Ratusan Meregang Nyawa, 1 Oktober Ada Apa?

1
163
Ilustrasi tanggal 1 Oktober. (Tribun Jatim)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Narasi politik kebangsaan kian hari semakin kencang bak angin topan siap menghantam siapapun yang berlaga jelang tahun 2024. Momentum 30 September selalu diperingati gerakan politik jahat yang memilukan, pelakunya oleh warga partai komunis Indonesia.

Ribuan korban kejahatan partai komunis di balik berbagai tragedi, pembantaian demi pembantaian nyawa seolah itu sebuah syarat untuk berkuasa pada di suatu negara. Gestapu tahun 1965 menjadi simbol kejahatan terstruktur dan terencana, korban seketika selalu menelan nyawa secara masal dalam satu waktu.

Seruan dari berbagai entitas sosial untuk tetap memperingati kejahatan Gestapu yang banyak mengorbankan jiwa sangat memilukan. Selanjutnya besoknya tanggal 1 Oktober menjadi Hari Kesaktian Pancasila, karena ideologinya mampu membangun spirit perlawanan kepada siapapun yang akan merubah falsafah negara akan berhadapan dengan negara kesatuan Republik Indonesia.

Komunisme sebuah ajaran politik sosial kenagaraan yang lahir dari ajaran dan faham seorang sosiolog Karl Marx yang terkenal dengan teori kelas dan das kapital dalam terma ekonominya. Menarik memang bagi para aktifis gerakan, khususnya bagi para mahasiswa yang baru mengenal dunia gerakan mahasiswa. Sehingga pada tahun 90-an setiap komunitas mahasiswanya terkenal dengan gerakan mahasiswa aliran kiri.

Kepiluan peristiwa Kanjuruhan wajib diselidiki secara objektif dan transparan. Pasalnya banyak hal yang menjadi tanda tanya besar hal ihwal yang berkaitan dengan banyaknya suporter yang meregang nyawa yang terus bertambah.

Selain pelanggaran aturan dari FIFA bahwa pengamanan tidak boleh menggunakan gas air mata, kondisi di lapangan ternyata aparat menembakkan gas air mata ke lokasi suporter yang tidak rusuh juga, hal tersebut mengakibatkan banyak korban. Selain itu juga pemukulan secara membabi buta pun terjadi, harus dilakukan pengusutan tindakan represif aparat yang terindikasi pelanggaran HAM.

Apalagi penembakan gas air mata ke kerumunan suporter yang terjebak dalam ruangan dengan indikasi terkunci menuju keluar dan macetnya akses keluar stadion akibat berjubelnya suporter bersamaan dalam kondisi takut dan panik akibat gempuran dari tembakan gas air mata yang membuat sebagian terkapar hingga meregang nyawa.

Jeritan pilu para suporter karena sesak napas dan perihnya mata yang tidak tertangani dengan cepat menjadi tontonan yang mengenaskan, penyelenggara maupun pihak-pihak yang terlibat harus bertanggungjawab sepenuhnya.

Baru saja mengenang pilunya keganasan dan kebrutalan gestapu 56 tahun silam,  dengan peristiwa kanjuruhan mengingat kembali luka sangat dalam bagi bangsa. Jumlah korban yang sangat fantastis menjadi pukulan berat bagi bangsa Indonesia, khususnya warga Malang Jawa Timur menjadi sejarah dunia yang memilukan sekaligus memalukan dunia olahraga di mata olah raga sepak bola tingkat Internasional, hal ini menambah catatan buruk pengelolaan dan manajemen sepak bola nasional.

Belum pulih bangsa Indonesia masih luka mendalam dengan banyaknya peristiwa yang memilukan dan membuat marah rakyat atas ketidakmampuan mengelola negara, sejak awal pesta demokrasi pemilu 2019 banyak anggota penyelenggara pemungutan suara tingkat desa atau kelurahan meregang nyawa tanpa ada pengusutan dan kepedulian negara.

Peristiwa kanjuruhan yang terlihat dengan kasat visual mata, sangat keterlaluan ketika negara diam tidak peduli dan diam seribu bahasa. Nyatanya hingga saat ini, para pemimpin bangsa belum terlihat respon cepat meninjau langsung tempat kejadian dimana peristiwa terjadi.

Spekulasi dan dugaan muncul dari kalangan masyarakat cukup liar, dengan beredarnya informasi peristiwa tersebut terindikasi ada unsur kesengajaan melakukan tindakan kekerasan yang dapat menghilangkan nyawa. Menembak gas air mata kepada suporter padahal dilarang, kondisi suporter yang tidak rusuh dalam posisi berkerumun padat yang terjebak di ruang tribun sulit keluar.

Selain hal di atas, penyelenggara diminta untuk di tunda kompetisi namun tidak diikuti, tetap di selenggarakan. Apakah semua ini by design atau murni keteledoran penyelenggara kompetisi, semoga ini tidak di politisasi untuk kepentingan menjelang pemilu 2024. Ikut belasungkawa kepada keluarga para korban, semoga diberikan ketabahan dan kesabaran menghadapi musibah yang menimpa. Wallahu ‘alam.

Bandung, Oktober 2022

Ace Somantri, dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PDM Kabupaten Bandung. (Dok pribadi)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini