Rotasi Varian Kader IPM: Dari Generalis dan Spesialis Menuju Vertilis

0
293
Riandy Prawita terpilih sebagai ketua umum PP IPM. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Riandy Prawita

KLIKMU.CO

Memasuki era great shifting dari buku Rhenald Kasali, manusia semakin kreatif dalam mengeksplorasi keahlian mereka untuk mampu kembali beradaptasi dengan dunia yang kian ganas dan semakin tidak terkendali perkembangannya. Sebut saja artificial intelligence yang kini mulai banyak menggantikan peran manusia dalam hampir segala bidang sehingga memaksa manusia untuk setidaknya menyintas dengan cara beradaptasi dengan segala kondisi.

Tom Nichols dalam bukunya yang berjudul “The Death Of Expertise”, yang artinya matinya kepakaran, mengangkat isu tentang penurunan penghormatan terhadap keahlian dan otoritas para ahli di masyarakat serta konsekuensinya terhadap demokrasi dan diskusi publik.

Fenomena tersebut mengingatkan saya terhadap situasi Covid-19 beberapa tahun ini. Semua orang menjadi mendadak serbatahu dan saling menggurui satu sama lain sehingga terjadi kerancuan dan minimnya keterlibatan para ahli di dalamnya.

Tom Nichols menyadarkan tentang bahayanya pengabaian terhadap keahlian dan pengetahuan yang mendalam dalam suatu bidang. Buku tersebut juga menjadi pengingat tentang pentingnya menghormati dan mendengarkan ahli dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah kompleks.

Namun, realitas saat ini, saya melihat bahwasanya dunia kerja menuntut kita untuk terpaksa menjadi generalis dikarenakan oleh beberapa faktor seperti permintaan pasar yang berubah-ubah, terbatasnya sumber daya organisasi, lingkungan kerja yang dinamis, serta yang terpenting adalah sebagai batu pijakan untuk awal karir yang mengharuskan kita untuk mengeksplorasi banyak bidang yang berbeda.

Rotasi Varian Kader IPM

Rotasi varian kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah dari generalis dan spesialis menuju ke vertilis mengacu pada pergeseran paradigma dalam cara melatih dan mempersiapkan kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menghadapi tantangan zaman, terutama dalam menghadapi perkembangan teknologi seperti artificial intelligence (kecerdasan buatan) yang semakin menggantikan peran manusia.

Kader generalis memiliki pemahaman dan pengetahuan yang luas tentang berbagai bidang dan isu, sehingga memiliki wawasan yang lebih umum. Kader varian ini mungkin lebih cocok untuk situasi di mana lingkup perubahan dan tantangan tidak terlalu kompleks dan cepat.

Berbeda dengan kader spesialis, seiring dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks dan cepat, pendekatan spesialis menjadi lebih relevan. Kader IPM diarahkan untuk mengembangkan keahlian yang mendalam dalam bidang tertentu. Dengan menjadi ahli di suatu bidang, mereka dapat memberikan kontribusi yang lebih berarti dan efektif dalam menghadapi perubahan dan tuntutan zaman.

Kader vertilis agaknya sedikit berbeda dengan kedua varian di atas, istilah “vertilis” berasal dari “vertical specialist” yang mengacu pada perpaduan antara pendekatan generalis dan spesialis. Artinya, varian kader ini diharapkan memiliki pemahaman yang luas tentang berbagai aspek, tetapi juga memiliki keahlian mendalam di bidang tertentu.

Dengan kombinasi ini, kader dapat menjadi agen perubahan yang lebih fleksibel dan adaptif, siap menghadapi perkembangan teknologi dan tantangan dunia yang semakin tidak terkendali.

Paradigma dan metode pelatihan serta pembelajaran yang diterapkan dalam melatih kader IPM akan berpengaruh pada variasi keahlian kader dan menentukan apakah mereka akan menjadi generalis, spesialis, atau vertilis. Pendekatan pedagogi akan memungkinkan kader untuk cenderung menjadi generalis, mereka akan memiliki pemahaman yang luas tentang berbagai isu dan bidang, tetapi mungkin tidak memiliki keahlian mendalam dalam satu bidang tertentu.

Jika menggunakan pendekatan andragogi, kader akan memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan keahlian spesialis dalam bidang-bidang tertentu. Mereka dapat memilih area minat mereka sendiri dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka, yang akan memungkinkan mereka untuk menjadi spesialis di bidang yang mereka geluti. Pendekatan heutagogi dapat membentuk kader agar memiliki peluang besar untuk menjadi vertilis.

Dengan mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan memimpin pembelajaran mereka sendiri, kader dapat mencapai pemahaman yang mendalam tentang beberapa bidang, sambil tetap memiliki wawasan luas tentang isu-isu yang lebih umum.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa IPM dihadapkan pada era yang semakin dipengaruhi oleh kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan perkembangan peradaban yang cepat. Dalam menghadapi tantangan ini, menjadi seorang vertilis dapat menjadi pendekatan yang efektif dan relevan bagi kader IPM.

Sebagai vertilis, kader IPM akan memiliki pemahaman yang luas tentang berbagai isu dan bidang, tetapi juga memiliki keahlian mendalam dalam beberapa bidang tertentu. Ini memungkinkan mereka untuk adaptif dan mampu menyikapi tantangan yang semakin kompleks.

Namun, penting untuk diingat bahwa setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Pada akhirnya, kader IPM harus mengembangkan diri sesuai dengan minat, bakat, dan tujuan pribadi mereka. Selain itu, penting untuk terus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, serta terbuka terhadap perubahan, untuk menjadi kader yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik, terlepas dari apakah mereka memilih menjadi generalis, spesialis, atau vertilis. (*)

Riandy Prawita, Ketua PP IPM Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini