Refleksi Pemilu: Jangan Sia-siakan Suara Rakyat

0
29
Andi Hariyadi. (Dok Pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Andi Hariyadi

KLIKMU.CO

Pesta demokrasi berupa Pemilihan Umum lima tahun sekali untuk memilih calon presiden dan calon wakil presiden, Dewan Perwakilan Daerah, serta wakil rakyat untuk DPR RI, DPR I, dan DPR II telah selesai digelar pada Rabu, 14 Februari 2024. Syukur alhamdulillah secara umum pemilu berjalan lancar, meski ada beberapa kejanggalan yang diharapkan disampaikan secara prosedural.

Suara rakyat selama pesta demokrasi pada Pemilu 2024 telah menggunakan anggaran yang sangat besar dibandingkan pemilu sebelumnya. Pada Pemilu tahun 2004 mengeluarkan anggaran sebesar 4,45 triliun rupiah, Pemilu tahun 2009 mengeluarkan anggaran sebesar 8,5 triliun rupiah, Pemilu tahun 2014 mengeluarkan biaya sebesar 15,62 triliun rupiah, Pemilu tahun 2019 mengeluarkan biaya sebesar 25,59 triliun rupiah, dan Pemilu tahun 2024 ini disediakan anggaran sebesar 76,6 triliun rupiah dengan kenaikan yang begitu fantastis untuk menggelar pesta demokrasi Pemilu yang bersumber dari APBN.

Belum lagi dana yang dikeluarkan dari masing-masing tim sukses para calon eksekutif dan legislatif. Suara rakyat ketika menggunakan hak pilihnya begitu besar anggarannya diharapkan sebagai investasi masa depan Indonesia yang lebih baik. Anggaran Pemilu 2024 termasuk yang paling besar selama  pelaksanaan pemilu.

Begitu juga tingginya tingkat partisipasi warga menggunakan hak  pilihnya merupakan suatu kepercayaan dan harapan, sehingga suara pilihan rakyat merupakan amanah dalam demokrasi ini. Maka, pesta demokrasi ini jangan sampai dirusak dengan berbagai rekayasa, baik secara manual maupun digital dalam proses perhitungan suara.

Rakyat sudah menunjukkan semangat nasionalisme dan patriotisme dengan memberikan suara berupa hak pilihnya sehingga pesta demokrasi berjalan aman dan lancar. Suasana seperti ini sangat mahal melebihi seberapa pun anggaran pemilu, sehingga tetap terjaga persatuannya. Dan kita berharap pemilu dilakukan serta jujur dan adil. Jangan ada upaya intervensi untuk memengaruhi kewenangan KPU hanya untuk dianggap sebagai pemenangnya. Penggelembungan suara yang didukung atau pun pengurangan suara yang tidak didukung merupakan kejahatan kebangsaan.

Penjahat demokrasi harus menjadi musuh bersama, di mana perolehan hitungan  suara rakyat dibajak atas nama demokrasi. Suara rakyat dari pesta demokrasi disia-siakan, pergelaran demokrasi diruntuhkan oleh arogansi dan kesewenangan untuk kepuasan suksesnya kepentingan sesaatnya, tanpa lagi berpikir panjang untuk kebaikan, keamanan, kedamaian, kesejahteraan, dan persatuan bangsa.

Pesta demokrasi yang baru saja selesai, jangan ada manipulasi suara, karena ini termasuk kecurangan dan itulah penjahat demokrasi. Upaya meraih kemenangan dengan kecurangan sesungguhnya bukanlah kemenangan, justru itu adalah kekalahan yang fatal karena mencederai demokrasi, sehingga kinerjanya pun bukan lagi sebagai seorang negarawan yang bijaksana, justru menjadi pecundang yang merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mari tetap kita kawal pemilu ini, baik saat proses perhitungan suara secara manual hingga digital. Jangan ada klaim sepihak atas kemenangannya tidak bersumber dari KPU yang telah diberikan kewenangan. Sambil menunggu hasil perhitungan KPU hingga final kita bangun komunikasi dan silaturahmi setelah pesta demokrasi mungkin ada dinamika yang tidak berkenan bisa saling memaafkan.

Segala bentuk permusuhan harus diakhiri, jangan terus diperpanjang seakan menjadi dendam. Amankan suara rakyat dan jangan sia-siakan sebagai modal awal yang lebih baik dalam berbangsa dan bernegara. (*)

Andi Hariyadi
Ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini