Pesan Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah kepada Felix Siauw

0
1678

Ketum Dahnil Anzar menerima kunjungan Ustadz Felix Siauw pada hari selasa 19 Desember 2017 di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah , kepada kontributor klik.mu bang dahnil menyampaikan,
Saya menghormati api semangat Berjuang untuk Islam yang terus menyala didiri saudara Felix Siauw ( FS) sebagai Muallaf banyak hal yang perlu saya pelajari dari api dakwah yang menyala tersebut. Namun, sebagai saudara seiman banyak hal yang perlu saya ingatkan, demikian pun sebaliknya. Merawat Nalar. Begitu saya sebut istilah untuk terus menjaga tradisi Dialog antar sesama, apapun agama dan latarbelakangnya. Dengan saudara Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Yahudi dll saja saya bisa berdialog, apalagi dengan sesama Muslim yang memiliki api dakwah menyala seperti sahabat GP Ansor- Banser, termasuk Felix Siauw.

Ketua Umum Pimpinan pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil A Simanjutak Bersama Felix Siauw di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah

FS datang dengan meminta pandangan saya tentang dakwah Islam dan konstelasi politik Indonesia dan dunia belakang ini, kami diskusi banyak hal.

Pada bagian lain, saya menganggap ada yang perlu dikoreksi dari pendekatan dakwah FS, agar api dakwah itu tidak justru membakar hangus Semangat Islam itu sendiri.

Terang dan jelas, saya berbeda dengan FS tentang pandangan sistem negara, bagi saya seperti keputusan Muhammadiyah Pancasila adalah Darul Ahdi Wa Syahadah, demokrasi sangat kompatibel dengan Islam. Dan Kekhilafahan bukan sesuatu yang absolut, karena sistem negara bagi saya adalah produk ijtihad. Dan, ijtihad yang paling tepat yang menyatukan saat ini adalah Demokrasi dengan asas Pancasila yang menyatukan, dan wajar bila ada yang “marah” (termasuk saya) bila ada yang berusaha merusak kesepakatan bersama bernama Pancasila, apalagi sampai ada gerakan massif dengan cara-cara anarkis untuk merubah dasar dan filosofi negara bernama Pancasila, maka saya dan sahabat muda Muhammadiyah lain tidak akan berdiam diri, dan dipastikan akan menjadi musuh kami.

Namun, marahnya saya tentu dengan cara dialog, dialog yang memperkaya khazanah Pemikiran Islam, sepanjang kekhilafahan sebatas pemikiran dan mimpi idealisme. Maka, tradisi merawat nalar dengan membangun dialog penting untuk memastikan Islam yang berkemajuan bekerja.

Akhirnya, saya sepakat berbeda dengan terus menjaga dialog, pada batas-batas nalar yang sehat. (ferry)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini