapa shalat menjadi kata kunci hidup manusia? Padahal praktinya sederhana namun maknanya sudah pasti akan membawa manusia mengalami hal yang sama seperti baginda nabi Muhammad SAW, namun dalam jenis dan bentuk lain karena kita manusia biasa.

Siapapun yang rajin shalat tak pernah tertinggal, mampu memahami dan memaknai dari setiap satu huruf hingga kalimat yang tersusun dalam satu rangkaian shalat. Menjalankan dan melakukan segala titah dan perintah di balik susunan kalimat dan instrumen shalat. Maka jalan keselamatan dan capaian peradaban ilmu akan terwujud, karena shalat adalah pokok dari segala urusan di dunia. Sehingga Rasul pun menegaskan, bahwa shalat tiang ajaran Islam agama. Maka siapapun yang mampu menegakkan shalat dengan baik dan benar, artinya di situ akan ada pentunjuk dan jalan menemukan berbagai varian jenis disiplin ilmu.

Saat ini pada umumnya masyarakat muslim yang berkiblat pada sains barat, masih memperdebatkan media yang membawa jasad Rasulullah, sementara ilmu yang sebenarnya disampaikan nabi diabaikan. Padahal jikalau memahami detail seluruh makna ilmu tersebut, bukan hanya nabi Muhammad yang mampu menembus dimensi di luar ruang dan waktu, walaupun senyatanya tetap saja ada dalam ruang dan waktu, namun sangat supercepat dan singkat.

Perdebatan saintifiknya masih seputar itu-itu juga, kalau direnungkan bahwa ruh adalah bagian utama yang akan mampu menembus dimensi di luar ruang dan waktu. Hanya dengan kesucian jiwa dan raga, ruh kita akan menembusnya. Isra dan Mikraj memberi ilmu supercanggih. Saat ini arah jarum tersebut sudah mulai mendekat, bahkan sudah dekat sejak manusia yakin dan meyakini bahwa ilmu itu sumbernya dari Allah Ta’ala. Wallahu’alam. (*)

1 KOMENTAR

  1. Hey,

    I wanted to reach out and offer my help. I run a content writing business and my team can help you get the articles you need.

    We are currently offering a 25% discount on all our content packages. Follow this link to find out more: https://fastqualitycontent.com/

    Looking Forward to Working with You!

    Genevieve

    To stop receiving marketing messages simply reply to this email with “unsubscribe” in the subject line.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini