Oleh: Andi Hariyadi
KLIKMU.CO – Besarnya perjuangan para pahlawan untuk negeri hingga meraih kemerdekaan merupakan bukti bahwa ada pengorbanan yang tulus untuk membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Lintasan sejarah para pahlawan hendaknya menjadi spirit perjuangan bagi generasi penerus bangsa. Kuatkan persatuan dan berikan karya karya konstruktif untuk mengisi kemerdekaan.
Atas berkat rahmat Allah SWT, bangsa Indonesia merdeka dan terlepas dari penjajahan. Ada perjuangan yang panjang untuk meraih kemerdekaan, seperti halnya yang dilakukan WR Soepratman dengan karya-karya lagunya yang monumental dan menguatkan perjuangan serta menginspirasi untuk bisa meraih kemerdekaan.
Ketika bangsa dalam kondisi terjajah, WR Soepratman dengan kegigihan dan keberanian menyuarakan kemerdekaan bersama seluruh elemen anak bangsa untuk bangkit menguatkan persatuan: bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.
Dari untaian kata-kata perjuangan lagu Indonesia Raya sungguh membuka hati dan membulatkan tekad untuk menggelorakan perjuangan. Meski berisiko, karena pemerintah Hindia Belanda masih ingin menancapkan kuku tajam penjajahan dan menguras berbagai kekayaan bangsa untuk kepentingannya, sehingga ketika ada geliat perlawanan dari anak bangsa akan ditumpas.
Darah perjuangan sudah mendidih ketika penindasan, penyiksaan, dan pembunuhan di hadapan mata, dan tidak rela jika penjajahan terus berkuasa. Berbagai upaya perlawanan terus dilakukan karena perjuangan tidak boleh berhenti untuk mengantarkan kemerdekaan bangsa.
WR Soepratman sejak menampilkan karya lagu “Indonesia Raya” pada 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda ll secara instrumental tanpa lirik dan hanya memainkan biola karena penjajah Belanda masih mengawasi dengan ketat serta mewaspadai setiap gerakan terkait upaya kemerdekaan. Termasuk gerak-gerik WR Soepratman dalam pantauan Belanda, lebih-lebih saat beliau membuat lagu Matahari Terbit yang dipersepsi oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengandung unsur mendukung Jepang pada tahun 1938. Sehingga ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di Kalisosok Surabaya, yang juga pernah menjadi penjaranya HOS Cokroaminoto, Ir Soekarno, dan KH Mas Mansur.
Mengingat kondisi kesehatan beliau sakit kritis sehingga dibawa pulang ke rumahnya di Surabaya, selang beberapa hari akhirnya beliau meninggal dunia pada 17 Agustus 1938. Berarti tepat 7 tahun sebelum bangsa Indonesia merdeka. Dan karya-karyanya berpengaruh dalam mengisi dan menginspirasi kemerdekaan bangsa. Sehingga mendapat gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres RI Nomor 16/SK/1971 tanggal 20 Mei 1971 ditandatangani Presiden Soeharto.
Pada 17 Agustus 2023, di Makam WR Soepratman dilangsungkan upacara bendera dan tabur bunga untuk menghormati dan menghargai jasa perjuangan beliau yang dihadiri pihak keluarga juga berbagai komunitas, termasuk tokoh agama dari generasi muda lintas agama. Kegiatan ini semakin hidmat ketika dinyanyikan lagu lagu karya WR Soepratman oleh Antea Putri Truk yang merupakan cicit buyut dari kakak WR Soepratman yang bernama Ngadini, menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, dilanjut lagu “Indonesia Hai Ibuku” yang merupakan karya melodi dan aransemen dari Antea yang masih duduk di bangku SMP kelas 3. Ia tampak berbakat sekali dan bercita-cita menjadi penyanyi dan musisi, kemudian diakhiri lagu “Selamat Tinggal” dengan piawainya memainkan gesekan biolanya dan merdu suaranya membuat tamu undangan terkesima dibuatnya.
Lagu “Selamat Tinggal” ini dibuat saat menjelang WR Soepratman wafat, di mana di atas bantalnya terdapat secarik kertas berisi lagu tersebut. Beliau begitu total dalam berjuang dan teladan bagi bangsa. Semoga Allah SWT menerima amal solehnya dan mendapat rahmat dan ampunan dari-Nya. Aamiin. (*)
Andi Hariyadi, ketua MPID PDM Kota Surabaya
Disampaikan saat mengikuti upacara Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia pada Kamis 17 Agustus 2023 dan tabur bunga di Makam WR Soepratman.