Pesan Rasulullah kepada Para Pemburu Jabatan

0
80
Dr Nurbani Yusuf MSi, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (AS/Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Niccolo Machiaveli dalam ll-Principe memberi nasihat kepada para pangeran muda Italia: “Untuk tujuan yang bakal diraih, semua cara dibolehkan”. Lantas buzzer dibentuk, black campaign, playing victim, dan money politic dibolehkan. Politik kekuasaan jadi industri. Bal’am, Qorun, Hamman, dan Firaun pun bikin kongsi.

Jabatan karena ambisi yang diperebutkan akan kehilangan keberkahan. Sebab itu saya tak suka sistem pilihan macam demokrasi, tradisi memperebutkan bahkan memperjualbelikan. Tapi siapa bisa tolak realitas, bukankah menunggu diberi amanah itu klise dan absurd, kita hidup di zaman di mana kekuasaan harus direbut dan diusahakan.

Para founding father bangsa ini menetapkan musyawarah untuk menetapkan presiden bukan voting, model one man one vote jelas liberal sekuler, musyawarah mufakat jauh lebih Islami, meski sudah diamandemen atas nama reformasi.

Maka dibentuklah majelis syura yang kemudian lazim disebut MPR atau Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk memilih presiden sebagai mandataris atau khalifah.

Jabatan yang diperebutkan akan kehilangan keberkahan dan pertolongan—di akhirat akan menjadi kehinaan, ini kata kuncinya—pesan Rasulullah SAW. Dalam terminologi Jawa disebut kehilangan “balung ratu”—hilang marwah dan menjadi bahan olok tutur Bhisma dalam dialog menjelang penobatannya sebagai senopati dalam Bharatayudha.

Amanah itu diberikan, bukan diminta, apalagi diperebutkan—amanah yang diminta akan menjadi beban, pemiliknya takut kehilangan. Tapi ini manusiawi sebab bagi sebagian yang lain “kekuasaan harus diraih”. Plato dan Socrates mesti merevisi pendapatnya tentang hikmah atau wisdom bagi calon penguasa.

Abdurrahman bin Samurah berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan. Sebab jika kamu diberi jabatan karena permintaan, maka tanggung jawabnya akan dibebankan kepadamu. Namun jika kamu diangkat tanpa permintaan, maka kamu akan diberi pertolongan.” (HR Muslim)

Abu Musa dia berkata, “Saya dan dua orang anak pamanku menemui Nabi SAW salah seorang dari keduanya lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah yang telah diberikan Allah Azza Wa Jalla kepadamu.’ Dan seorang lagi mengucapkan perkataan serupa.”

Maka Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan bagi orang yang meminta dan yang rakus terhadapnya.” (HR Muslim)

Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat), kemudian Rasulullah menepuk bahuku dengan tangan.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar.” (HR Muslim)

Berikan amanah kepada ahlinya. Insya Allah menyelamatkan. Jangan mencalonkan, apalagi menawarkan diri atau meminta untuk mendapatkan, tapi jangan menolak ketika amanah diberikan ukhuwah dan kekeluargaan jauh lebih abadi dan menenteramkan.

Kekuasaan itu diberikan kepada siapapun yang dikehendaki dan dicabut dari siapapun yang dikehendaki (Ali Imran: 26). Sebagus apapun rencana, tetap saja tunduk pada ketetapan. Semua boleh berkumpul dan berkongsi membuat rencana, selebihnya adalah tawakal kepada Allah. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini