Semangat Politik Profetik Muhammadiyah

0
13
Dr Nurbani Yusuf MSi, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (AS/Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

KLIKMU.CO

High politics yang digagas Pak Amien Rais perlu reformulasi ulang bagi perpolitikan warga persyarikatan ketika politik transaksional di mana kekuasaan menjadi yang utama.

Konsep politik kekuasaan profetik menjadi sangat urgen, di tengah riuh akal sehat dan akal waras yang menjadikan akal dan rasio di tempat tinggi.

Harusnya sifat kenabian yang dikedepankan: tidak menjadikan kekuasaan dunia sebagai tujuan, tapi sebagai wasilah menempuh nilai keutamaan yang dibawa akal kenabian: sidiq, amanah, tabligh dan fathonah.

Muhammadiyah adalah khoiru ummah. Umat teladan. Suluh peradaban yang diperankan Kiai Dahlan sejak awal berdiri.

Sikap politik Kiai Dahlan bisa dilacak dengan saksama: Kenapa Kiai Dahlan mengambil subsidi pada pemerintahan kompeni yang notabene adalah kafir. Kenapa pula Kiai Dahlan tidak mengajak perang para santrinya. Tapi justru memberi makan, menolong yang miskin, mendirikan rumah sakit, dan ngurus pendidikan mirip paroki dan kepastoran?

Inilah yang saya sebut sebagai semangat profetik—menyantuni, mengasihi, dan menebar maslahat kepada orang banyak. Muhammadiyah ditakdirkan memberi bukan meminta. Muhammadiyah tidak berupaya menjadi sultan, tapi mendampingi sultan dan para abdi dalem Keraton Ngayogjakarta Hadiningrat menjalankan kekuasaan sesuai syariat Islam.

Muhammadiyah memosisikan diri sebagai penggembala pada para penguasa. Seperti Ibrahim kepada Namrudz. Musa terhadap Fir’aun. Isa bin Maryam atas imperium Romawi dan Yahudi. Muhammad atas rezim jahiliyah. Atau lebih dekat seperti para Wali Songo atas kesultanan Islam di Nusantara.

Tegasnya Muhammadiyah tidak ikutan riuh berebut kekuasaan menghalalkan semua cara. Tapi memberi ruang seluas-luasnya bagi siapapun untuk berkompetisi meraih dan mempertahankan kekuasaannya. Peran profetik adalah dalam kerangka etis dan keadaban yang dijunjung.

Bahwa politik dengan segala perangkatnya adalah media beribadah, sama dengan media yang lain semisal pendidikan kesehatan perdagangan atau lainnya. Pemahaman ini penting bahwa kehidupan adalah semua aspek humanitas plural yang disediakan Allah Swt kepada kita sekalian, dengan tidak memandang ras, suku, agama, atau bahasa.

Sampai di titik ini, sangat perlu memberikan tuntunan mengenai politik profetik bagi warga persyarikatan, dalam konteks maslahat yang banyak.

Semangat politik profetik bukan memenangkan seseorang.

Tapi memperjuangkan: Nilai utama untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini