KLIKMU.CO – Program makan bergizi gratis (MBG) segera bergulir. Program yang menjadi unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran ini rencananya dimulai pada Januari 2025. Prioritas penerima makan bergizi gratis adalah ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, dan seluruh anak sekolah.
Pakar Kesehatan UM Surabaya Dede Nasrullah memberikan sejumlah catatan terhadap program MBG yang akan dilaksanakan tahun depan.
“Menurut saya, program makanan bergizi gratis ini baik dan akan memberikan manfaat pada anak karena pertumbuhan anak sekolah sangatlah pesat. Karena itu, tentu membutuhkan asupan gizi yang baik untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan otak, atau aktivitas fisiknya,” ujar Dede dalam keterangannya, Selasa (29/10/2024).
Akan tetapi, Dede mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan beberapa hal. Pertama, menentukan standar jenis makanan. Menurut dia, pemerintah pusat harus menentukan standar jenis makanan yang akan diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, dan anak sekolah.
“Jangan sampai nanti jenis makanan yang diberikan tidak sesuai dengan kadar gizi sesuai dengan peruntukannya seperti variasi menu makanan agar anak-anak tidak bosan dan menghabiskan makanannya. Hal ini menjadi penting karena sasarannya bukan hanya anak-anak, tetapi juga ibu hamil dan menyusui serta balita,” kata Dede.
Kedua, memastikan tepat sasaran. Hal ini penting karena sering kali pemerintah pusat kurang memperhatikan hal ini sehingga tidak tepat sasaran dalam pemberian program- program kepada masyarakat.
“Tepat sasaran ini tentu harus dapat terjangkau ke seluruh pelosok di Indonesia dan jangan sampai ada yang tidak mendapatkan program tersebut, padahal di sana misalnya banyak anak yang risiko stunting atau gizi kurang,” imbuhnya.
Ketiga, memastikan kadar gizi makanan yang akan diberikan. Hal ini tentu sangat penting untuk diperhatikan.
Dalam menentukan kadar gizi, pemerintah perlu melibatkan tim khusus mulai akademisi, perguruan tinggi, dan konsultan lainnya yang berkaitan dengan pemenuhan kadar gizi sesuai dengan sasaran.
Keempat, membentuk tim khusus di setiap daerah. Tujuannya, setiap daerah menangani terkait program makanan gratis ini yang mungkin di bawah koordinasi dinas kesehatan.
“Tim khusus ini yang akan mengawasi terkait dengan program ini sampai pada tingkat bagian bawah dan terdistribusi dengan baik,” kata Dede.
Kelima, melakukan monitoring dan evaluasi/. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, harus selalu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program. Sebab, program ini juga merupakan program yang masih baru di Indonesia sehingga monitoring dan evaluasi wajib dilakukan.
Monitoring dan evaluasi ini diperlukan guna mengukur keberhasilan program ini dan evaluasi keberlanjutan sampai periode akhir kepemimpinan Prabowo-Gibran.
“Saya berharap program ini dapat berjalan dengan baik dan terstruktur sehingga bisa dirasakan dampaknya oleh semua masyarakat Indonesia. Tentu program ini yang ditunggu oleh banyak masyarakat,” tegasnya.
Dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya itu menegaskan, yang terpenting dan harus diperhatikan dalam program makan bergizi gratis di sekolah ini ialah harus melibatkan orang tua dan para pelaku pangan di tingkat lokal agar anak dapat mengonsumsi dan mengenal berbagai diversifikasi pangan lokal.
Harus dilibatkan pula banyak sektor, khususnya pangan lokal, sehingga ada dampak menggerakkan ekonomi di sekitar.
“Jangan sampai memberikan makanan yang tidak sesuai dengan karakteristik makanan dari daerah yang bersangkutan dan tentu juga harus memperhatikan kadar gizi. Ini menjadi poin untuk membiasakan anak makan makanan tradisional dan lokal yang ada di daerah mereka masing-masing,” tandasnya.
(Uswatun/AS)