Surabaya, KLIKMU.CO – Menjelang sepuluh hari terakhir di bulan suci Ramadhan 1444 H, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menggelar Kajian Ramadhan Ceria.
Mengusung tema “Ramadhan Momentum Penguatan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) dalam Kehidupan Fakultas”, kajian tersebut dilaksanakan di Gedung At-Tauhid Tower lantai 13 Universitas Muhammadiyah Surabaya, Rabu (12/4).
Kegiatan tersebut semakin semarak dengan adanya launching mars Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya, lomba Ta’ahadul Qur’an, lomba paduan suara, nonton bareng, serta turut dimeriahkan oleh Ormawa FIK UM Surabaya.
Bertindak sebagai narasumber, Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Dra Hj Rukmini Amar MAP menyampaikan penguatan akhlaqul karimah insan kesehatan melalui pendekatan habit. Menurutnya, sehat tersebut meliputi jasmani, rohani, sosial, dan spiritual.
“Agama Islam panduannya Al-Qur’an. Di dalam dunia kesehatan surah An-Nahl wajib kita pahami dari mulai lahir anjuran Rasulullah mengoleskan madu di lidah bayi. Kalau madu tidak ada bisa diganti dengan kurma supaya bayi tersebut kuat,” tuturnya.
Rukmini menambahkan, misalnya pada bulan Ramadhan di rumah sakit banyak orang yang sakit lambung. Setelah dianalisis, ternyata karena banyak yang memikirkan Lebaran untuk membeli baju.
“Orang sakit itu karena pola pikir, pola makan, pola laku, pola lingkungan, yang dikehendaki oleh Allah agar bisa istirahat. Ilmu kesehatan semuanya ada di dalam Al-Qur’an, jasmani dan rohani obatnya Al-Qur’an,” paparnya.
“Habit merupakan rutinitas perilaku yang diulang-ulang seperti kebiasaan,” imbuh dosen FAI UMM tersebut.
Rukmini menjelaskan, teori habit untuk menjadi kebiasaan yang baik, kurang baik, dan buruk. Kebiasaan atau habit tidak bisa hanya sekali, harus berkali-kali dilakukan. Orang sakaratul maut itu yang keluar dari mulutnya adalah kebiasaannya. Orang yang sering berkata buruk atau berkata kotor akan terbawa juga.
“Tugas perawat mendampingi pasien ketika sakaratul maut dan membantu menuntun dengan lafal Laailahaillallah. Dakwah bukan hanya ceramah, jadi mendampingi pasien untuk beristighfar dan berbicara baik sewaktu kesakitan tersebut juga merupakan dakwah,” tegasnya.
“Orang yang mendapatkan ilmu berarti mendapatkan nikmat dari Allah. Jadi, sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an,” pungkasnya. (Yuda/AS)