Seabad Dakwah Kesehatan Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya: Berkhidmat Melayani Umat!

0
65
Segenap pimpinan dan karyawan RS Muhammadiyah Surabaya foto bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ketua PWM Jatim, dan Ketua PDM Surabaya. (Istimewa/KLIKMU.CO)

Oleh: Andi Hariyadi, ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi PDM Surabaya

KH Mas Mansur dan dr Soetomo dua di antara tokoh pergerakan bangsa yang istiqamah berdakwah khususnya di bidang kesehatan. Dalam beberapa catatan sejarah, KH Mas Mansur latar belakangnya bukan dari kesehatan, tetapi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap permasalahan kesehatan karena di masa kolonial tersebut perhatian terhadap kesehatan masyarakat sangat memprihatinkan.

Di samping keterbatasan akses kesehatan, juga minimnya pengetahuan tentang kesehatan masyarakat. Karena itu, setelah KH Mas Mansur dan pimpinan lainnya dilantik oleh KH Ahmad Dahlan sebagai ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya pada 1 November 1921, aktivitas dakwah Muhammadiyah Surabaya terus dioptimalkan dengan mendirikan berbagai amal usaha pendidikan dan balai pengobatan sebagai salah satu problem utama saat itu. 

Kepemimpinan KH Mas Mansur di Muhammadiyah Cabang Surabaya saat itu sebagai peletak dasar dakwah kesehatan yang berkolaborasi dengan dr Soetomo sebagai sosok pejuang kesehatan. Keduanya begitu aktif tidak hanya melakukan dakwah dan edukasi, tetapi juga menginisiasi berdirinya balai kesehatan masyarakat.

Pada tahun 1923 untuk pertama kalinya KH Mas Mansur bertemu dengan dr Soetomo atau nama panggilannya Pak Tom, seorang tokoh pergerakan bangsa. Dalam perjumpaan yang pertama itu, Pak Tom begitu kagum akan perjuangkan KH Mas Mansur yang pola pikirannya bervisi ke depan untuk bangsa dan masyarakat.

Beliau menyatakan: :Baru kali inilah saya bertemu dengan seorang sahabat yang dapat diajak berunding tentang soal-soal yang penting”. Keduanya seakan dua serangkai yang intens melakukan diskusi hingga larut malam tentang persoalan kebangsaan, kesehatan, dan keagamaan.

Realisasi dari diskusi yang panjang itu, pada 1 Juli 1924 diadakanlah Tabligh Akbar untuk penggalian dana di Royal Standard Park Kranggan Surabaya yang dihadiri KH Mas Mansur, KH Fachruddin, H Sudja’, dr Soetomo diikuti segenap masyarakat yang memadati tempat itu.

dr Soetomo menyatakan, dalam usaha amal kebaikan, lebih-lebih yang bersifat pertolongan bagi umum, baik dari siapa saja yang melakukannya wajib disokong, dan Muhammadiyah yang punya inisiatif mendirikan balai kesehatan dan rumah yatim yang diurusi bagian PKU.

Dukungan dan bantuan untuk berdirinya Balai Kesehatan Muhammadiyah terus berdatangan. Pada Ahad, 14 September 1924, diresmikan pembukaan PKU Muhammadiyah urusan kesehatan di Jalan Sidodadi Nomor 71 Surabaya, yang dihadiri dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta H Sudja’ dan H Hadikusumo, dan dr Soetomo sebagai penasihat Muhammadiyah bidang kesehatan, Direktur CBZ Simpang dr Tamim, dan KH Mas Mansur Ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya selaku tuan rumahnya.

Pada acara peresmian tersebut, Pak Tom beserta kawan-kawannya siap membantu sebagai tenaga medis, yaitu dr Soetopo, dr Sardjono, dr Heerdjan, dr Soewarno, dr Soeratman, dr Soehardjo, dr Soerjatin, dr Soekardi, dr Irsan, dr Muwaladi, dr Saleh, dr Djojohusodo, dr J.W. Grootings, dr Aziz, dr PHF. Neynhoff, dr. AJF. Tilung dan dr Rabain.

Dan dr Soedjono ditetapkan sebagai yang membantu memberikan layanan kesehatan sehari-harinya, dan sekitar 3,5 bulan tercatat ada 3975 pasien yang diberikan layanan kesehatan. Hal ini menunjukkan betapa besar manfaat Balai Kesehatan Muhammadiyah bagi masyarakat. Pengaruh takhayul sudah mulai ditinggalkan dan lebih memilih layanan kesehatan.

Pada tahun 1925 Balai Kesehatan Masyarakat Muhammadiyah pindah di gedung yang lebih luas di Jalan Karang Tembok (Pegirian) yang sempat dikunjungi Gouvernuer General Limberg S. Sterium yang disambut devile pandu Hizbul Wathan.

Sekitar tahun 1926 Balai Kesehatan berpindah ke Ampel Maghfur, dan tahun 1929 berpindah di Jalan Kapelmen atau Jalan KH Mas Mansur 180-182 Surabaya yang ditempati sampai sekarang ini.

Seabad Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya sudah dilalui dengan dinamikanya. Sebagaimana tema memperingati seabadnya “Berkhidmat Melayani Umat”,  ada spirit dan teladan perjuangan dari para pendahulu yang bisa kita ambil pelajaran sekaligus menyongsong memasuki abad keduanya.

Pertama, komitmen berdakwah. Bahwa upaya dakwah tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Muhammadiyah sehingga dengan berkhidmat melayani umat Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya untuk aktif memperluas jangkauan dakwahnya dengan penuh keikhlasan. Karena dakwah kesehatan menjadi bagian dalam berkontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa.

Seruan dakwah yang mampu mengubah pemikiran  takhayul dan khurafat khususnya di sekitar kesehatan masyarakat yang masih kuat menjadi lebih rasional yang didasari paham keagamaan yang benar, sehingga terwujud kesehatan fisik dan spiritual yang tercerahkan.

Lebih-lebih di era perkembangan teknologi yang begitu cepat dan pengaruh yang luar biasa dalam aspek kehidupan. Maka dakwah Islam hadir memberikan penyadaran dan keunggulan sebagai khalifah di bumi dengan keteladanan yang berarti bagi kehidupan. Dua serangkai KH Mas Mansur dan dr Soetomo menjadi tokoh yang begitu berjasa dalam dakwah kesehatan.

Kedua, profesional dan layanan yang memuaskan. Bahwa gerakan Muhammadiyah termasuk amal usahanya senantiasa dilakukan secara profesional, lebih-lebih dalam dunia kesehatan sehingga selalu ditingkatkan kompetensinya.

Kepercayaan masyarakat selama ini dikarenakan adanya kerja profesional dan layanan yang memuaskan. Hal ini diharapkan terus dikembangkan sehingga terjadi progres berkemajuan, dan itu di antara wujud beramal soleh yang konstruktif.

Disampaikan selamat Milad Seabad Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya yang selalu berkhidmat melayani umat. Semoga sukses melanjutkan perjuangan dakwah kesehatan dalam memasuki abad keduanya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini