Satgas UMM Siap Terjun ke Daerah Wabah PMK Tertinggi

0
100
Satgas PMK UMM akan terjun ke daerah wabah di Malang dan Lumajang. (Humas UMM/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Kesehatan hewan kurban menjadi hal krusial dalam perayaan Idul Adha. Maka, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan langkah konkret dengan menurunkan tim satuan tugas (Satgas) penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak. Salah satu tugas tim ini adalah memastikan bahwa hewan yang akan disembelih sehat dan tidak berbahaya bagi umat.

Ketua Satgas PMK UMM Prof Dr drh Lili Halizar MS mengatakan, pihaknya menerima beberapa permintaan pengawasan dalam pelaksanaan kurban. Mulai daerah Sengkaling hingga Kabupaten Lumajang. Lili juga telah menyiapkan peralatan, termasuk obat-obatan dan vitamin yang akan diberikan kepada hewan ternak maupun hewan kurban.

“Selain dosen, kami juga akan dibantu oleh beberapa mahasiswa dalam upaya memastikan kesehatan hewan kurban yang akan disembelih. Dengan begitu, para masyarakat bisa lebih tenang dan mendapatkan edukasi yang lebih baik terkait virus PMK ini,” ungkapnya.

Satgas UMM juga segera terjun ke daerah lain di Kabupaten Malang dan Lumajang. Lili menuturkan bahwa Senin (11/7) nanti Kampus Putih UMM akan mengirimkan tim PMK ke Tumpang. Kemudian dilanjutkan menuju Jabung, Pujon, hingga Lumajang di hari-hari berikutnya untuk memberikan edukasi, bantuan obat dan vitamin, serta memotivasi para peternak yang saat ini sedang merasa pesimistis. Malang dan Lumajang, bersama Probolinggo, memang menjadi daerah dengan kasus PMK terbanyak.

Terkait proses kurban, Lili juga mengingatkan agar para panitia yang ada di lokasi penyembelihan untuk lebih berhati-hati dan menerapkan sistem yang tepat. Sehingga virus PMK tidak menular ke ternak-ternak lain yang ada di wilayah tersebut.

“Jangan sampai tempat penyembelihan malah menjadi tempat utama penularan PMK,” tegasnya.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh panitia. Dimulai dengan kesadaran bahwa setiap petugas bisa menjadi medium penularan virus PMK melalui tangan, pakaian, dan sepatu. Pun peralatan yang digunakan selama proses kurban seperti pisau dan plastik.

Untuk alat-alat tersebut, Lili mengimbau untuk mencucinya dengan sabun dan disemprot desinfektan. Sementara untuk plastik, ia menganjurkan untuk membakarnya atau mencuci bersih sebelum dibuang ke tempat sampah.

“Bayangkan jika plastik bekas kurban dibuang begitu saja. Ketika ada hewan ternak yang menjilatnya, sudah barang tentu akan tertular dan terus menularkannya ke ternak-ternak lain. Pun dengan proses pencucian jeroan yang biasanya dilakukan di sungai. Hal itu akan mencemari lingkungan serta meningkatkan risiko virus menjangkiti hewan ternak lain,” tambah Lili.

Dosen asli Subang, Jawa Barat, itu memberikan opsi dengan menggali tanah dan mencuci jeroan di dalamnya. Ketika selesai, lubang tersebut dapat dikubur kembali dan dituangi dengan kapur. Hal itu karena virus PMK akan mati saat terkena bahan asam maupun basa.

Pembatasan masyarakat untuk datang ke lokasi penyembelihan juga harus dilakukan, paling tidak dengan memberi pagar agar warga tidak terlalu dekat. Pun dengan para panitia yang harus membersihkan diri dan disemprot desinfektan agar virus PMK mati.

Ia kembali menjelaskan ciri-ciri ternak yang terjangkit PMK. Hal pertama yang bisa dilihat adalah ketidakmampuan ternak untuk berdiri tegak. Kemudian, pendarahan di daerah mulut, hidung, serta rektum. Lalu, keluarnya air liur yang berlebihan karena itu merupakan tanda adanya infeksi pada hewan terkait.

“Meski begitu, menurut surat edaran menteri agama dan fatwa Muhammadiyah, hewan kurban yang terjangkit PMK boleh disembelih. Selama masih berada di tahap ringan dan tak mengkhawatirkan. Paling tidak masih bisa berdiri dengan baik dan tidak ambruk serta kuku-kukunya terlihat aman,” tuturnya.

Terkait cara memasak dagingnya, Lili menekankan bahwa masyarakat bisa merebus daging minimal 70 derajat celsius dalam waktu 30 menit. Hal itu karena virus PMK akan mati jika dipanaskan di suhu dan jangka waktu tersebut. Lili menyampaikan bahwa sampai saat ini virus PMK ini tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.

“Selama cara memasaknya sudah benar, daging yang dikonsumsi tentu akan aman-aman saja dan bisa dimakan seperti biasa,” tandasnya. (Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini