8 April 2025
Surabaya, Indonesia
Opini

Ramadhan: Bulan Petunjuk bagi Umat Manusia

Ramadhan: Bulan Petunjuk bagi Umat Manusia. (Ilustrasi Pixabay)

Oleh: Ace Somantri
Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

Marhaban yaa Ramadhan, kesucianmu adalah bagian dari catatan sejarah yang tak akan terhapus. Kesucianmu menjadi simbol keagungan dalam memberi spirit dan motivasi kepada kami sebagai manusia. Umat Muslim selalu bahagia dan gembira setiap kali menyambut bulan suci ini. Hal tersebut menjadi bukti bahwa Ramadhan adalah bulan yang dinanti. Bahkan, pada masa Nabi Muhammad SAW, beliau senantiasa merasa sedih setiap kali Ramadhan akan berakhir.

Kerinduan akan bulan Ramadhan menjadi bagian hidup yang penuh makna dan tak ternilai harganya. Begitu pula kebahagiaan saat memasuki bulan suci ini, di mana suasana kebersamaan dan kegembiraan tak bisa diukur nilainya. Saking bahagianya, segala kewajiban maupun amalan yang dianjurkan pun ditunaikan dengan sepenuh hati.

Marhaban yaa Ramadhan, kedatanganmu menjadi sumber semangat dan motivasi yang kuat bagi kami dengan nilai yang tak terhingga. Sejarah kedatanganmu memberikan ibrah atau pelajaran yang sangat luar biasa bagi umat manusia. Bulan Ramadhan menjadikan manusia berpikir lebih jernih dan mendorong peradaban dunia untuk berkembang. Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah wajar jika selalu bahagia menyambut datangnya Ramadhan dan bersedih saat harus meninggalkannya.

Ada sesuatu yang sangat istimewa di bulan ini, yaitu peristiwa yang luar biasa dan dahsyat. Rasulullah SAW sampai gemetar dan menggigil ketika mengalaminya. Ternyata, peristiwa tersebut adalah detik-detik turunnya wahyu pertama dari Allah SWT kepada beliau, yang dikenal dalam khazanah Islam sebagai Wahyu Ilahi Robbi.

Inilah yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Pada bulan ini, wahyu Allah SWT pertama kali diturunkan kepada Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia. Wahyu ini menjadi pedoman yang jelas dalam membedakan antara yang haq dan yang batil, yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Wahyu Ilahi ini adalah bukti nyata yang tak terbantahkan. Shodaqta-shodaqta yaa Rasulullah! Keyakinan kita terhadap kebenaran wahyu tersebut tidak bisa diragukan lagi.

Petunjuk pertama yang diturunkan Allah SWT begitu inspiratif, rasional, dan objektif—yaitu kata Iqra’. Kata ini menjadi kunci pembuka peradaban dunia. Siapa pun yang mampu beriqra’ atau membaca, akan mampu memahami dan menguasai dunia.

Setiap manusia yang berakal sehat dan berpikir logis tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam hidupnya. Tujuan itu tidak mungkin muncul begitu saja, melainkan harus ada sesuatu yang mengarahkan akal dan pikirannya. Bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk memperbaiki niat dan tujuan dalam menjalani kehidupan. Allah SWT, melalui wahyu-Nya, telah memberikan pedoman kepada Nabi-Nya untuk disampaikan secara utuh kepada umat manusia sebagai bentuk kasih sayang-Nya.

Kebahagiaan menyambut Ramadhan dan kesedihan saat meninggalkannya bukan hanya karena peristiwa turunnya wahyu, tetapi juga karena bulan ini mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang penuh dengan kasih sayang. Ramadhan bukan sekadar bulan petunjuk, tetapi juga bulan yang penuh dengan cinta dan kasih Allah SWT kepada hamba-Nya. Allah ingin manusia memiliki sifat kasih sayang, simpati, dan empati terhadap sesama.

Bulan Ramadhan adalah bulan segala petunjuk bagi umat manusia, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Petunjuk ini tidak sekadar berupa arah atau tanda, tetapi juga dilengkapi dengan penjelasan yang rinci dan berlaku sepanjang masa. Bahkan, petunjuk dalam Al-Qur’an bersifat fleksibel, tidak kaku atau rigid, sehingga selalu relevan dengan segala zaman. Al-Qur’an, yang dikenal dalam khazanah keilmuan Islam, adalah kitab yang mutlak kebenarannya dan tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya.

Oleh karena itu, bulan Ramadhan disebut sebagai Syahrul Qur’an—bulan Al-Qur’an. Ramadhan seharusnya menjadi momentum bagi umat Islam untuk bertadarus secara lebih mendalam. Selama ini, tadarus sering kali hanya berupa pembacaan teks secara lisan. Namun, pada zaman Rasulullah SAW, tadarus tidak berhenti pada membaca teks semata, melainkan diterapkan dalam kehidupan nyata hingga mampu mengubah keadaan manusia. Maka, umat Islam masa kini seharusnya tidak hanya membaca secara tekstual, tetapi juga memahami secara kontekstual, menggali isi dan makna dari setiap ayat yang dibaca.

Tidak ada satu pun permasalahan manusia yang tidak memiliki solusi di dalam Al-Qur’an, baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam ayat-ayat kauniyah yang tersebar di alam semesta.

Semoga kita semua dapat menunaikan segala kewajiban di bulan suci Ramadhan ini dengan tulus dan ikhlas. Semoga tadarus Al-Qur’an yang kita lakukan tidak hanya menjadi bacaan, tetapi juga membawa hidayah dan inayah yang menginspirasi, memberi semangat, dan memotivasi kita untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kita berusaha untuk mensucikan jiwa dan raga agar setiap amal yang kita lakukan berangkat dari hati yang bersih, baik secara fisik maupun batin. Jika hati dan diri kita bersih, maka segala amalan yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini akan membawa petunjuk yang benar-benar mencerahkan akal, pikiran, dan hati kita semua. InsyaAllah, dari kesucian dan kebersihan itu, kita akan mendapatkan hasil yang diharapkan dengan ridha Allah SWT.

Wallahu a’lam. Marhaban yaa Ramadhan!

اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ، رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ

“Ya Allah, mohon hadirkan awal Ramadhan kepada kami dengan penuh ketentraman dan kekuatan iman. Sehat dan selamat, serta dalam kekuatan Islam. Lakukan ini karena Tuhanku dan Tuhanmu juga.” (HR. At-Tirmidzi No. 3254)

Aamiin

Bandung, 1 Maret 2025 M / 1 Ramadhan 1446 H

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *