13 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Refleksi Sumpah Pemuda

Ace Somantri, dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PDM Kabupaten Bandung. (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Bangsa dan negara ini merdeka bukan didapat dengan cara gratis, melainkan penuh pengorbanan para pahlawan yang menangis berurai air mata darah. Aliran darah para syuhada mengalir deras menjadi pembawa spirit generasi kala itu hingga saat ini.

Sumpah, dengan menyebut nama-Mu, aku tekadkan dalam jiwa dan raga membela tanah air beta juga tanah air bangsa. Darah bergolak melihat penjajahan terhadap anak bangsa,  pertanda kami seorang pemuda. Sumpahku pada bangsa, kutumpahkan darahku untuk kepentingan bangsa dan negara. Aku marah, dan marah sekali kepada siapapun mereka yang menghina, menindas, dan memperkosa bangsaku, segala bentuk penjajahan, penindasan, dan pemerkosaan hak anak bangsa di muka bumi harus dihapuskan tanpa kecuali.

Sumpah Pemuda lahir demi bangsa dan negara bebas dan merdeka. Kami bersumpah bahwa dengan jiwa dan raga tanpa takut pada siapapun, Indonesia tanah airku tumpah darahku tidak akan kami biarkan hak-hak generasi habis oleh para perampok harta kekayaan milik negara. Hamparan luas bumi pertiwi dengan iklim subtropis menjadikan alam Indonesia bak surgawi duniawi.

Pantas kami mempertahankannya, bukan karena serakah akan harta, melainkan kami menjaga warisan harta pusaka leluhur yang meminta untuk dijaga dan dikelola dengan cara-cara yang beradab. Bukan untuk memperkaya dengan cara memperkosa hak-hak alam semesta dengan tangan penuh noda dan dosa. Kami berusaha tetap menjaga habitat dan ekosistem mahluk selain manusia, karena mereka tetap berhak untuk hidup bebas dan merdeka.

Kami bersumpah, sebagai pemuda anak bangsa. Orang tua kami berjuang dengan gigih mengorbankan jiwa, raga, dan harta. Putaran waktu tidak pernah dirasa, lelah, dan putus asa selalu hinggap dalam dadanya, tetap berusaha membela bangsa. Darah orang tua kami sebagai para syuhada mengalir di atas aliran urat nadi darah kami, tak akan dibiarkan tumbuh menjadi duri dalam daging.

Pantang kami berkhianat pada bangsa dan negara, sekalipun lupa akan kodrat sebagai manusia yang juga kadang tidak luput dari perbuatan khilaf dan salah. Guna dan manfaat saling mengingatkan dan menjaga antarsesama pemuda harus terus digelorakan, bukan hanya sebuah seruan semata, melainkan hal itu menegakkan syariat agama.

Sumpahku sebagai pemuda, di mana pun kami berada, sujud sembahku pada-Mu tidak akan dilupakan, karena dengan irodah-Mu kami menang. Saat ini, semangat yang menggelora berharap tidak sia-sia hanya karena sebuah fatamorgana alam semesta yang tak berhenti menggoda.

Kami sangat menyadari, kebutuhan akan tenaga dalam jiwa dan raga tidak cukup dengan asupan ungkapan kata-kata. Kami pemuda tetap berusaha keras dan cerdas membuka ruang alam semesta hingga angkasa. Menembus batas-batas luas alas semesta dan batas ruang angkasa. Yakin dan percaya, segala hal ihwal yang ada di dunia yang diciptakan oleh Maha Kuasa bukan sekadar ada, melainkan untuk kita manusia yang merasa diri ada. Firman-Nya menegaskan “Aku ciptakan bumi dan langit serta isinya hanya untuk menjadi petunjuk” .

Tanggal 28 Oktober hari bersejarah bagi bangsa dan negara. Pemuda salah satu elemen bangsa punya cerita dan kisah nyata, bahwa bangsa ini berdiri tegak hingga kini dengan kepalan tangan pemuda di angkat ke atas kepala tanda sebuah keberanian anak bangsa. Dengan semangat menggelora pantang menyerah dan tunduk pada penjajah dan penindas kala negara ini belum merdeka.

Getaran vibrasi gerakan pemuda berkobar ke seluruh nusantara kala itu membangkitkan semangat perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan di muka bumi ibu pertiwi. Kini saatnya pemuda anak bangsa untuk tidak diam, darah muda darah para remaja. Bangkit dan maju serentak melawan segala bentuk penjajahan dalam NKRI. Hancur-leburkan oligarki yang tumbuh menjadi duri dalam daging kedaulatan bangsa. Buka matamu dengan jujur dan adil, bangsa ini sedang dalam genggaman orang-orang bertabiat sombong dan serakah.

Pemuda bukan hanya usiamu muda, namun akal sehat pikiran dan tekadmu harus menunjukan seorang pemuda. Tiada arti dan makna menjadi pemuda, yang hanya ada dalam ruang fatamorgana. Suara, gerak, dan langkah gagahmu akan bermakna kala mampu melakukan perubahan pada bangsa. Satukan niat dan tekad menjelma dalam sifat dan karakter pembaharu, mengubah bangsa sama juga mengubah dunia. Saat ini sebenarnya, tidak ada sekat batas usia ketika berada dalam satu ruang sebuah cipta dan karya untuk perubahan bangsa dan negara.  Wallahu’alam. (*)

Bandung, 28 Oktober 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *