Pujian Bertuah, Pendekatan Komunikasi Penumbuh Gairah

0
32
Foto diambil dari dokumen pribadi

KLIKMU CO-
Oleh: Gus Doel*

Seringkali dialami oleh institusi, organisasi atau perusahaan dalam menghadapi persoalan ketika dihadapkan pada upaya peningkatan prestasi kinerja. Misanya, Upaya Lembaga Pendidikan menumbuhkan prestasi siswa. Orgnisasi meningkatkan mutu pengurus dan penguatan strukturnya. Perusahaan mendongkrak kemampuan kinerja karyawannya. Dirasa perlu untuk menemukan jawaban dengan mencari berbagai pendekatan. Banyak sekali metode yang sudah ditawarkan. Di antaranya sudah diaplikasikan dalam kehidupan nyata, baik oleh professional, konsultan, juga para praktisi. Berikut, sebuah pendekatan yang menarik untuk dicermati dan terbukti mujarab ketika ditrapkan. Lebih dari itu terbukti mebuahkan hasil yang tidak mengecewakan.

Ternyata “Pujian” adalah pendekatan yang sangat efektif dalam merangsang motivasi pegawai, anak didik, juga anak buah dalam meniti jenjang prestasi. Demikian disampaikan Mary Kay Ash, Founder perusahaan kosmetik terkenal, Mary Key Cosmetic, Inc. Perusahaannya menerapkan “Pujian” sebagai budaya bisnis mereka. Perusahaan kosmetik berskala local-kecil itu berhasil melejit meningkatan kelasnya menjadi berskala global mendunia. Budaya baru itu berhasil membongkar sekat-sekat kekakuan komunikasi internal juga eksternal. Jalur interaksi menjadi lancar seolah tanpa beban ganjalan dan hambatan.

Berangkat dari dasar pemikiran yang sederhana, bahwa “pujian” sangat dibutuhkan bahkan dirindukan semua orang. Pemenuhan kebutuhan yang simpel itu akan menghadirkan kenyamanan interaksi dan komunikasi. Situasi kenyamanan yang terbentuk dapat menumbuhkan suasana perasaan timbal-balik. Baik antara atasan-bawahan, guru-murid, penjual-pelanggan juga patron-client. Dari hubungan timbal balik yang terangkai akan menimbulkan suasana mutualisme saling menguntungkan dalam mencapai tujuan.

Memang, ada pertanyaan dari perasaan ragu, berkenaan dengan keautentikan pujian yang disampaikan seseorang. Basa-basi penghias bibir atau sebaliknya dari dalam ketulusan yang diekspresikan secara jujur. Namun rupanya tak perlu khawatir berlebihan, apakah pujian dari balik kepalsuan atau penuh ketulusan. Penelitian Ralph Waldo Emerson menunjukkan, kebanyakan orang bereaksi positif terhadap pujian yang ditujukan kepadanya. Beberapa detik pertama ketika menerima pujian, kebanyakan tidak melibatkan sensor pembeda, antara basa-basi dengan kesungguhan. Ini menunjukkan bahwa betapapun adanya, “pujian” tetap berperan besar dalam upaya membangun komunikasi yang nyaman.

Lebih jauh lagi Waldo Emerson menjelaskan, pujian berperan besar sebagai pelumas komunikasi. Bila terjadi suasana kaku, misalnya hubungan tegak lurus antara berbagai pihak, maka pujian terbukti efektif dalam mencairkannya.

Pun demikian tak dapat dipungkiri, kemungkinan adanya reaksi di luar harapan. Biasanya terjadi apabila tidak tepat dalam menyampaikan pujian. Misalnya, kadar yang tidak terukur, suasana yang kurang pas, waktu dan fakta yang tidak sesuai. Tak jarang, pujian akan terasa hambar dan membosankan bahkan cenderung memuakkan. Pesan yang tertangkap seringkali berkesan “penjilat” dan hanya menyenangkan yang bersifat dangkal dan semu. Bila demikian, pujian yang disampaikan gagal menggerakkan gairah motivasi, sebaliknya, pujian bagaikan perangkap menuju ruang gelap yang menyesatkan.
Pada dasarnya, “pujian”tidak hanya ditujukan untuk menyenangkan perasaan. Lebih dari itu, pujian adalah upaya meninggikan derajat seseorang. Pesan yang disampaikan mengandung makna bahwa seseorang layak berada pada posisi, kondisi, derajat dan prestasi yang dicapainya. Missi ini bisa mencapai keberhasilan atau sebaliknya mengalami kegagalan. Semua sangat tegantung dengan cara dan pengelolaan “pujian” yang disampaikan.

Luis Mc Doll, negoisator kenamaan dari perusahaan periklanan ternama, memberikan tipe-trick yang berharga. Pujian akan terasa hampar apabila tidak disertai dengan argumentasi yang logis dan memadai. Namun demikian argumentasi yang disampaikan jangan sampai kontra produktif. Kalimat berliku dan bersayap akan memberi kesan “ngegombal” dan kurang jujur. Sebaiknya perlu dipilih kalimat lugas tetapi tetap tanpa kehilangan marwah keluwesannya. Kita ambil contoh, pujian ditujukan kepada orang yang tampak cantik dengan pakaian yang dikenakannya.

“Dengan pakain ini, anda tampak lebih cantik”.
Pesan ini terlalu simple dan menyisakan tanda tanya. Mungkin dapat dengan cara lain yang disertai argumentasi secukupnya, sehingga pujian itu tidak berkesan mengada-ada.

“Anda pandai memadukan model dan warna pakaian. Anda terlihat enak dipandang”.
Dalam pesan itu mengandung argumentasi bahwa pakaian yang dipakai serasi dan cocok, sehingga yang mengenakannya terlhat lebih cantik. Kata “cantik” yang lebih tajam dalam makna, diwakili kata yang lebih soft di telinga, dengan kalimat “enak dipandang”.

Diakui juga, seringkali terjadi “pujian” yang menjerumuskan. Sebaliknya juga “kritikan” yang melumpuhkan semangat juang. Clark O’ Neil, konsultan Human Resources Development, memberikan saran jalan tengah kepada Blue Ice Agency, agen Penjualan Property yang sedang bermasalah. Bagaimana menyampaikan “kritik” yang dibungkus “pujian”. Keduanya perlu dikomposisikan secara proporsional dan berhati-hati. Bagaimana memperbaiki kegagalan karyawan dalam mencapai target penjualan, sedangkan perusahaan menuntut peningkatan kinerja.

“Anda hanya mencapai peningkatan 2% dari yang seharusnya 5%. Terlalu jauh untuk mengejar target bulan depan sebesar 7%”.
Pesan itu penuh kritik yang jelas dan lugas. Tetapi kenyataannya perusahaan mendapati efek yang semakin buruk dan jauh dari kinerja yang diharapkan. O’ Neil memberikan saran dengan diperlukannya perubahan bahasa yang disampaikan.

“Saya lihat upaya yang sangat luar biasa, meski hanya mencapai peningkatan 2%. Dengan Memperbaiki kinerja, saya yakain target 5% dapat terlampaui, bahkan 7% sekalipun”.
Modifikasi pesan dengan komposisi “pujian-kritikan” dalam kadar yang tepat, terbukti membuah hasil yang sangat signifikan. Dalam interview yang dilakukan kepada karyawan, pada enam bulan berikutnya, mereka lebih enjoy dalam mengejar target penjualan. Dirasakan seolah tanpa beban “horror” tuntutan yang harus dicapai.

Berkenaan dengan “pujian”, banyak sekali anggapan dan pandangan yang berbeda-beda. Jean Piter Erickson, Psikolog Sumberdaya Manusia dari Swedia beranggapan, “Pujian” bagaikan “obat”, yang di dalamnya terdapat zat racun perusak. Di samping itu juga mengandung zat yang menyembukan penyakit. Apapun itu, sangat penting dalam menjawab persoalan.

Chalil Gibran mengatakan, “Pujian” dengan nafas cinta adalah penumbuh kekuatan dalam menghadapi tantangan. Pujian laksana pengingat bahwa seseorang memiliki potensi yang sangat besar untuk mengaktualisasikan dirinya.

Pada beberapa ayat di dalam Alqur’an, betapa Tuhan memberikan apresiasi positif yang sangat besar terhadap kinerja dan prestasi sesorang. Seringkali Allah melipatgandakan penghargaan atas perbuatan baik hambanya, dengan pahala berkali lipat. Tapi, ketika ada kesalahan yang dilakukan sesorang, penilaian yang diberikan sebanding dengan kekeliruan yang terjadi.

Wa-llahu A’lam.

*Pengamat Sosial

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini