17 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Sekolah Cendekiawan IMM Cetak Kader Berwawasan Kritis

Peserta dan pemateri Sekolah Cendekiawan Batch IV IMM Surabaya berfoto bersama. (A. Cholil Suryamadhan Bahy/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Surabaya mengadakan Sekolah Cendekiawan Batch IV pada Jumat-Minggu (13-15/1/2023). Kegiatan ini resmi dibuka di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Kota Surabaya dengan Studium General yang diisi Najih Prasetyo, ketua DPP IMM 2018-2021. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan ke SMAM 3 Surabaya.

Sekolah Cendekiawan Batch IV mengusung tema Cendekiawan Kontemporer: Integrasi Wacana Kritis dan Riset Praksis. Sebagai seorang master of training (MOT), Risky menjelaskan maksud dari tema itu. “Sekolah Cendekiawan ini tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas, melainkan dapat membuahkan generasi yang mampu menjadi teladan di zaman sekarang dan mampu menggabungkan isu-isu kritis antara konteks wacana kritis (politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dll) dengan riset praksis (penelitian terapan) sebagai solusi dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

Sekolah Cendekiawan Batch IV ini tidak hanya diikuti peserta dari IMM Surabaya, melainkan juga peserta dari Jakarta, Surakarta, dan Banjarmasin pun ikut meramaikan kegiatan ini. Terdapat sekitar 25 peserta yang lolos dari 60 lebih peserta yang mendaftar. Di awal pendaftaran, peserta sudah ditantang untuk bernalar kritis dalam menulis esai berdasarkan tema yang sudah ditentukan.

Para peserta terlihat sangat bersemangat dan antusias mulai awal kegiatan yang diisi dengan kontrak belajar hingga pada pengujung berakhirnya kegiatan. Di awal sesi sharing time, salah seorang peserta dari Jakarta Sabdy Kece mengatakan sangat tertantang dengan adanya kegiatan seperti ini.

“Sekolah cendekiawan ini mampu membuat nyali saya terpacu jauh-jauh dari Jakarta ke Surabaya untuk mengikuti acara yang luar biasa ini. Saya rasa kegiatan seperti harus terus dibudayakan guna melatih mental kritis generasi bangsa, terkhusus kader IMM,” ujar Sabdy Kece.

Alif, peserta dari Surakarta, menyebut bahwa Sekolah Cendekiawan ini merupakan ladang dakwah bagi kaum muda generasi penerus bangsa dan umat. Di tempat ini kita belajar bagaimana makna berposes dan berfastabiqul khairat.

“Bahwasanya amal dan usaha untuk menuntut ilmu adalah kewajiban bagi kita semua sebagai umat manusia. Jangan menunggu waktu luangmu untuk berdakwah, tetapi luangkan waktumu untuk berdakwah,” ujar Alif pada sesi kesan dan pesan.

Lalu disusul pendapat salah seorang peserta dari Banjarmasin yang bergumam sedikit kecewa. “Kegiatan seperti ini merupakan peluang emas bagi kader IMM. Sangat disayangkan jika IMM sudah menyediakan wadah, tetapi masih sedikit yang mau mengisinya,” ujar Arifin pada sesi saran dan masukan.

“Inilah hal yang perlu diperhatikan oleh generasi muda. Ketika peluang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terbuka lebar, janganlah sekali-kali kamu masa bodoh. Karena ingatlah bahwa kesempatan emas itu tidak datang dua kali,” imbuhnya.

Sekolah Cendekiawan yang berlangsung tiga hari dua malam ini berisi aktivitas-aktivitas yang positif dan bernilai ibadah seperti shalat lima waktu, forum group discussion (FGD) esai, materi, dan FGD materi, tadarus makna dan hafalan. Adapun materi-materi yang diajarkan yaitu: postmodernisasi, fenomenologi, epistemologi kiri, dan ditutup dengan materi terakhir yaitu riset praksis.

Sementara itu, pemateri yang dihadirkan merupakan orang-orang berpengalaman yang sudah dan sering berkecimpung di dunia riset dan pengembangan. Antara lain Habib Asha Kurniawan SIP, Dr Solikh Al Huda MFil, Radius Setiyawan SPd MA, dan Mohammad Rokib SS MA.

Di akhir kegiatan, guna mempertajam kemampuan problem solving alumni Sekolah Cendekiawan Batch IV, panitia menghadirkan narasumber-narasumber yang berasal dari beberapa titik kejadian bencana alam ataupun konflik sosial untuk nantinya ditindaklanjuti sebagai rencana tindak lanjut (RTL). Alumni Sekolah Cendekiawan ditugaskan untuk membuat problem solving dalam karya tulis dan dipublikasikan di jurnal. Hal ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi konflik yang ada maupun solusi berkelanjutan bagi problem yang akan datang. (A. Cholil Suryamadhan Bahy/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *