Profesor Fisika Pimpin Pesantren Muhammadiyah

0
2470
Prof Dr H Syamsir Dewan MSc saat menghadiri rapat koordinasi LP2M PWM Sulawesi Selatan. (Haidir Fitra Siagian/KLIKMU.CO)

Makassar, KLIKMU.CO – Selama satu hari penuh, dilaksanakan rapat koordinasi LP2M PWM Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan mudir Pesantren Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Sulawesi Selatan, Ahad (20/8). Rakor ini membahas tentang upaya pengembangan pesantren Muhammadiyah, termasuk pondok tahfiz dan boarding school.

Kurang lebih seratus orang menghadiri rakor yang dilaksanakan di Aula Al Beer Unismuh Makassar tersebut. Peserta terdiri atas pimpinan pondok pesantren dan pengurus LP2M Sulawesi Selatan.

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Dr H Mawardi Pewangi MPdI. Dalam amanahnya, Mawardi Pewangi mengatakan bahwa pesantren Muhammadiyah harus lebih memberi arti bagi umat dan bangsa.

Ditambahkan Ketua LP2M PWM Sulsel KH Luqman Abdus Samad Lc, pengelolaan Muhammadiyah harus lebih profesional dan terfokus. Tidak boleh lagi ditangani secara sambilan.

“Sebagai contoh, pondok pesantren Muhammadiyah di Jawa yang awalnya dikelola kader-kader Muhammadiyah, sekarang sudah maju dan berkembang,” ujarnya.

Mudir atau perwakilan pondok pesantren antusias mengikuti acara ini. Tampak Ustadz Amiruddin Bakri dari Luwu. Ada juga Ustadz Muhammad Adnan dari Banteng serta utusan lainnya, yang sebagian besar adalah kader-kader tulen Muhammadiyah.

Pesantren Dipimpin Profesor Fisika

Di antara peserta yang hadir dalam rakor, yang cukup mendapat perhatian adalah Prof Dr H Syamsir Dewan MSc. Dia merupakan pimpinan Muhammadiyah Boarding School Makassar. Jabatan sebagai pimpinan baru diterimanya dalam dua bulan terakhir.

Lazimnya, sebuah pondok pesantren dipimpin oleh seorang kiai atau ulama yang memiliki pengetahuan agama Islam yang dalam. Atau, dipimpin oleh lulusan pondok pesantren dan alumnus sarjana agama di Perguruan Tinggi Agama Islam.

Akan tetapi, Syamsir Dewan adalah seorang guru besar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Ia menyelesaikan program doktoralnya di Jepang dan pernah terpilih sebagai dosen terbaik di Sulawesi Selatan.

Agak terasa aneh memang. Tapi itulah di Muhammadiyah dan boleh dikatakan sebagai salah satu pembeda dengan pondok pesantren lain. “Saya tak pernah terpikirkan akan menjadi mudir pesantren. Saya ‘dipaksa’,” katanya kepada KLIKMU.CO.

Jangan tanyakan tentang honor atau pemasukan yang dia terima. Siswa dapat belajar dengan baik dan gurunya menerima honor, itu sudah lebih dari cukup.

Satu visinya sebagai mudir pesantren ini sangat berbeda dengan pesantren lain. “Saya menargetkan dalam tahun ke depan akan mewujudkan pesantren internasional. Kerja sama sekolah di Jepang, Australia, dan Eropa sedang dirancang. Santri pada satu-dua semester akan dibawa ke luar negeri belajar selama beberapa bulan,” ujarnya. (Haidir Fitra Siagian/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini