Peneliti Jepang Kagum atas Perjuangan KH Mas Mansur di Surabaya

0
107
Keita Tosabayashi (dua dari kanan) foto bersama Ketua PDM Surabaya (tengah) dan Ketua MPID PDM Surabaya Andi Hariyadi (dua dari kiri) di kantor PDM Surabaya. (Andi/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Sosok KH Mas Mansur benar-benar memiliki kemampuan yang luar biasa. Seperti sebuah jembatan yang menghubungkan dari berbagai arah untuk mencapai tujuan, sehingga terbangun komunikasi dan interaksi yang saling menguatkan.

Pernyataan itu disampaikan Keita Tosabayashi, yang akan menyelesaikan disertasinya di Waseda University Tokyo, Jepang. Waseda University Tokyo merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang prestisius dengan banyak alumni yang menjadi pemimpin sukses di Jepang.

Jumat (23/8/2024) siang itu, Keita berkunjung dan melakukan diskusi singkat di kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya. Di Surabaya, dia akan melakukan kunjungan ke berbagai lokasi yang punya nilai historis.

Lebih lanjut, Keita menjelaskan bahwa KH Mas Mansur mampu menjalin sinergi dengan beberapa tokoh pergerakan saat itu untuk terwujudnya kemerdekaan. Di antaranya dengan HOS Cokroaminoto, KH Ahmad Dahlan, Sukarno, dr Sutomo, dan lainnya.

“(Sinergi itu dilakukan, Red) untuk membangun kekuatan sesuai kemampuan,” tuturnya.

Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya Andi Hariyadi bersama Wakil Ketua PCM Gayungan sekaligus Ketua Yayasan KH Mas Mansur Agus Rusidy turut mendampingi Keita menuju ke Gedung Nahdlatul Waton di Kampung Kawatan VI Surabaya.

Sebelum tahun 1915, gedung itu menjadi salah satu tempat interaksi KH Mas Mansur bersama KH Wahab Hasbullah yang bergabung dengan Sarekat Islam yang didirikan HOS Cokroaminoto, dan kemudian mendirikan pusat kajian Taswirul Afkar di Surabaya.

Gedung Nahdlatul Waton sekarang menjadi sekolah. Sarana pendidikan ini tergabung dalam LP Ma’arif.

Mereka pun disambut dengan penuh kekeluargaan oleh beberapa guru sambil menunjuk bangunan yang bersejarah itu.

Dari Nahdlatul Waton, kunjungan dilanjutkan menuju Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Mas Mansur Surabaya. Kedatangan mereka disambut beberapa staf untuk berdiskusi tentang kiprah KH Mas Mansur dalam bidang kesehatan. Sambil melihat video dokumen guna menyambut Satu Abad Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya.

Pada tahun 1924, KH Mas Mansur sebagai ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya yang dilantik oleh KH Ahmad Dahlan pada 1 November 1921 langsung melakukan banyak aktivitas. Mulai pendirian sekolah, masjid, dan balai kesehatan.

Pada tahun 1924, KH Mas Mansur juga menggelar pengajian umum sekaligus penggalian dana yang juga dihadiri Kyai Sudja’ mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, serta dr Sutomo yang begitu peduli akan kesehatan masyarakat.

Lalu, pada 14 September 1924 Balai Kesehatan Muhammadiyah berdiri di Jalan Sidodadi. Masyarakat pun begitu senang dengan berdirinya Balai Kesehatan Muhammadiyah.

Diskusi semakin menarik ketika diinfokan bagaimana para direktur atau pimpinan Balai Kesehatan bersama para dokter dan perawat dalam melayani pasien berobat yang memenuhi pelataran Balai Kesehatan, terus berpindah tempat hingga menempati di tempat sekarang ini di Jalan KH Mas Mansur Surabaya.

Dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah bersama Agus yang paham lokasi kawasan Ampel diajak menikmati jajanan khas kuliner. Keita pun begitu lahap menikmatinya.

Kemudian, menyusuri perkampungan dan sampai di Masjid Taqwa yang masih proses pembangunan berdiskusi dengan warga dan tokoh masyarakat tentang aktivitas KH Mas Mansur. Hingga kemudian ke Langgar Gipo sebagai bagian yang sangat penting dalam perjuangan saat itu.

Rombongan berada di Gedung Nahdlatul Waton. (Andi Hariyadi/KLIKMU.CO)

Selepas Magrib, Agus mengantar ke eks penjara Koblen. Di tempat inilah di masa perang kemerdekaan KH Mas Mansur ditangkap Belanda dan dipenjara dengan banyak siksaan yang didera. Hingga sakit parah dirujuk ke Rumah Sakit Simpang untuk menjalani perawatan akhirnya dibawa pulang ke rumah hingga meninggal dunia pada 25 April 1946.

Dari Koblen perjalanan dilanjutkan ke eks Rumah Sakit Simpang Surabaya yang sekarang menjadi pusat perdagangan di kawasan Delta Plaza, yang menjadi tempat dirawatnya KH Mas Mansur saat sakit parah.

Terakhir, mengunjungi kantor Pusura di Jalan Yos Sudarso. Di gedung inilah para tokoh pergerakan Surabaya bertemu dan berdiskusi, termasuk KH Mas Mansur.

Setelah lawatan tersebut, mereka kembali ke kantor PDM Surabaya bertemu Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya Dr Ridlwan MPd. Kedatangan Keita disambut dengan penuh keakraban.

“Di Surabaya banyak tempat bersejarah, termasuk kiprah perjuangan Muhammadiyah sajak zaman Kolonial Belanda dan Jepang hingga kemerdekaan dan itu menarik untuk dilakukan penelitian. Semoga ilmunya bermanfaat,” kata Ridlwan.

(Andi Hariyadi/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini