Oleh: M. Afwan Al Asgaf
Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Kediri
KLIKMU.CO
Muktamar telah usai. Kini Muhammadiyah Jawa Timur menyambut datangnya Musyawarah Wilayah (Musywil) di Ponorogo, 24-25 Desember 2022 nanti. Berbagai rekomendasi, bahkan sampai prediksi nama, sudah bertebaran di berbagai media sosial terkait 13 formatur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) pada Musywil. Sampai-sampai ada kalimat “sekurang-kurangnya ada 6 kursi kosong di PWM Jatim” hingga ada pula 7 nama yang sudah teruji. Hal yang tentunya menarik dan membuat Musywil semakin seru untuk dinantikan.
Pada dasarnya, semua kursi di PWM kosong. Bahkan dari sekretaris ataupun anggotanya. Karena bisa jadi Musywil nanti merubah semua jajaran kepemimpinan Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027. Semua memiliki kesempatan yang sama, 64 calon punya hak yang sama. Jadi tidak ada satu dua orang bahkan sampai tujuh yang bisa dipastikan duduk pada posisi 13 besar. Ingat! Jerman saja tak disangka bisa pulang duluan dari Qatar, hehehe.
Muhammadiyah Jawa Timur punya banyak kader yang berpotensi dan memiliki kapasitas serta integritas. Maka tak sepantasnya jauh-jauh hari ada nama-nama yang aman di zona nyaman. Apalagi sampai menggerakkan akar rumput untuk berjihad dalam hal keorganisasian, kan yang berkompetisi juga saudara kita sendiri. Sedangkan konteks jihad adalah melawan ketidakbaikan, padahal 64 nama yang ada sekarang adalah kita yakini kader-kader dan orang-orang baik. Tentunya Muhammadiyah Jawa Timur butuh “darah segar” pula sebagaimana Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Darah segar” yang dimaksudkan adalah mereka yang punya pemikiran yang segar, program yang segar, yang dapat membawa Muhammadiyah ke depan menjadi lebih baik. Jika Muhammadiyah hanya di isi orang-orang itu saja, lalu apa gunanya perkaderan?
Setiap perhelatan arena permusyawaratan semua memiliki kesempatan yang sama. Kalau hanya orang-orang yang sama dengan sebelumnya mengisi kepemimpinan, bukan Musywil namanya, tapi reshuffle atau reposisi. Kalau tidak sekarang memberikan kesempatan kepada “darah segar” pada Musywil kali ini, lalu kapan lagi?
Ketika suatu organisasi diisi orang yang sama apalagi punya kedekatan darah (keturunan), organisasi itu tak ubahnya sebuah kerajaan. Dan Muhammadiyah tidak mempunyai karakter semacam itu, regenerasi menjadi budaya dan sebagai bentuk berjalannya sebuah Persyarikatan. Maka di Musywil nanti, sudah pastilah harus ada nama-nama baru dan mempunyai visi misi yang mencerahkan serta pemikiran yang segar.
Agar Muhammadiyah Jawa Timur tidak berjalan di tempat, itu perlu dilakukan. Bukan hanya memikirkan membeli rumah ibadah di Eropa, tapi lebih memikirkan nasib para kader-kadernya, nasib guru-guru AUM. Sehingga Muhammadiyah dapat mewujudkan cita-citanya dengan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin, menjadi rahmat bagi para penerus perjuangannya baik melalui AUM ataupun yang lainnya.
Musywil di Ponorogo menjadi langkah awal yang tepat bagi berlangsungnya regenerasi, bukan justru menjadi tempat yang aman bagi mereka yang seakan sudah punya kursi. Maka seluruh 13 kursi di PWM adalah kosong. Semua berhak mendudukinya, 64 nama sementara yang ada mempunyai kans yang sama. Maka, tidak ada yang dijamin dan menjamin bakal lolos, tidak pula ada yang sudah pasti aman. Dinamika di organisasi itu menarik, saking menariknya banyak yang sudah ‘kampanye’ agar semuanya tertarik.
Tetapi bagi kita para penggembira, akan datang ke Musywil dengan wajah gembira, hati gembira. Gembira karena bertemu dengan orang-orang yang gembira. Sehingga kita yang tidak punya hak dipilih dan memilih pun dapat menggembirakan dengan cara kita masing-masing. Yang jelas Musywil Ke-16 PWM Jatim adalah langkah yang pas untuk mencari kepemimpinan yang mempunyai pemikiran yang segar, karena Muhammadiyah milik dan untuk semua.
Maka, semua punya hak dan kesempatan yang sama. Karena hari ini kita butuh regenerasi, bukan hanya pimpinan yang reposisi. Untuk apa? Untuk membumikan Islam berkemajuan dan memajukan Jawa Timur. (*)
M. Afwan Al Asgaf