Prof Agus Purwanto: Mengapa Muhammadiyah Telah Memutuskan Awal Ramadan 23 Maret?

0
147
Prof Agus, Guru Besar ITS, saat memberikan kajian di Smamda Surabaya, Jumat (17/3) lalu. (Muhammad Zarkasi/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Menjelang datangnya bulan Ramadan, SMA Muhamamdiyah 2 (Smamda) Surabaya menggelar kajian jelang Ramadan bertajuk “Welcoming Ramadan: Menyambut Ramadan dengan Sukacita”. Kajian tersebut digelar di Masjid Nurul Ilmi Smamda pada Jumat (17/3) lalu.

Kegiatan tersebut mengundang guru besar Fisika Teori ITS Prof Drs Agus Purwanto MSi MSc DSc sebagai pemateri.

Acara yang dipandu oleh Musthofa Agus SKom MM sebagai moderator tersebut diawali dengan sambutan Kepala Smamda Surabaya Astajab SPd MM.

“Mudah-mudahan bulan Ramadan tahun ini menjadi waktu untuk kita menjadi pribadi yang lebih baik, tentu dengan latihan-latihan ibadah di dalamnya,” kata Astajab dalam sambutannya.

Kajian tersebut diikuti secara hikmat oleh kurang lebih 1200 audiens, terdiri atas guru, karyawan, dan siswa Smamda Surabaya.

Iman Tanpa Takwa seperti Manusia yang Telanjang

Prof Agus Purwanto mengawali kajian dengan menjelaskan sebab mengapa Muhammadiyah telah memutuskan awal Ramadan jatuh pada malam 23 Maret.

“Berdasarkan perhitungan, pada siang hari di tanggal 23 Maret, ketinggian hilal sudah mencapai 7°. Angka ini sudah melebihi ketentuan yang disepakati MUI dan Kementerian Agama,” jelas profesor yang pernah berkuliah di Jepang ini.

Prof Agus kemudian melanjutkan pembahasannya dengan membahas surah Al Baqarah ayat 183. Ia memaparkan, kata ‘Kutiba’ pada ayat tersebut menunjukkan sebuah penegasan.

“Dalam bahasa Arab, kata ‘kutiba’ berasal dari kata ‘kataba-yaktubu’ yang berarti menulis. Ketika kata ini berubah menjadi ‘kutiba’, artinya menjadi lebih tegas, yakni ‘telah dituliskan’. Para ahli tafsir menjelaskan maksud ‘telah dituliskan’ artinya telah ditetapkan atau telah diundang-undangkan secara hukum,” lanjut Prof Agus.

Pria yang juga menjadi anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah dan PW Muhammadiyah Jawa Timur tersebut menambahkan, penegasan kata ‘kutiba’ memiliki hikmah bahwa umat muslim dan beriman diberikan sarana untuk meningkatkan ketakwaannya.

“Kalau diibaratkan seperti manusia, iman itu seperti sosok yang masih telanjang. Padahal, manusia yang beradab adalah manusia yang berpakaian. Pakaian orang beriman adalah ketakwaan. Oleh karena itu, puasa dan ibadah di bulan Ramadan adalah sarana untuk meraih ketakwaan itu,” imbuhnya.

Prof Agus juga mengimbau agar kita sebagai warga Indonesia bersyukur dan tidak mengeluh ketika menjalankan puasa. Menurutnya, kondisi geografis Indonesia lebih baik daripada negara-negara yang berada di zona subpolar atau dekat kutub.

“Bumi itu berevolusi dan berotasi dengan kondisi sumbu yang miring. Karenanya, negara-negara dekat kutub mengalami musim panas dan musim dingin. Ketika musim panas, mereka bisa berpuasa hingga 20 jam dalam satu hari. Kondisi Indonesia sudah ideal, di mana kita berpuasa hanya 13-14 jam sehari,” papar Prof. Agus.

Belajar Bahasa Arab dan Keajaiban Al-Quran

Prof Agus tidak lupa mengingatkan tentang bagaimana cara berpuasa yang sehat dan berkualitas. Pemilik kanal Youtube “Ayat-Ayat Semesta” itu mengingatkan supaya kita tidak ‘balas dendam’ ketika berbuka.

“Keberhasilan puasa seseorang bisa dilihat dengan cara sederhana. Bandingkan saja berat badan dan ukuran lingkar perut saat sebelum Ramadan dan saat lebaran,” jelas Prof Agus disambut tawa audiens.

Selain menekankan pada kualitas puasa, Prof Agus juga memberikan wejangan agar umat muslim menggunakan momentum bulan Ramadan untuk belajar Bahasa Arab dan Al-Quran.

“Inilah waktu untuk belajar bahasa Arab. Ketika kita paham bahasa Arab, kita akan dengan mudah mempelajari keajaiban-keajaiban di dalam ayat Al-Quran. Kalau tidak di bulan Ramadan, mau kapan lagi kita belajar dua hal ini?” pungkas dai kelahiran 1964 tersebut. (Muhammad Zarkasi/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini