Yogyakarta, KLIKMU.CO – Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Prof Dr Muchlas MT resmi menyandang gelar guru besar. Pengukuhan guru besar tersebut ditetapkan dalam Sidang Senat Terbuka di Amphitarium Kampus IV UAD pada Sabtu (30/9).
Prof Dr Muchlas MT menyandang Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Teknologi Kejuruan.
Dalam pidato pengukuhannya, Muchlas menyampaikan bahwa penelitian yang dilakukan untuk menekankan tantangan teknologi pendidikan yang akan dihadapi. Menurut dia, saat ini pendidikan teknik dan vokasi menjadi faktor utama yang harus diperhatikan di era perubahan teknologi 5.0.
“Pendidikan teknik dan vokasi dewasa ini menghadapi tantangan yang sangat besar. Pada bagian hulu, bergesernya orientasi payung filsafat dari klasik menuju teori belajar kontemporer menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian penuh agar penyelenggaraan pendidikan dapat memperoleh naungan teori yang sesuai,” papar Muchlas.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa era pendidikan saat ini masih segan dalam menggeser tentang teori pembelajaran yang digunakan. Teori itu di antaranya behaviorisme (perilaku), kognitivisme (proses), dan konstruktivisme (tindakan).
“Perlu menjadi perhatian kita bersama bahwa dunia pendidikan sampai saat ini masih enggan bergeser dari payung teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme yang telah digunakan lebih dari 7 dekade terakhir ini,” ujar ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PP Muhammadiyah itu.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi turut hadir dalam pengukuhan tersebut. Prof Haedar pun setuju dengan pendapat Muchlas.
Menurut Haedar, setiap manusia harus memiliki kesadaran dalam peralihan teknologi dari 4.0 menjadi 5.0.
“Hal yang paling penting mengajak kita pada kesadaran bahwa peralihan dari revolusi 4.0 ke 5.0 itu memasukkan elemen humanisme pada teknologi sehingga revolusi 5.0 adalah integrasi antara kemampuan teknologi dan kemampuan manusia,” tuturnya.
“Saya pikir ini penting bagi kita Muhammadiyah untuk terus lewat Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) mengolah proses dialektika ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan kemanusiaan,” imbuh Haedar.
Ia pun membeberkan bahwa penjelasan yang diungkapkan oleh Muchlas mampu memberikan rasa optimisme. Optimisme itu berupa keberanian dalam melawan teknologi artificial intelligence (AI) yang saat ini sedang berkembang menguasai teknologi di dunia.
“Saya pikir apa yang disampaikan Pak Muchlas itu memberi optimisme kepada kita bahwa kita tidak perlu melawan AI, kemudian revolusi genetik dan bioteknologi. Karena kita punya kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita, yakni otak dan kalbu sebagai khalifah fil ardl atau pemimpin di bumi,” tuturnya.
(AS)