10 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Pengaruh Media Sosial Masih Kuat Jelang Pilpres 2024

Dari kanan, Aminah Asminingtyas, Aribowo, Salahuddin, dan Nazaruddin Malik dalam diskusi politik di RBC A Malik Fadjar. (Dessy/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Media sosial mampu memberikan ruang kepada para penggunanya untuk menyampaikan pendapat dan pemikiran. Termasuk terkait politik dalam rangka mewujudkan demokrasi digital menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Hal itu disampaikan oleh Dr Aribowo MS, Ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PWM Jawa Timur dalam diskusi politik yang digelar RBC Institute A Malik Fadjar UMM, Rabu (15/3). Selain Aribowo, diskusi bertajuk “Tantangan Demokrasi Digital 2024: Peran Media & Paradigma Ekonomi Global” ini juga dihadiri Dr Nazaruddin Malik SE MSi, Dr Salahuddin, dan Aminah Asminingtyas SP MSi.

Lebih lanjut, Ariwibowo menilai lembaga survei memiliki peran penting untuk hadir di masyarakat. Apalagi paradigma politik masyarakat Indonesia masih politik mobilisasi seperti masa Orde Baru. Padahal seharusnya sudah mengarah pada politik partisipasi.

“Apalagi saat ini adalah era media sosial yang mendorong kebebasan publik untuk berpendapat,” katanya.

Sementara itu, Wakil Rektor II UMM Dr Nazaruddin Malik MSi menjelaskan bahwa demokrasi sudah dikendalikan sedemikian besar oleh ekonomi. Aspek politik saat ini memang tidak bisa dilepaskan dari ekonomi. Maka perlu adanya peningkatan yang signifikan dari segi ekonomi.

Saat ini, Indonesia dituntut untuk menaikkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Juga daya dorong produksi yang berbasis teknologi. Dengan begitu, kemajuan ekonomi Indonesia akan bertambah dan berpengaruh positif bagi politik Indonesia.

Ketua KPU Kota Malang Aminah Asminingtyas menilai bahwa tidak hanya survei dan ekonomi saja yang memengaruhi pesta demokrasi. Tapi juga narasi-narasi politik digital di media sosial. Narasi palsu dan hoaks sering beredar di masyarakat, terutama kepada pengguna media sosial yang notabene anak-anak muda.

“Informasi di media sosial memang luar biasa. Ada yang menyebut pemilu mundur, padahal belum tentu kabar itu benar. Maka masyarakat harus bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Terutama pelajar dan mahasiswa yang cenderung emosional tanpa pikir panjang,” ucap Aminah.

Terakhir, dosen FISIP UMM Dr Salahuddin MSi MPA menyebut bahwa media sosial sebagai pilar demokrasi berkontribusi besar. Terbukti pada tahun 2019 dan tidak jarang menyebabkan gesekan politik yang besar.

Sebab itu, lanjut dia, narasi di ruang media sosial harus didasari dengan nilai-nilai kebangsaan yang agung. Dengan begitu, demokrasi akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

“Pada akhirnya, jika demokrasi berjalan dengan baik, kita akan mendapatkan kepemimpinan yang baik dan berjiwa demokratis, merakyat, dan visioner,” ujar Salahuddin. (Dessy/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *