Refleksi Kemerdekaan: Gema Indonesia Raya untuk Indonesia Baru

0
23
Andi Hariyadi, Ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Surabaya, Pemred KLIKMU.CO. (Andi/KLIKMU.CO)

Oleh: Andi Hariyadi, ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Surabaya

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia atau HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024 ini, lagu kebangsaan Indonesia Raya kembali bergema. Baik di Istana Negara maupun sampai di pelosok negeri.

Sebuah karya anak bangsa yang luar biasa, WR Supratman, seakan memiliki roh perjuangan ketika bangsa dalam kondisi terjajah. Ketika kebebasan berserikat, berkumpul, dan menyuarakan aspirasi kemerdekaan begitu dibatasi, bahkan dimusuhi oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka berbuat sewenang-wenang  untuk menindas, menyiksa, dan membunuh rakyat dan pejuang bangsa.

Keberanian WR Supratman untuk memperkenalkan karya monumentalnya, lagu Indonesia Raya, di forum Kongres Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, benar-benar memperkuat persatuan untuk melakukan perubahan yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya kemerdekaan bangsa.

Tapi, belum sempat merasakan kemerdekaan bangsa, WR Supratman telah meninggal dunia dengan kondisi sakit parah keluar dari penjara pada 17 Agustus 1938. Berarti 7 tahun sebelum merdeka.

Meski demikian, gema Indonesia Raya masih hidup membakar semangat juang hingga proklamasi kemerdekaan terwujudkan. Bahkan hingga saat kini dan saat mendatang, kumandang lagu kebangsaan Indonesia Raya terpatri kuat dan diharapkan membawa  perubahan menuju Indonesia Baru.

Kemerdekaan ini adalah rahmat Allah SWT sehingga harus disyukuri dan wujud rasa syukur untuk mengonstruksi wajah Indonesia Baru. Sebuah komitmen luhur meneruskan perjuangan para pahlawan untuk bersatu, berdaulat, sejahtera, adil, dan makmur.

Wajah Indonesia Baru bukan mewarisi watak penjajah yang arogan, semena-mena, mengadu domba, dan sibuk memperkaya diri dan kroni, melupakan tanggung jawab yang diembannya.

Indonesia Baru membawa spirit perjuangan yang tangguh dalam dinamika persoalan global, bukan menjadi objek kepentingan neokolonial, sehingga derita menjadi berkepanjangan.

Indonesia Baru bukan sekadar retorika tanpa makna. Tetapi ada harapan melepaskan penjajahan ekonomi sehingga lebih berdaulat dan mandiri. Kesejahteraan rakyat menjadi prioritas, bukan menindas dengan arogansi yang tidak manusiawi.

Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya adalah syarat mendasar yang ditegaskan WR Supratman sebagai rumus untuk menuju Indonesia Baru. Sekaligus menguatkan mental pejuang bukan pecundang, menginspirasi perubahan yang lebih baik, bukan menjadi bagian perusak apakah itu korupsi, demokrasi terkebiri, oligarki ataupun nepotisme. Agar Indonesia Baru tidak menjadi ajang rebutan kepentingan dengan mengorbankan kepentingan rakyat.

Nusantara Baru Indonesia Maju sebagai tagline HUT Ke-79 RI sungguh pilihan kata yang tepat. Maka hal ini harus menjadi gerakan perubahan, bukan pemanis peringatan kemerdekaan.

Indonesia Maju terwujud kesejahteraan bukan ketimpangan, berkarakter keunggulan bukan  kelemahan, menguatkan persatuan bukan merusak kebinekaan,  bervisi ke depan dengan penuh keyakinan bukan kekerdilan minim wawasan.

Merdeka Bangsaku, Majulah Indonesiaku!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini