Perbedaan Puasa dan Idul Fitri Hal Biasa, Jangan Dijadikan Polemik

0
8
Ketua Umum PP Muhammadiyah memimpin pembacaan Maklumat Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H pada Sabtu (20/1/2024). (Muhammadiyah.or.id)

Yogyakarta, KLIKMU.CO – Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi menetapkan awal Ramadhan jatuh pada 11 Maret 2024 dan Idul Fitri pada 10 April 2024. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun berharap pengumuman penetapan ini tidak menjadi polemik di masyarakat.

Dia menegaskan, terbitnya maklumat ini lumrah dilakukan setiap tahun dengan menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomami oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

“Penegasan ini perlu disampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi, apalagi polemik, kok Muhammadiyah mendahului. Karena tidak ada yang kami dahului. Sebaliknya, tak ada yang kami tinggalkan,” kata Haedar dalam konferensi pers pembacaan Maklumat Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H pada Sabtu (20/1/2024).

Haedar menilai perbedaan hari awal puasa maupun awal Lebaran antara pemerintah dan kelompok di masyarakat merupakan hal yang biasa terjadi. Dia lantas mengimbau masyarakat agar toleran dalam menyikapi perbedaan itu.

“Maka, kesamaan dan perbedaan menjadikan harus sudah menjadikan muslim terbiasa toleran, tasamuh,” tegasnya.

Haedar juga menyampaikan bahwa PP Muhammadiyah terbuka terhadap solusi menyeragamkan hari melalui penyusunan kalender global internasional. Meski begitu, diperlukan waktu yang panjang untuk membuat kalender tersebut.

“Untuk perwujudan satu kalender Islam global itu perlu waktu sehingga memiliki satu kalender global. Seperti juga kalender miladiyah tidak ada lagi perbedaan dan tidak ada lagi kegiatan membuat kita ikhtilaf, berbeda dalam penentuan,” terangnya.

Selain itu, Haedar berpesan agar memaknai ibadah puasa Ramadan serta Idul Fitri untuk memperkaya spiritualitas. Ia meminta tak ada saling serang karena perbedaan waktu ibadah.

Kalau ada yang berbeda, kata Haedar, tidak perlu ribut, apalagi saling menghujat dan menyalahkan sehingga membuat nilai ibadahnya jadi berkurang.

“Jadi, kita jalani semua, jadikan ibadah kita memperkaya spiritualitas, memperkaya relasi hubungan sosial yang damai, toleran, bersatu dalam keragaman dan tidak kalah pentingnya membawa umat dan bangsa kita makin berkemajuan,” tandasnya.

(AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini