Pesan untuk Para Aktivis: Seimbangkan Peran Keluarga dan Persyarikatan

0
38
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir. (Muhammadiyah.or.id)

KLIKMU.CO – Peran eksternal dan internal harus diseimbangkan. Termasuk peran sebagai aktivis Muhammadiyah dan peran di keluarga. Apalagi sebagai orang tua sehingga kaderisasi dalam keluarga tetap jalan.

Pesan itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Pelatihan Penggerak Utama Persyarikatan Muhammadiyah di BBPPMPV Seni dan Budaya, Sleman, Yogyakarta, Kamis (5/9/2024).

Tak terkecuali bagi pimpinan Muhammadiyah di berbagai level. Menurut Haedar, tidak ada larangan bagi mereka hidup cukup maupun secara sederhana, tapi jangan sampai mereka ‘keleleran’.

“Pimpinan di Muhammadiyah harus memiliki struggle for life yang tinggi,” tegasnya.

Sebab, kata Haedar, keluarga perlu dicukupi supaya tidak terjadi pemberontakan diam-diam dari anak-anaknya.

Haedar menaruh perhatian khusus terkait ini. Sebab, dia tidak ingin seorang aktivis kelihatan menjadi figur penting di masyarakat. Namun, dalam rumah tangga dia mengalami pemberontakan dari anak-anaknya.

Keseimbangan peran untuk keluarga, dan peran publik seorang muslim, terlebih aktivis Persyarikatan Muhammadiyah, harus seimbang.

“Karena menjaga keseimbangan ini merupakan ajaran dari Nabi Muhammad SAW,” imbuhnya.

Di sisi lain, hal ini juga bagian dari memaksimalkan fungsi atau peran manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi sebagai khalifah. Maka dari itu, praktik hidup aktivis dahulu dan sekarang tidak bisa diletakkan dalam posisi yang sama.

Menurut dia, yang bisa ditiru dari kesederhanaan aktivis Muhammadiyah dulu adalah substansi atau intisari dari perjuangan hidup sederhana itu, bukan malah direplikasi polanya. Sebab, era dulu dan sekarang berbeda.

Di era sekarang, dengan segala daya yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah, diharapkan geraknya lebih produktif.

“Dahulu begitu rupa perjuangan untuk persyarikatan di saat keterbatasan. Di saat sekarang ada kecukupan kita tidak bisa berbakti, itu berarti ada sesuatu yang salah,” ungkapnya.

Menurut Guru Besar Ilmu Sosiologi UMY itu, tata kelola organisasi harus lebih efisien, efektif, dan dinamis. Meski begitu, dengan keadaan cukup di masa sekarang, Haedar menekankan supaya para aktivis tidak melampaui batas.

(*/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini